Ikanku Hari Ini

Lidya Annisa Widyastuti 19 Desember 2014

Halo, nama saya Horiq. Saya kelas enam SD. Sekolah di SD Inpres Kampung Baru Kokas, Fakfak, Papua Barat. Saya suka berenang dan menangkap ikan di laut. Pada hari minggu pagi saya bangun pagi-pagi dan bersiap-siap ke laut untuk menyelam dan menangkap ikan di laut. Saya mengajak Bapak, “Bapak ikut kah tidak?”

“Tidak, habisnya Bapak ada dapat undangan pigi (pergi) ke orang nikah, kau tara (tidak) ikut Bapak kah?” jawab Bapak.

“Tidak usah Bapak, lebih baik saya menyelam dan menangkap ikan di laut saja, supaya sebentar malam kitorang (kita) tidak makan kosong toh?”

“Ya sudah, Bapak berangkat dulu, ko hati-hati yo, berdoa supaya Tuhan Yang Maha Esa menjaga kau dalam perjalanan.”

 “Iyo Bapak, saya pergi dulu ke laut ya.”

Setelah Bapak pergi saya langsung menyiapkan alat penangkap ikan (jaring) setelah itu saya pamitan ke Mama, Mama bilang “Iyo, hati-hati yo.” Di rumah kami memiliki dua perahu. Perahu dayung, perahu yang terbuat dari kayu dijalankan dengan cara di dayung. Hanya bisa muat untuk 2-5 orang. Dan perahu fiber, perahu yang dijalankan dengan mesin. Bisa muat 20-30 orang. Karena Bapak tidak ikut ke laut, jadi saya pakai perahu dayung saja. Setelah mengangkat jangkar, saya mulai mendayung. Di tengah perjalanan saya melihat penyu. Jadi di Papua penyu itu namanya Teteruga. Sesampainya di tengah laut, saya langsung memegang alat penangkap ikan lalu saya menyelam di laut. Saya melihat di sekeliling saya, “Wow, banyak karang yang besar-besar, dan indah-indah.”

Saya melihat ikan yang banyak dan saya langsung menangkap ikan yang di sekeliling saya. Saya kembali naik ke perahu untuk menaruh ikan yang tertangkap. Lalu saya menyelam lagi. Begitu terus sampai saya sadar, “Wah sudah mau sore ni, saya harus pulang ke rumah sebelum magrib. Mungkin Mama juga sudah menunggu saya.” Langsung saya naik ke perahu dan mulai mendayung ke rumah. Sesampainya di rumah, “Faruq, tolong angkat loyang buat wadah ikan ini.”

“Iyo nanti beta (saya) angkat,” jawab Faruq. Faruq itu adalah adik saya satu-satunya. Usianya 6 tahun, dia kelas 1 SD. Setelah Faruq mengambil tempat untuk ikan, saya memindahkan semua ikan yang ada di perahu ke dalam tempat itu. Lalu saya menaruh jangkar agar perahunya tidak hanyut. Sesudah itu saya menaruh tempat ikan itu di atas meja, saya mencari penutupnya, agar tidak dimakan kucing. Di rumah kami memelihara 4 ekor kucing. Setelah itu saya mandi untuk membersihkan badan agar tidak gatal-gatal.

“Faruq, Mama ada dimanakah?” tanya saya pada Faruq.

“Mama ada pigi bantu orang melahirkan,” jawab Faruq. Mama saya adalah seorang bidan yang biasa membantu orang-orang di kampung saya melahirkan.

“Kalau Bapak su (sudah) pulang dari hajat orang nikah kah?”

“Sudah, tapi Bapak ada dapat undangan rapat lagi di kepala desa.”

“Ooo kalau begitu ko (kau) pi (pergi) main sudah, nanti Kakak masak ikan baru kitorang makan.”

“Iyo, masak yang enak yo.”

