Rider Tangguh Kananga

Lana Alfiyana 16 November 2013
Perjalanan selama bertugas sebagai Pengajar Muda di daerah yang dikatakan terpencil"?"  memang tidak akan pernah mudah. Selain harus bersentuhan langsung dengan murid-murid di sekolah PM pun harus dapat merangkul masyarkat dan stakeholder yang berada di daerah. Alasan geografis dan faktor sosiologis menjadi tantangan dalam menjalankan tugas tersebut. Mungkin akan saya berikan salah satu contohnya, seperti Kepala UPTD Pendidikan yang tidak tinggal di kecamatan wilayah kerjanya, sehingga untuk melakukan advokasi harus menunggu beliau datang ke kantornya yang itu berarti jadwal tidak tentu, atau -ngobrol- via telpon, atau kalau mau "sedikit" jalan-jalan bisa kita mengunjungi beliau langsung ke rumahnya. Rumah beliau dimana? Rumah beliau ada di kecamatan sebelah, untuk mencapai kesana dibutuhkan waktu 2-3 jam menggunakan mobil/truk atau sepeda motor kalau tidak pecah ban di jalan. Kenapa saya ikut mencantumkan kondisi "kalau tidak pecah ban" ? karena 4 dari 5 perjalanan saya menuju ke kecamatan sebelah selalu pecah ban, kondisi jalananya bisa dibilang terlalu ganas untuk ban biasa. Mungkin sudah bisa dibayangkan betapa parahnya jalanan tersebut, itu baru salah satu saja. Eh?? tulisan ini bukan mengenai keluhan yaa, sungguh saya menikmati segala yang ada di sini termsuk jalanan yang ajaib, saya cuma ingin bercerita saja kok. Cerita jalanan? yah akan berhubungan erat tapi ini tentang pengguna jalannya :)     Tugas saya sebagai pengajar muda tidak akan berjalan dengan baik tanpa bantuan mereka. Siapa mereka? mereka adalah para pengendara-rider- ojek di desa saya Labuan Kananga dan bisa dibilang mereka juga partner PM hehehe. Saya akan menggunakan kata rider untuk menyebut mereka yang telah berjasa mengantarkan kemana pun saya pergi selama disini dengan motor tentunya, karena tidak semua rider itu tukang ojek hehehe. Ibu-ibu di Kananga telah berjasa melahirkan rider-rider tangguh penakluk jalanan Tambora. Saya cukup beruntung karena desa saya adalah ibu kota kecamatan yang sebagian jalannya sudah di aspal. Ada yang bilang -ahh siapapun yang bilang terserahlah- kalau pebalap tangguh tidak lahir dari lintasan lurus. Ya. Itu benar. Pebalap itu lahir dari rahim ibu mereka -ah tentu bukan ini yang ingin saya ceritakan- . Bagaimana mereka bisa dibilang tangguh kalau jalanan yang mereka lalui beraspal? mari simak penuturan saya. Kecamatan Tambora sangatlah luas, terdiri dari 7 desa dengan hanya 2 desa saja yang terjangkau aspal yang kualitas aspalnya tidak bisa dibilang bagus, sudah bolong sana-sini dan yang teraspal hanya jalanan utama saja, lalu bagaimana dengan 5 desa yang lain dan jalan menuju perkampungan? kalau dideskripsikan dalam 5 kata seperti ini kira-kira berbatu, berliku, berpasir, menanjak dan licin. Bahkan kalau boleh lebay pilihan jalurnya hanya ada dua pilih jalur rusak atau rusak banget >_< .     -Aaah PM ini pamer kesusahan aja- Sungguh tidak ada niatan seperti itu saya hanya ingin menunjukkan medan seperti apa yang membuat para rider ini tangguh. Merka lahir dan besar disini, setelah mereka remaja, mereka harus membantu orang tua mereka mengantar ini itu lintas kampung, lintas desa, mau tak mau skill berkendara mereka sudah sangat terlatih.  