Kelas Jauh Kami, SD Negeri Masina

Lidya Annisa Widyastuti 31 Desember 2014

Guru Honorer silih berganti

SD Inpres Kampung Baru tempat ku mengajar hampir setengah tahun ini sudah beberapa kali berganti guru honorer. Bulan September ada dua Bapak Guru Honorer yang mengajar, Bapak Azamando dan Bapak Umar. Namun sayang, belum juga dua bulan mereka mengajar, mereka sudah dipindahkan (karena mendapatkan kontrak langsung dari dinas pendidikan) ke sebuah sekolah di Goras, sebuah pulau di distrik Kokas.

Andil mereka cukup banyak, membantu mengajar jika para wali kelas terlambat datang atau mungkin tidak datang. Tak hanya itu mereka juga mempunyai andil yang cukup besar, saat lomba di Distrik Kokas, merekalah yang sigap dalam melatih anak-anak untuk mengikuti lomba. Gerak jalan, paduan suara, menggambar, bahkan Bapak Azamando membantu kami membuat dan merapikan papan mading sekolah, “Corat Coret Si Cilik Kambar”.

Sebenarnya bersamaan mereka mengajar di SD kami, ada seorang guru honorer lain, yaitu Ibu Firna. Ibu Firna menjadi wali kelas 1. Hanya Ibu Firna yang tetap mengajar di SD kami. Kemudian Ibu Kepala Sekolah memberikan dua orang puteri daerah untuk menjadi guru agama di sekolah kami, yaitu Ibu Rugaya Iha dan Ibu Rahmawati Aheek. Ibu Rugaya mengajar di sekolah induk, di SD Inpres Kampung Baru. Sedangkan Ibu Rahmawati mengajar di kelas jauh SD Inpres Kampung Baru yang berada di Kampung Masina.

Kelas Jauh, SD Negeri Masina

Sudah sekitar 2 tahun kegiatan belajar mengajar dilaksanakan di kelas jauh yang terletak di Kampung Masina. Awalnya hanya Dari awal 2 guru dari kelas induk, SD Inpres Kampung Baru mengajar di sana, Ibu Siti Harlina yang kelak akan menjadi kepala sekolahnya, dan Bapak Ajan, yang juga mengambil honor di SD Inpres Kampung Baru, namun saat penerimaan PNS kemarin, Bapak Ajan mendapatkan nama di daftar PNS yang diterima.

Kelas jauh ini berdiri di sebuah tanah lumayan lapang di sebuah bukit di Kampung Masina. “Sebenarnya SD Negeri Masina ini bergabung dengan rumah guru, Ibu. Jadi ada beberapa kamar tapi kecil-kecil saja,” kata Bapak Ajan menerangkan saat ku tanya bagaimana bentuk bangunan SD Negeri Masina.

Perjalanan ke Kelas Jauh

Ya, tanggal 10 Desember 2014, hari Rabu kami (aku bersama tiga orang guru lainnya, Ibu Rahma – wali kelas 2, Ibu Rugaya – guru agama, dan Ibu Firna – wali kelas 1) menjadi hari untuk jalan-jalan. Kami mendampingi siswa-siswi kelas 1, 2 dan 4. Kami mengunjungi keluarga besar kami yang bersekolah di kelas jauh. Biasanya mereka yang mengunjungi kami setiap hari Sabtu, hari olahraga, senam atau ekstrakulikuler. Ini adalah kali pertamaku mengunjungi kelas jauh kami, mungkin untuk sebagian besar guru dan murid juga begitu.

Kami berpakaian olahraga. Anak-anak berkostum pink, baju olahraga baru kami. Semua anak dibariskan menurut kelasnya. Karena jalan yang akan dilalui adalah jalan lintas Kokas – Fakfak, dimana banyak kendaraan hilir mudik, jadi setiap anak harus berbaris berpasangan 2 – 2. Berurutan dari kelas 1, 2 dan terakhir 4. Guru mendampingi di depan 1, tengah 1 dan belakang 1. Aku maju mundur untuk mengabadikan petualangan mereka pertama menuju rumah saudara mereka.