Setelah itu saya langsung membersihkan ikan untuk digoreng dan dimakan. Sebelum menggoreng ikan, saya mengatur piring di atas meja dulu. Setelah itu saya kembali lagi untuk menggoreng ikan. Setelah semuanya digoreng, saya membawa tempat untuk ditaruh di atas meja makan. Setelah mengatur semua makanan di atas meja, tiba-tiba saya mendengar “Assalamualaikum.”

“Wah kayaknya Bapak dan Mama sudah pulang nih.” Ternyata benar Bapak dan Mama sudah pulang. Saya langsung memanggil Mama, Bapak, Adik, dan Kakak saya semua untuk makan bersama-sama. Saya bilang ke Bapak, “Bapak, tadi saya melihat kura-kura yang besar pada perjalanan ke laut, dan sesampai di lau saya melihat karan-karang yang besar-besar dan indah-indah. Satu lagi saya melihat ikan yang besar-besar dan banyak. Saya menangkap ikan di sekeliling saya. Ikan yang tangkap itu ikan yang sekarang kita makan.”

“Oo... berarti tadi kau sendiri yang pergi di laut toh?” tanya Mama. Saya bilang “Iyo.” Setelah itu saya dan Kakak membersihkan meja makan. Kami menaruh piring kotor di tempat cuci piring. Terus kami cuci piring bersama. Saat mencuci Kakak bilang, “Horiq, besok ko pi keluar lagi menangkap ikan di laut toh? Supaya kita tara makan nasi saja, biar ada ikan toh. Kalau ko tara kaluar menangkap ikan bagaimana kitong makan nasi saja tara deng (tidak dengan) ikan kah?”

“Tapi Horiq, biar kitong makan nasi saja, kitong harus bersyukur kepada Tuhan yang Maha Esa. Kalau kitong tara bersyukur, mana mungkin kitong bisa makan makan makanan enak-enak macam tadi,” lanjut Kakak

“Yah sudah Kakak kitong lanjut mencuci piring sudah,” kata saya pada Kakak. Setelah itu, kami bertiga, saya, Faruq dan Kakak saya belajar. Setelah belajar kami tidur. Pada paginya Kakak saya membangunkan saya jam 6 pagi. Setelah itu saya bersiap-siap ke sekolah. Setelah mandi saya sarapan, supaya saya tidak lapar saat di sekolah. Saya berpamitan kepada Mama dan Bapak. Saat di tengah perjalanan, saya bertemu Rizal, teman sekelas saya. Dia menghampiri saya dan kami berangkat bersama.

Sampai di sekolah, kami langsung naik ke lapangan untuk melaksanakan upacara, dan saya dipilih untuk menjadi komandan peleton. Sesudah upacara kami masuk ke kelas masing-masing untuk menerima pelajaran. Saya dan teman-teman menerima pelajaran dari wali kelas kami yang bernama Abdul Rahman Wasaraka. Bapak guru mengajarkan pelajaran Bahasa Indonesia hari ini. Tugas Bahasa Indonesia saya mendapatkan nilai sepuluh.

Pada saat bel istirahat berbunyi, saya dan teman-teman bermain bola bersama adik-adik kelas. Saya bermain bersama Sahril, Rizal, Ari, Agung, Bambang, Gani, Riko, Kifil, Nofelai, Majid. Saat bermain kakinya Kifil terkena duri hingga berdarah. Lalu kami semua berhenti bermain bola dan teman-teman yang lain meminta izin kepada kepala sekolah untuk membawa Kifil ke rumah sakit. Kami kembali ke sekolah setelah mengantar Kifil. Saat itu bel tanda pulang berbunyi, jadi saya dan teman-teman langsung berdoa untuk pulang lalu bersalaman dengan Bapak dan Ibu Guru.

