Anak-Anak Sebagai Sang Peniru Ulung
LoizaSusilo 4 Oktober 2015Anak-anak pada dasaranya merupakan media penyerap yang sangat baik. Mereka didesain untuk mengimitasi lingkungan sekitarnya. Setiap anak akan memilih role modelnya masing-masing. Biasanya role model yang mereka pilih merupakan orang-orang yang berada di dekatnya, terutama orang yang lebih tua dari dirinya. Role model di lingkungan rumah atau sekitarnya bisa merupakan seorang teman sebayanya atau orang tua. Sedangkan di sekolah, mereka akan memandang guru sebagai sesosok yang derajatnya ditinggikan dan patut untuk menjadi contoh teladan.
Dengan kemampuan kognitifnya yang sedang berkembang pesat, terutama untuk anak-anak yang berada di usia SD akan cenderung memperhatikan perilaku sang role model idolanya. Tanpa disadari, mereka akan mengamati setiap gerak gerik sang role model sehingga mereka dapat meniru tiap-tiap perilaku yang ditunjukkan oleh sang role model. Mari kita ibaratkan sang role model sebagai seorang artis yang sangat dipuja-puja dan ibaratkan pula anak-anak ini sebagai para fans berat sang artis. Coba bayangkan ketika artis pujaan kita muncul di televisi dengan kacamata hitam model terbaru, serentak para penggemar sang artis akan berdecak kagum dan mungkin secara sigap para penggemar sang artis tersebut akan langsung sibuk untuk mencari tempat yang menjual kacamata hitam seperti yang sang artis miliki. Hal ini tidak secara otomatis menjadi hal yang buruk untuk dilakukan tetapi hal ini menunjukkan bahwa pengaruh role model sangatlah besar dalam kehidupan sehari-hari.
Dampak dari role model ini akan lebih intens pada anak-anak. Seperti yang saya sekilas jelaskan diatas bahwa anak-anak dapat diibaratkan sebagai sponge kering yang menyerap seluruh informasi dari lingkungan sekitar tanpa menyaringnya terlebih dahulu, sehingga anak-anak membutuhkan role model yang baik untuk menjadi teladan mereka. Mari kita berbicara mengenai role model utama bagi anak-anak di sekolah, yaitu guru. Guru, bagaikan seorang artis yang dikagumi oleh anak-anak di sekolah harus dapat menjadi seorang panutan yang baik.
Selama perjalanan saya menjadi guru di sebuah pulau kecil di Sulawesi, saya telah melihat banyak bukti akan dampak dari role modeling oleh guru kepada muridnya. Di awal masa tugas saya sebagai guru, saya sempat terkejut terhadap kondisi kerapihan siswa yang cukup memprihatinkan jika kita sesuaikan dengan standar sekolah pada umumnya yang saya tahu selama ini di kota-kota besar.
Sebagai contoh, anak-anak yang bersekolah di SD tempat saya mengajar pergi ke sekolah tidak menggunakan sepatu, melainkan hanya menggunakan sandal jepit. Bahkan tidak sedikit dari mereka yang tidak menggunakan alas kaki sama sekali. Pada awalanya saya berpikir hal ini disebabkan oleh ketidakmampuan para orang tua untuk membelikan anaknya sepatu sekolah karena desakan ekonomi. Namun, seiring jalannya masa penempatan saya, saya menemukan ternyata para anak-anak ini telah disediakan sepatu sekolah oleh para orang tuanya, hanya saja mereka menolak untuk memakai sepatu tersebut.
Setelah melakukan pengamatan pribadi, saya sadar bahwa salah satu alasan anak-anak ini tidak mau menggunakan sepatu adalah karena sebagian besar guru yang bertugas di sekolah tidak memakai sepatu, melainkan hanya menggunakan sepatu sandal. Hal ini membuat saya berpikir bahwa ternyata anak-anak sangatlah mudah untuk menyerap apa yang gurunya lakukan dan menerjemahkannya kedalam perilaku sehari-hari. Padahal hal ini bukan merupakan hal yang terlihat secara gambling, tanpa pengamatan lebih lanjut. Namun anak-anak menangkap hal kecil tersebut dan menjadikannya perilakunya sendiri. Akhirnya, berbagai pendekatan telah dilakukan untuk meningkatkan kerapihan para siswa yang diprakarsai oleh beberapa guru penggerak di sekolah. Usaha yang dilakukan para guru penggerak tersebut mendapatkan respon positif dari para guru lain sehingga sekarang, sebagian besar guru telah menggunakan sepatu setiap kali mereka ke sekolah. Sekarang, sebagaian besar anak-anak pergi ke sekolah memakai sepatu dan hal ini sangat diapresiasi oleh seluruh guru dan kepala sekolah.
Memang, contoh diatas hanyalah contoh singkat dari besarnya pengaruh role model oleh guru untuk anak-anak sekolah ditempat saya bertugas. Namun dari setiap kasus yang saya temui, saya menemukan satu benang merah yang sama, yaitu perilaku guru. Sebagai Bangsa yang besar, sudah semestinya kita menaruh perhatian yang lebih dalam memberikan pendidikan serta pelatihan budi pekerti secara tersurat dan lebih mendalam bagi para tenaga pendidik yang nantinya akan ditularkan kepada para peseta didiknya di sekolah. Kuncinya adalah jika kita mau memiliki anak Indonesia yang berkarakter terpuji dan menjunjung tinggi budi pekerti, kita sudah seharusnya meningkatkan kualitas karakter budi pekerti guru sehingga mereka akan menghasilkan insane-insan muda Indonesia yang menjunjung tinggi budi pekerti. Jika kita, tiap-tiap insan Indonesia, memiliki kesadaran diri akan pentingnya berperilaku terpuji dalam kehidupan sehari-hari, saya yakin kita mampu untuk menjadi Bangsa yang besar dengan berbudi pekerti terpuji.
Cerita Lainnya
Ikut Terlibat
Ikut Iuran Publik
Bermitra dengan Kami
Jadi Pengajar Muda
Pintasan
Korps Pengajar Muda
Cerita Pengajar Muda