Langit sedang hangat bersahabat, cerah sekali. Pukul 8.30 WIT, setelah memastikan pasukan siap, waktunya kami semua berangkat, setelah ijin ke kepala sekolah. Mulailah perjalanan itu, kami keluar gapura sekolah menuju jalan besar. Kelas lain punya tugas masing-masing, kelas 3 membuat tempat sampah bersama Pak Taher, wali kelasnya; kelas 5 dan 6 melakukan remedial bersama wali kelasnya masing-masing.

Sepanjang jalan, Ibu Rahma memimpin anak-anak untuk bernyanyi bersama; agar anak tidak cepat merasa lelah. Dari lagu kebangsaan, pramuka hingga lagu Terima Kasih Guruku. Kiri kanan warga menyapa kami yang dengan riang gembira berjalan bersama. Kurang lebih 15 menit perjalanan kami sudah menukik turun menuju gang Kampung Masina untuk memasuki kawasan kelas jauh. Ternyata bangunan kelas jauh ada di atas bukit.

“Awas licin, ya!” kata seorang warga khawatir saat kami mulai berjalan naik menuju kelas jauh. Jalanannya dari tanah, semalam hujan, sehingga membuat tanah itu lembab dan agak licin. Akhirnya sampai juga di depan bangunan kelas jauh. “Subhanallah!” kataku terpesona dengan pemandangan yang tersaji di depan kelas jauh. Sebuah pulau kecil dengan banyak pohon di seberang, teluk dengan air berwarna hijau dan pemandangan langit yang luar biasa jernih.

Pak Ajan, Ibu Rahmawati dan siswa-siswi kelas jauh sudah menunggu kami. “Selamat datang semuanya!” seru Pak Ajan. “Mari masuk. Ko pu sepatu lepas e (Sepatumu dilepas, ya),” lanjut Pak Ajan mengingatkan kami untuk melepas alas kaki kami sebelum masuk ke dalam bangunan. Saat masuk, ruang pertama adalah ruang tamunya. Di depannya ada sebuah ruang  yang penuh berisi 4 meja dan 4 kursi untuk siswa, sebuah meja dan sebuah kursi untuk guru serta sebuah papan tulis. Itu adalah ruang kelas 3.

Kemudian maju sedikit di sebelah kiri ada sebuah ruang berisi ranjang, sepertinya tempat bermain anak-anak. Di depannya ada sebuah ruang yang dijadikan kantor guru. Setelah itu, sebuah ruang besar, terlihat anak-anak sedang bermain dan ada papan tulis besar serta banyak kursi dan meja tersusun rapi di sana. menjadi tempat siswa-siswi kelas 1 dan 2 belajar. Di sana kami bermain dan berfoto bersama, agar siswa-siswi SD Inpres Kampung Baru saling mengenal dengan siswa-siswi kelas jauh.

“Sebenarnya kelas jauh su jadi SD Negeri Masina, Ibu. Sa yang jadi kepala sekolahnya. Karena su dua tahun kegiatan belajar mengajar to. Tapi belum ada SKnya. Jadi ya masih gabung deng SD Inpres Kampung Baru,” cerita Ibu Siti Harlina tentang status kelas jauh. Kurang lebih satu jam kami berada di sana, kemudian anak-anak bersama semua guru kami ajak ke SD induk.

“Bagaimana hari ini anak-anak?” tanyaku pada mereka semua.

“Senang! Capek! Panas! Seru!” kata mereka bergantian.

Dimulailah perjalanan pulang kami. Jalan menuruni bukit tempat bangunan berada. Kemudian keluar menuju jalan besar. “Garuda Pancasila. Akulah pendukungmu…,” lagu yang dikumandangkan anak-anak saat jalan kembali ke sekolah. Hari itu cukup menyenangkan bagi anak-anak. Mereka menemui saudara mereka yang jarang mereka temui, tidak jauh sebenarnya tempatnya, namun cukup asing karena mereka jarang bertemu dan berinteraksi.

Fakfak, 16 Desember 2014.

 


Cerita Lainnya

Lihat Semua