Mama Beti Kum Iha

Lidya Annisa Widyastuti 19 Februari 2015

Sudah seminggu ini Mama Beti, Ibu asuhku di Kampung Baru sibuk wira wiri mengurus surat undangan Arisan Keluarga Iha, termasuk redaksional penggunaan kata baik nama maupun konten undangan. Mama adalah ketua Arisan Keluarga Iha.

Baik panas terik, hujan badai bahkan gelap malam tak menghalangi Ibu 4 orang anak ini untuk mengurusnya bolak balik dengan Ibu Rahma, bendahara Arisan Iha sekaligus rekan guru di sekolahku. Begitulah setiap bulan saat tanggal arisan sudah ditetapkan.

Padahal setiap pagi Mama sudah sibuk menyajikan setidaknya nasi putih plus minimal 1 atau 2 lauk yang menemaninya. Jam 8 beliau langsung ke rumah sakit (puskesmas besar) untuk menjalankan profesinya sebagai perawat bidan.

Karena profesinya inilah, kerap kali tengah malam orang datang untuk meminta bantuan bersalin kepadanya. Bahkan pernah sampai 2 hari beliau menginap di rumah sakit untuk membantu persalinan yang sulit. Pulang hanya untuk mandi dan ganti baju.

Saat seperti itulah Mama tidak bisa menyiapkan kami sarapan, akhirnya kamilah yang berusaha masak untuk sarapan, seringnya belum matang, atau hanya bisa goreng telur saja. Terkadang kalau Mama ada pasien, kami hanya puas dengan teh manis panas saja karena masakan tidak matang tepat waktu. "Betapa luar biasanya ya Mama."

Tak kenal lelah, pulang kerja Mama masih mengurusi makan anak-anaknya. Menyuruh tidur siang. Tak jarang cucian seabrek Mama cuci menggunakan tangan tanpa mengeluh. Kalau ada waktu luang, Mama akan membereskan rumah agar lebih rapi, menyapu, menyimpan, merumput, apa saja.

Malam Mama gunakan untuk mengerjakan tugas kantor dan menyuruh anak-anaknya belajar. Dua anak laki-laki, kelas1 dan kelas 6.

Anak gadis Mama yang pertama dan yang kedua sedang melanjutkan sekolah di Jawa. Mama mengusahakan kenyamanan yang terbaik.

Sering menelepon, menanyakan ada kegiatan apa, kapan ulangan, mendengar keluh kesah anak-anaknya, bahkan memantau perkembangan kesehatan anaknya bila ada yang sakit.

Perhatian itu juga aku dapatkan. Mama Beti terkadang meneleponku dan menanyakan kabarku saat aku sedang berada di kota, tidak di rumah.

Sering kali Mama kucurhati mengenai apa saja, beliau akan mendengarkan. Kadang nasihat-nasihat juga beliau berikan.

Saat tamu datang, baik keluarga maupun teman-temanku, Mama selalu menyajikan makanan yang terbaik. Labu orek telur dan lontar coklat adalah makanan kesukaanku di sini.

Terkadang Bapak heran, "Sudah dibela-belain kerja tengah malam, tiap hari masuk kantor, bahkan sampai antar pasien ke Fakfak. Tourney juga. Posyandu anak kecil lah, senam ibu hamil lah, lansia lah. Tapi kok yang dapat penghargaan bidan teladan bukan Mama e."

"Yo tanggung jawab to," jawab Mama. "Beta tra (tidak) mau makan gaji buta," lanjutnya.

Karena tugasnya ini jugalah, terkadang Mama harus "tourney" (pelayanan kesehatan keliling, baik posyandu anak kecil, ibu hamil atau lansia) keliling kampung di pesisir pantai.

Harus menyeberang dengan perahu, baik cuaca tenang, berawan. Baik panas menyengat, hujan deras, berombak kencang, keliling untuk memberikan pelayanan kesehatan di kampung-kampung di pulau-pulau adalah salah satu tugas beliau.

"Besok Mama tourney ke Andamata, Vior, Arguni," cerita Mama suatu kali. 3 pulau sekaligus dalam 1 hari.

Posyandu anak-anak, ibu hamil dan lansia pun beliau lakukan dengan senang hati. Malam sebelum posyandu, biasanya beliau akan keliling memberi tahu masyarakat agar datang ke posyandu. Begitu juga beliau mengingatkan petugasnya.

Akhirnya saat posyandu berakhir, bila orang yang posyandu tidak sesuai target yang sudah ditentukan. Mama dan petugas lainnya akan mendatangi satu-satu ke rumah orang-orang yang seharusnya ikut posyandu.

Tak jarang orang datang meminta obat, bila tidak bisa ditangani di rumah, Mama akan menyuruh langsung ke puskesmas.

Tak lupa senam Ibu Hamil. Beberapa kali, teras rumah beliau sulap jadi sanggar senam Ibu hamil. Ada karpet, bantal, laptop dan speaker. Setelah memberikan penyuluhan terkait Ibu hamil, Mama akan memutar video senam Ibu hamil.

Sambil sesekali mempraktekkan Mama juga dengan sabar mengawasi dan memberi tahu gerakan yang tepat dan yang tidak boleh dilakukan saat senam.

Begitulah Mama Beti Kum Iha. Ibu asuhku dengan segudang aktivitasnya. Bertanggung jawab kepada para pasiennya, dan sangat peduli dengan keluarga apalagi pendidikan anak-anaknya.


Cerita Lainnya

Lihat Semua