Mengudara Bersama RRI

Lidya Annisa Widyastuti 19 Februari 2015

“Kami si Cilik Kambar (Kampung Baru) dari SD Inpres Kampung Baru Kokas!” sorak ke 12 anak SD Inpres Kampung Baru siang itu di sebuah besar ruangan serba guna RRI Fakfak, saat ditanya oleh dua Kakak penyiar RRI. Hari ini, Kamis, 11 Desember 2014 adalah giliran kami, yang mengudara bersama RRI.

Dengan 12 pasukan Si Anak-anak Hebat berserta 4 guru pendamping dan satu orang tua murid, kami datang “menyerbu” RRI. Pagi itu kami sudah berangkat dari Kampung Baru Kokas sekitar jam 7.30 WIT. Menggunakan sebuah taxi (L300) besar bernama “Kahriangge” yang dapat memuat 12 orang diantara kami, segera mobil biru itu melaju menuju Fakfak. Seperti tak sabar, jam 6an pagi itu anak-anak sudah berdatangan ke rumahku.

Persiapan sebelum RRI

“Anak-anak yang ke RRI sudah dipilih kah, Ibu?” tanya kepala sekolah.

“Belum Ibu, rencana saya setelah ulangan semester selesai. Saya takut mereka kurang fokus belajar,” jawabku. Sudah 3 hari UAS berlangsung di SD kami, terhitung dari tanggal 1 Desember. Di sekolah ini, aku menjadi guru mata pelajaran Bahasa Indonesia dan Matematika untuk kelas 4, 5, dan 6.

Kemudian setelah memilih 12 anak diantara semua anak juara di SD kami, setiap pulang sekolah; setelah ulangan hari itu berakhir kami berlatih, baik di sekolah maupun di rumah orang tua piaraku. Dari salam pembuka hingga salam perpisahan. Kami susun bersama. Guru-guru super semangat yang membantuku dalam melatih anak-anak untuk tampir on air di RII: Ibu Rahma wali kelas 2, Pak Taher wali kelas 3 dan Pak Ajan, guru yang mengajar di kelas jauh. Baik lagu yang diiringi oleh Pak Ajan, puisi, yel-yel, ataupun cerita dari sang finalis Lomba Menulis Cerita di Jakarta.

 “Ibu, sebentar sore (nanti sore), kitong (kita) latihan lai (lagi) kah?” tanya mereka setiap selesai latihan bersama di sekolah.

“Yo sudah (Iya), kitong latihan yo. Jam 3 e. Pak Ajan, Pak Taher deng Ibu Rahma kalau tra (tidak) bisa trapapa (tidak apa-apa) sudah. Tong saja,” kataku pada semua.

“Iyo Ibu, sebentar tong (kami) datang,” kata mereka.

Benar saja, semangat mereka untuk membuat semuanya sempurna terbukti. Aku minta mereka datang jam 2, jam 1an sudah banyak yang berkumpul di depan rumahku. Ya! Seperti tak lelah setelah latihan cukup lama di sekolah, siang hari pun mereka lahap untuk latihan. Tak hanya itu, “Ibu, sebentar (nanti) malam, katong datang latihan e. boleh to Ibu?” tanya salah satu dari mereka.

Melihat semangat mereka yang tak padam atau pun layu, tak kuasa aku menolak, “Yo sudah, sebentar jam 7 datang sudah!” kataku tersenyum mengiyakan. Dimulailah latihan beberapa hari sebelum kami semua tampil “On Air” di RRI.

Si Kambar mengudara bersama RRI

Sebenarnya kami sampai pukul 9. Kami harus berada di RRI sekitar pukul 12. Masih cukup banyak waktu anak-anak untuk istirahat. Jadilah mereka duduk santai sambil latihan di rumah kontrakan kami (Pengajar Muda) di Fakfak.

Saat akan berangkat pukul 12 tiba-tiba hujan deras mengguyur Fakfak. Kami tertahan cukup lama menunggu reda. Jam sudah menunjukkan pukul 12.45 WIT tapi kami belum berangkat juga.

“Ibu, tong su telat ini, baru bagaimana (Ibu, kita sudah terlambat ini, bagaimana jadinya)? Kata salah satu anak khawatir.

