info@indonesiamengajar.org (021) 7221570

Namanya Zulkarnain dipanggilnya Sulkarnain

Luluk Aulianisa 29 Januari 2012

 

 

Aku ingin bercerita tentang Sul, begitu nama pendeknya. Sul adalah tipikal sweet boy, anak laki-laki yang manis. Sul rajin menabung dari hasil cari kemiri dan sepulang sekolah suka membantu ibunya mencuci baju. Sul juga cukup rajin mengerjakan tugas atau PR yang kuberikan. Meskipun sesekali yang membuatku kesal adalah Sul suka banyak bicara dan bertanya tidak penting di kelas. Sungguh itu membuatku kadang marah karena itu mengganggu ketika aku sedang menuliskan pelajaran.

Di semester genap ini, aku memberlakukan peraturan baru di kelas. Tempat duduk aku bagi menjadi tiga kelompok. Masing-masing kelompok berisikan enam orang dan memiliki ketua. Formasi seperti ini berubah setiap hari untuk mencegah kebosanan. Tujuan lain yang ingin dicapai adalah membiasakan belajar berkelompok dan melatih kepemimpinan serta tanggung jawab. Pada hari Rabu, kami belajar Bahasa Indonesia, Matematika dan PKn. Suasana kelas sebenarnya cukup kondusif.   Murid-murid cukup aktif terutama ketika pelajaran Matematika yang sedang membahas tentang pecahan. Nampaknya, murid-murid menyukai tentang apa itu yang disebut pecahan. Hingga semua berebut ingin menjawab soal yang kuberikan. Suasana kelas pun menjadi ricuh. Aku menahan diri untuk tidak emosi dan mencoba merebut perhatian mereka kembali. Aku pun berteriak ‘Kelas limaaaa!!!!’. Perhatian mereka langsung teralihkan padaku dan menjawab ‘ Pasti Tertib !’. Itulah cara capturing attention yang kuajarkan pada mereka dan hasilnya mereka langsung diam.

Namun, tidak dengan Sul. Ia masih saja bicara dan itu membuatku gusar. Aku pun berkata tegas pada Sul. Aku memberitahunya bahwa jika ada yang sedang bicara depan kelas jangan sekali-sekali untuk ikut berbicara juga karena itu tidak sopan. Nanti jika mau bertanya atau berbicara ada waktunya. Sul pun terdiam, begitu terus hingga tiba waktunya pulang.

Aku menerapkan kebiasaan bahwa setiap murid harus menulis jurnal harian sebelum pulang sekolah. Yang ditulis dalam jurnal adalah pelajaran apa yang telah dipelajari, pelanggaran apa yang dilakukan (jika ada), perasaan hari ini dan harapan untuk esok hari. Jurnal ini berguna untuk menjadi sarana refleksi tiap murid.

Aku selalu membaca apa yang murid-muridku tulis dalam jurnal hariannya dan aku terperangah ketika membaca jurnal milik Sul. Begini tulisnya,

Rabu, 25 Januari 2012

Saya sering ribut.Saya hari ini ribut selalu. Saya tidak senang belajar karena saya ribut selalu. Saya suka bicara dalam kelas. Saya juga malas belajar. Aku bukan anak sekolah dan aku suka kasi mara Ibu guru aku. Aku anak bodo dan aku tidak baik. Bu guru aku mintah maaf ibu.

Keesokan harinya semua berjalan seperti tidak terjadi apa-apa. Murid-murid termasuk Sul kembali riang dan polos selayaknya anak kecil. Hingga waktu istirahat, aku memanggil Sul dan bertanya ‘ Sul, kenapa kamu menulis di bukumu seperti ini ? ‘. Ketika kusodorkan tulisan di jurnalnya, ia langsung menangis dan menutup mukanya. Sul tidak mau bicara. Ia terus menangis sesenggukan. Aku tidak bisa memaksanya.

Waktu sekolah pun selesai. Saatnya murid kembali mengisi jurnal. Ketika dikumpulkan, aku membaca jurnal harian milik Sul. Ia menulis sesuatu disitu.

Ibu aku malas belajar. Maafkan aku Ibu. Aku akan bicara sama kamu. Aku minta maaf sekali Ibu.

Kelas pun kembali disiapkan untuk pulang. Murid-murid mencium tanganku dan berpamitan. Saat Sul hendak mencium tanganku, ia berkata, ‘ Ibu, saya minta maaf ya ‘ Aku pun tersenyum seraya menganggukkan kepala. Akhirnya, kelas pun kembali kosong dan kami pulang bersama-sama. 


Cerita Lainnya

Lihat Semua