S4 - Sendana Sangat Sibuk Sekali

Luluk Aulianisa 14 Juli 2012

 

      Bulan Juni lalu adalah bulan yang sangat sibuk untuk warga Kecamatan Sendana, Kabupaten Majene, Sulawesi Barat. Kalender acara dipenuhi dengan perayaan 17 Agustus yang sengaja dimajukan karena tanggal sebenarnya bertepatan dengan Ramadhan. Setelah itu, disambung lagi dengan acara tahunan yang tak kalah menarik bahkan ramainya melebihi orang nikah yaitu penamatan massal dan khatamul Qur’an (Messawe Totammaq). Acara belum selesai sampai disitu. Sehari setelah penamatan selesai, diadakanlah Lomba Majelis Ta’lim dalam rangka memperingati Isra Mi’raj.Tempat pelaksanaan kegiatan yang saling bersambungan itu adalah di Somba, ibukota Kecamatan Sendana.

          Perayaan 17 Agustus dimeriahkan dengan berbagai perlombaan baik seni ataupun olahraga dan melibatkan semua lapisan warga dari mulai TK, SD, SMP, SMA, Umum dan Ibu-ibu PKK. Rangkaian lomba berlangsung dari 11-23 Juni 2012. Perlu diketahui bahwa Kecamatan Sendana adalah kecamatan terbesar di Kabupaten Majene. Terlebih sebelum dimekarkan, wilayah Sendana meliputi Tammerodo dan Tubo yang kini menjadi kecamatan sendiri. Bisa dipastikan bahwa kegiatan di Sendana hampir pasti mendapat sorotan warga Majene dan para birokrat kabupaten. 

          SDN 19 Limboro –SD yang termasuk dalam Kecamatan Sendana- adalah sekolah yang terletak di atas gunung dan cukup jauh dari pusat kota. Jaraknya mendekati 21 km. Walaupun begitu, murid SDN 19 Limboro beserta para guru yang mendukung ingin ikut ambil bagian untuk merayakan kemerdekaan Indonesia. Cabang lomba olahraga yang diikuti adalah catur, bulutangkis, dan Senam Kesegaran Jasmani (SKJ). Untuk cabang lomba seni dan sains yang diikuti yaitu lomba MIPA, menghapal surat-surat pendek, pidato dan kasidah rebana. Berada hampir seminggu di Somba membuat murid Limboro begitu senang karena banyak yang mereka temukan mulai dari teman dan suasana baru. Bagi anak gunung yang jarang turun, ini lebih seperti wisata. Mereka jajan dan bermain lalu mengenal banyak orang. Kalah menang tidak masalah. Untuk cabang olahraga bulutangkis dan catur, kontingen SDN 19 sudah gugur di penyisihan sedangkan lomba lainnya baru akan diumumkan pemenangnya dalam acara Pesta Rakyat yang akan digelar selepas Idul Fitri. Pesta rakyat itu juga dirangkaikan dengan halal bihalal warga se-Kecamatan Sendana.

              Ibu-ibu di Limboro juga tidak mau kalah. Mereka juga ingin unjuk kebolehan. Sudah lama diketahui orang bahwa Limboro terkenal akan seninya. Banyak yang pintar menyanyi, melagukan Al Qur’an dan bermain alat musik tradisional khas Mandar yaitu keke, rebana dan tambolang. Lomba Majelis Ta’lim yang diikuti oleh orang Limboro yaitu lomba shalawat dan Badan Kontak Majelis Ta’lim (Mars Majelis Ta’lim-biasa disingkat BKMT-). Kesemuanya itu dipadukan dengan rebana atau biasa disebut kasidah rebana. Sudah sejak bulan Mei, ibu-ibu di Limboro selalu berlatih setiap malam. Hasilnya memang bagus dan terbukti bahwa seni merupakan salah satu kekayaan Limboro yang patut dilestarikan. Dengan keikutsertaan segenap warga Limboro, hal itu membuktikan bahwa orang gunung pun tidak kalah dengan orang kota. Orang Limboro rela bersusah-susah turun gunung , berlatih dan mempersiapkan segalanya di saat mereka pun punya keterbatasan akses informasi dan fasilitas. Kenyataan ini membuktikan bahwa keterbatasan bukanlah menjadi halangan untuk berprestasi melainkan justru memacu seseorang untuk melakukan yang terbaik.


Cerita Lainnya

Lihat Semua