Nia, Sang Penceloteh Handal

LoizaSusilo 12 April 2015

“BU CANTIK, TUNGGU!” Teriak seorang siswa perempuan berlari dari dalam pagar sekolah.

Panggilannya menghentikan langkah saya yang sedang dalam perjalanan pulang di sore hari yang cerah.

“Bu, tadi tidak ada yang mengajar Sekolah Agama di kelas Pak Sabri. Dorang pigi ke Pagimana dari kalamarin. Jadi Pak Ustad bilang, Nia kamu saja yang mengajar di kelas Pak Sabri” Ceritanya dengan nafas terengah-engah.

“Senang saya mengajar Bu! Saya kasih dorang cerita tentang Nabi Sulaiman. Baru, saya suruh dorang untuk menulis huruf a ba ta yang saya kasih tulis di papan tulis” ceritanya dengan bersemangat.

“Baru, saya suruh dorang kumpulakan depe buku kalau su selesai, baru saya kaseh dorang nilai pakai 3 bintang “Pintar” kaya bu bakaseh torang di kelas” Tambahnya.

**********

Nia, adalah seorang siswi cerdas kelas 6 di SDN Pulau Tembang yang berparas cantik dan bertubuh cukup tinggi untuk anak seumurannya. Karena perawakanya yang menarik, tak jarang remaja lelaki memujanya, baik remaja lelaki dari Pulau Tembang maupun dari pulau-pulau tetangga.

Dibalik perawakannya yang menawan, Nia memilik reputasi yang kurang baik dimata masyarakat Pulau Tembang. Pasalnya dia kerap kali membuat onar dengan cara memancing perkelahian yang disebabkan oleh ucapan-ucapannya kasar yang cenderung menghina siswa lain dan bahkan guru di sekolah. Tidak hanya sebatas memicu perkelahian dengan cemoohannya, banyak yang mengadu bahwa Nia sering meminjam uang teman-temannya secara paksa dan tidak mengembalikan uang yang dipinjamnya.

Tidak sedikit dari warga yang memperingatkan saya agar jangan terlalu dekat dengannya dari awal saya menginjakkan kaki di Pulau Tembang. Namun dengan sendirinya, Nia merupakan satu dari beberapa anak yang selalu datang dan menemani hari-hari saya, baik di sekolah maupun di luar sekolah. Dengan intensitas interaksi kami yang cukup sering, saya mulai memahami mengapa Nia berprilaku kurang baik dan cenderung tidak sopan terhadap orang lain.

Ia mengaku bahwa dirinya seringkali menerima kekerasan baik verbal maupun fisik dari kedua orang tuanya. Tidak hanya itu, ternyata kondisi rumah tangga keluarganya juga sedang goyah yang dikarenakan sang ayah adalah seorang pemabuk keras. Nia seringkali menceritakan betapa tertekannya dia ketika berada di rumah, ditambah lagi dengan banyaknya warga pulau yang "Susupo" (Gosip) terhadapnya dan keluarganya. Dari situ, saya mengerti bahwa sikapnya selama ini merupakan caranya untuk mengekspresikan rasa frustrasinya.

Secara akademis, Nia merupakan siswa yang cerdas dan memiliki daya tangkap yang luar biasa. Namun Kecerdasan yang dimilikinya sempat terkubur selama hampir setahun dikarenakan keenggannya untuk melanjutkan untuk bersekolah. Namun tahun ini, dengan Sedikit dorongan dari orang tua serta keluarganya, ia setuju untuk melanjutkan untuk bersekolah. Berkat potensi kecerdasannya yang cukup menonjol di sekolah, ia terpilih menjadi salah satu siswa yang mewakili sekolahnya dalam Olimpiade Sains Kuark (OSK) yang dilaksanakan pada bulan Maret 2015.

Suatu siang ia mendatangi rumah housefam saya dan mengajak saya untuk belajar. permintaan ini merupakan suatu hal yang langka datang dari seorang siswa sepertinya. Kesempatan ini tidak saya sia -siakan untuk membimbingnya sampai hari H tesnya. Walaupun Nia belum berhasil untuk membuahkan prestasi selanjutnya, namun saya merasakan adanya perubahan positif dari perilakunya sehari-hari.

Sepenggal cerita pembuka diatas merupakan salah satu contoh perubahan perilaku positif Nia sekarang. Tidak hanya itu, adik-adik kelasnya yang diajar olehnya di Sekolah Agama yang didirikan atas inisiatif serta kerja sama antara masyarakat Pulau Tembang  dan Pemerintah Kecamatan Pagimana di Kabupaten Banggai, Sulawesi Tengah.bercerita bahwa Nia merupakan seorang guru yang baik serta sabar ketika mengajarkan adik-adik kelasnya. Bahkan banyak dari mereka yang lebih memilih untuk diajarkan oleh Nia dibandingkan diajarkan oleh tenaga pengajar yang sebenarnya.

Beberapa cerita dari teman terdekatnya mengatakan bahwa Nia tiba-tiba Push Up sebanyak 15 kali dengan sendirinya di kelas dan ketika teman-temannya mengetawakannya dan bertanya, berkata "tadi saya bilang Beloi (bodoh)". Memang saya membiasakan anak-anak untuk push up bagi siapa saja yang mengucapkan kata-kata kasar baik di sekolah maupun diluar sekolah. Takjubnya ia menghukum diri sendiri tanpa ada instruksi maupun sepengetahuan saya. Hal ini membuat saya yakin bahwa Nia memiliki potensi yang sangat baik untuk berubah dan menjadi probadi yang baik di masa depannya, memang hanya saya akui bahwa Nia masih butuh banyak bimbingan serta arahan dalam menentukan jalan hidupnya.

Saya optimis bahwa capaian dambaan Indonesia Mengajar yang berupa perubahan perilaku bukanlah hal yang impossible untuk dicapai. Nia adalah salah satu contoh kecil yang menunjukkan bahwa jika kita memang berkeinginan kuat dan mau untuk mencoba memahami manusia dengan tulus, perubahan perilaku serta Mindset di Indonesia dapat terlaksana.


Cerita Lainnya

Lihat Semua