Setelah pulang, saya melakukan kegiatan seperti biasa, ke laut untuk mencari ikan. Saya mengajak Bapak untuk ikut. Bapak bilang, “Iyo, kalau begitu tunggu Bapak keluar beli bensin soalnya minyak di Jonson (perahu mesin) itu su mau habis.” Jonson itu perahu mesin yang menggunakan minyak tanah sebagai bahan bakarnya. Harus dicampur dengan bensin dan oli juga untuk menyalakannya. Langsung Bapak naik motor dan pergi beli bensin. Saya tunggu Bapak di teras sambil duduk-duduk. Tiba-tiba saya lihat ada motor berhenti di depan, ternyata Mama pulang dengan ojeg. Saya melihat Mama memegang banyak barang bawaan, saya langsung membantu Mama memegang barang-barang itu ke dalam rumah.

“Horiq, Bapak ada dimana?” tanya Mama

“Oh, Bapak ada keluar beli bensin buat pigi ke laut.” Jawab saya.

“Oh, baru (terus) Kakak?”

“Kakak ada istirahat di kamar.”

“Oh sudah kalau begitu, Mama mau ganti baju dulu. Mama lai (juga) mau istirahat sudah.” Setelah itu Bapak sampai dan Bapak memanggil saya untuk mencampur bensin dengan oli. Sesudah itu Bapak mengganti baju untuk menyelam. Kami langsung turun ke perahu untuk menangkap ikan di laut.

“Brmm brmm brmm” suara mesin Jonson yang Bapak hidupkan. Kami mulai berlayar. Dalam perjalanan Bapak bilang pada saya, “Horiq, mari dulu.” Lalu saya ke Bapak, “Kenapa Bapak?” “Ini kau yang nyetir sudah.” “Emangnya Bapak mau bikin apa?” tanya saya. “Bapak mau timba ruang (mengambil air laut yang masuk di perahu) perahu dulu.” Setelah Bapak menimba ruang perahu perahu, Bapak kembali menyetir. Sesampai di tengah laut, Bapak mematikan mesin, dan saya membuang jangkar perahu agar tidak hanyut.

Setelah itu kami memegang alat-alat penangkapan ikan, dan menyelam. Sebelum menyelam saya dan Bapak berdoa kepada Tuhan yang maha Esa agar tidak terjadi apa-apa pada saat menyelam nanti. Kemudian kami menyelam, sesampainya di dasar laut saya melihat ikan yang besar-besar dan banyak. Saya langsung menangkap ikan-ikan itu sayang cuma dapat 6 ekor saja. Tapi saya bersyukur bisa dapat ikan. Lalu saya naik duluan di perahu. Beberapa menit kemudian Bapak naik ke perahu membawa ikan sekitar 7 ekor. Kalau digabungkan hasilnya 13 ekor ikan hari ini yang saya dan Bapak dapat.

“Ayo kita pulang sudah mau sore ini,” kata Bapak.

“Tapi ikan kita masih sedikit,” jawab Horiq.

“Tidak papa yang penting kita harus bersyukur kepada Allah. Kalau kita terus bersyukur besok kita bisa dapat ikan yang banyak,” kata Bapak.

“Aamiin,” jawab saya.

“Ya sudah kalau bagitu kita pulang sudah mau magrib. Ko tolong angkat jangkarnya,” kata Bapak lagi.

“Oke, saatnya kita pulang ke rumah,” kata saya lagi. Lalu saya dan Bapak berlayar menuju rumah.

Mungkin sampai di sini saja cerita saya ya. Salam saya Horiq M. Iha dari Papua. 

 

Ikanku Hari Ini adalah karya Ahek Horiq Manaf Iha, adik asuhku di Kampung Baru sekaligus siswa kelas 6 SD Inpres Kampung Baru. Dia berhasil menjadi 15 besar finalis dan berkesempatan ikut seleksi akhir di Cisarua Bogor. Hasilnya dia meraih urutan ke 14 dari 15 siswa dari berbagai SD di seluruh Indonesia yang menjadi finalis. (10-14 November, Cisarua Bogor)


Cerita Lainnya

Lihat Semua