“Yo sudah trapapa moo (Sudah tidak apa-apa). Dari pada tong saki (dari pada kita sakit), tunggu sedikit lai to. Tong latihan sedikit-sedikit kah, ini masih deras moo. Kalau jam 1 tra reda-reda, tong berangkat sudah,” kataku menenangkan mereka.

Seperti mendengar doa kami, langit mengurangi volume air yang turun, hujan reda! Alhamdulillah! Bergegas turun ke tepi jalan besar, kami semua menunggu ada taxi (angkot) untuk kami tumpangi menuju RRI. Sebelumnya aku memang sudah mengonfirmasi keterlambatan kami karena derasnya hujan pada Bung Ical, penanggung jawab siaran pro 2.

Setelah melapor, kami diajak ke sebuah ruangan besar, seperti aula untuk kami siaran. Mungkin karena yang datang lebih banyak dari biasanya, kami mendapatkan ruangan yang berbeda dari siswa-siswi dari sekolah lain.

10 menit lagi menunjukkan pukul 13.30 WIT, waktunya siaran. Maka 10 menit itu kami gunakan untuk briefing singkat dengan dua penyiar yang menemani kami siang ini. Setelah itu, dimulailah siaran yang sudah kami nantikan.

Dari perkenalan masing-masing siswa dan guru, yel-yel yang sudah kami buat bersama. Kemudian, paduan suara yang menyabet juara 2 saat lomba Distrik Kokas, dengan menyanyikan lagu Diru-diru Nina dan Kokas Nahnahane.

Tak luput lagu tarian daerah (tarian lakadinding dan tarian timor dengan diiringi oleh lagu Ruri-ruri tor dan Tim rom rom) yang dibawakan saat lomba Distrik dan menang juara 1 dinyanyikan dengan apik oleh Si Cilik Kambar. Karena kedua lagu itu adalah lagu yang menggunakan bahasa Sekar Pantai, ada dua anak yang menjelaskan artinya.

Baca puisi pun menjadi saat yang mendebarkan bagi dua anak pemenang lomba distrik Kokas. Si Nahia yang membaca puisi Diponegoro karya Chairil Anwar dan menjadi juara 1 saat lomba distrik. Kemudian puisi Titip Rindu Buat Ayah karya Taufik Ismail, si Ila yang menyabet juara harapan 3. Ketakutan mereka saat latihan seolah hilang.

Cerita tentang Lomba Menulis Cerita, si Horiq saat menjadi finalis 15 besar di Cisarua Bogor pun menjadi bahan yang ingin terus digali oleh dua Kakak penyiar RRI yang memandu kami. Tak mau kalah, Sang juara 3 lomba menggambar di Distrik Kokas, Rizal menceritakan tentang gambar yang dibuatnya dengan bersemangat.

Waktu sudah menunjukkan pukul 14.30 WIT, waktunya kami dipenghujung siaran. Dengan lantang, Astuti berteriak “tepuk terima kasih” untuk ucapan terimakasih kami kepada Kakak-kakak penyiar tersebut.

Practice makes perfect” itu yang kuyakini dan kami buktikan saat mengudara bersama RRI siang itu. Grogi mungkin ada, sedikit keseleo lidah tak dapat dielak, tapi bagiku siang itu sangat sempurna. Mereka luar biasa! Tanpa keyakinan dan semangat mereka, mungkin, siaran bersama RRI ini tak bermakna.

Nak, gapailah cita-cita yang sudah kau utarakan saat siaran. Mengudaralah. Setinggi-tingginya.

10 predikat Juara tingkat Distrik dan 1 Juara tingkat Nasional

Banyak anak hebat di SD Inpres Kampung Baru. Pun sama halnya dengan 12 anak yang ku bawa ke RRI, mereka juga adalah anak-anak dengan segudang prestasi. Karena semangat dan keyakinan mereka dalam mengikuti lomba selama sebulan dalam memperingati hari Sumpah Pemuda dan Hari Pahlawan yang diadakan di Distrik kami, Kokas, tak hanya satu tapi beberapa dari mereka menyabet beberapa juara dalam berbagai lomba baik tingkat distrik ataupun antar distrik. Berikut 12 anak di antaranya:

1.       Anisa Zaskia Iha, seorang gadis mungil berusia 7 tahun, kelas 2 yang sudah berhasil menyabet juara 1 lomba Hapal Ikrar Sumpah Pemuda dan juara 3 lomba Hijab Show. Dia juga menjadi salah satu penari termuda saat tim tarian SD Inpres Kampung Baru membawakan tarian Timor dan Lakadinding di lomba yang sama.

2.       Ihron Iha, seorang anak laki-laki cilik, kelas 3 yang ikut lomba Hapal Ikrar Sumpah Pemuda, namun sayang dia belum terpilih untuk menjadi juara. Ihron ini jago menyanyi, jadi dia ikut dalam tim paduan suara Kambar dan menyabet juara 2 lomba paduan suara tingkat anak-anak.

3.       Julia Iha, gadis manis dengan rambut bergelombang yang sekelas dengan Ihron, ini menjadi tim paduan suara Kambar.

4.       Fahri Iha, laki-laki kecil kelas 4 yang ingin menjadi dokter ini menjadi penyanyi sekaligus pemukul tipa (gendang) tim tarian Kambar.

5.       Astuti (Siti Nursun Pattiran), kelas 5, calon Polwan masa depan ini menjadi penari utama Tim Tarian Kambar dan menjadi tim hijau (tim gerak jalan Kambar) dan menyabet juara 3.

6.       Novella (Muhammad Zen Iha), seorang anak laki-laki hitam manis yang juga ketua kelas 5 ini pintar hojat (berteriak Ho ho ho selama menari), tak hanya itu dia sangat luwes dan mahir saat menari piring dan menari dengan parang. Dia juga memperkuat tim hijau bersama Astuti.

7.       Ari Simal, anak berambut cepak lurus ini memperkuat tim paduan suara kambar, dia kelas 6. Selalu mau jadi andalah Ibu Guru Lidya, dan sangat mahir bermain kelereng.

8.       Syahril Ginuni, mutiara hitam yang sekelas dengan Ari ini sangat pintar bermain tipa dan menari piring. Ya dia menjadi penari, penyanyi serta pemukul tipa tim tari Kambar.

9.       Ila Pattiran, seorang gadis dengan paras ayu yang sekelas dengan Ari dan Syahril ini menjadi juara Harapan 3 Lomba Membaca puisi. Dia membacakan sebuah karya dari Taufik Ismail yang berjudul “Titip Rindu Buat Ayah”. Ila juga memperkuat Tim Hijau Kambar. Tak hanya itu, bersama dua temannya; Riko dan Horiq, Tim Cerdas Cermat Kambar menjadi juara 3 lomba cerdas cermat antar Distrik.

10.   Nahia Pattiran, seorang gadis penuh semangat dan lincah yang akan menghadapi Ujian Akhir Sekolah dalam beberapa bulan kedepan ini menjadi juara 1 Baca puisi tingkat antar Distrik. Dia membacakan karya dari Chairil Anwar yang berjudul “Diponegoro”. Tak hanya itu, dia juga menjadi penari inti bersandingan dengan Astuti. Nahia juga menjadi salah satu dari prajurit Hijau Kambar dalam lomba Gerak Jalan.

11.   Rizal Aulia Iha, anak laki-laki jangkung yang sangat suka menggambar naga. Saat mengikuti lomba gambar, Rizal menyabet juara 3. Tak hanya itu Rizal pun seorang pemukul tipa yang apik sekaligus penyanyinya. Tak mau kalah, Rizal pun menjadi pasukan baris depan saat Tim Hijau lomba gerak jalan mengitari jalan Kokas saat matahari sedang terik-teriknya.

12.   Horiq Manaf Iha, anak laki-laki manis yang menjadi penyanyi sekaligus pemukul tipa langganan tim tari Kambar ini duduk di kelas 6. Pada bulan November kemarin Horiq berkesempatan berkunjung ke Jakarta untuk mengikuti seleksi akhir / final Lomba Menulis Cerita (LMC) tingkat SD. Naskah yang dia tulis berjudul “Ikanku Hari Ini”. Bersama Ila dan Riko, Horiq adalah kapten tim Cerdas Cermat Kambar saat melawan SD-SD dari Kokas dan Kramomongga.

Kampung Baru, 26 Januari 2015


Cerita Lainnya

Lihat Semua