Saya nggak yakin di usia yang sama dengan adik angkat saya, sang juara motoGP Marc Marquez juga memiliki skill mengemudi di lintasan jalanan Tambora, Dedi-adik angkat saya-sudah bolak-balik mengantar saya ke Doro Le'de tempat saya mengajar kelas jauh. Jalanan Doro Le'de seperti apa? ya seperti tadi yang aku ceritakan mungkin bisa ditambah berlubang . Kalau dalam seri race MotoGP lintasan Tambora menjadi salah satu sirkuitnya dan boleh diikuti oleh rider lokal, saya bisa memprediksi siapa saja yang menjadi  TOP5 nya. Untuk posisi pertama saya akan menjagokan Dedi-adik angkat saya-, kemudian Bang Boim-Ojek langganan saya dan Eka yang tinggal di SP3-, lalu di tempat ketiga ada Papa Dika-Ayah angkat saya-, di posisi keempat adalah Papa Royo-orang tua murid di sekolah saya yang juga langganan Siska-, kemudian saya memasukkan rekan PM saya -Tio Nugroho yang  lebih sering Ia sebut sebagai ValenTIO Rossi dan si wanita tangguh Siska- di posisi kelima. Beberapa anak muda di Kananga yang saya kenal juga sudah terlihat memiliki skill berkendara  yang cukup tangguh,seperti Sulman yang membatu ibunya untuk membawa dagangan dengan motor melintasai perbatasan kabupaten Bima-Dompu melewati 3 jembatan rusak dan menyeberangi sungai. Bagaimana? Tangguh kan? BANGET!!  Bagaimana dengan para orang tua di Kananga? Sisa ketangguhan masa muda mereka masih terlihat di usia mereka yang tidak bisa dibilang muda lagi. Mungkin Tuhan sudah memberikan gen sebagai rider handal untuk para lelaki Tambora.   Saya ingin bercerita -lah emang dari tadi ngapain?- iya.. saya akan melanjutkan cerita saya.cerita tentang ketangguhan para rider Kananga, akan saya perkenalkan satu per satu   #1 Dedi adik angkat saya ini bisa dibilang partner perjalanan PM, dia tidak hanya siap mengantarkan saya ke Doro Le'de ketika saya harus mengajar ke kelas jauh atau ke Kadidi ketika saya akan pergi ke Kota, tapi dia juga sering mengantar Eka ke SP3 yang separuh jalannya merupakan....yah seperti itulah, seperti yang sudah saya sebutkan di atas. Bagaimana dengan waktu tempuhnya? dengan kecepatan normal ojek biasa jarak dari Labuan Kananga ke SP3 ditempuh dalam waktu 1,5-2 jam. Dengan kecepatan normal Dedi menurut Eka perjalanan dari Labuan Kananga ke SP3 bisa ditempuh dalam waktu kurang dari 1,5 jam. Keamanan berkendara? Menurut pengalaman pribadi saya walaupun tidak cukup aman karena tidak menggunakan helm padahal ada, Dedi cukup lincah dalam menghindari jalan berlubang,jago memilih jalur yang paling sedikit beresiko benturan, dan satu skill tambahannya adalah penguasaan Dedi terhadap motor benar-benar -sugoooiii- dia tidak pernah mendapatkan pelatihan perbengkelan secara formal, tapi dia selalu punya akal kalau motor kenapa-kenapa dengan peralatan seadanya -Boleh saya minta applause buat adik saya ini?- terima kasih. Kisah saya bersama Dedi yang paling membekas diingatan adalah saat menjelang malam dia menjemput ke Doro Le'de dengan penerangan hanya dari lampu motor, diiringi hujan yang mulai membasahi bumi, Dedi dengan hati-hati membawa saya turun ke Kananga jalanan licin dan udara yang dingin menemani kami turun. Mungkin saat itu saya belum terlalu percaya dengan kemampuan Dedi dan berpikir kami akan mengalami jatuh dari motor 1-2 kali tapi ternyata saya sampai di Kananga dengan selamat dan sedikit basah. Sejak saat itu saya percaya Dedi, walaupun cepat tapi dia tau bagaimana mengendalikan motor dan menaklukkan jalanan Tambora ini. Jadi wajar bukan kalau saya menempatkan Dedi di posisi nomor 1.     #2 Bang Boim Ojek Kananga, selain tangguh mereka juga canggih. Biasanya kita akan menunggu dipinggir jalan untuk menghentikan ojek yang lewat, kalau di Kananga, saya tinggal angkat telepon ojek bisa datang, by sms ataau by phone juga bisa, tapi aku sarankan by phone karena kadang mereka juga kehabisana pulsa jadi tidak bisa balas sms hehehe. Bang Boim ini paling sering mengantar Eka ke SP3, dengan penampilan ala bad-boy, topi terbalik dan kacamata hitam -gaul abiiis- Bang boim adalah salah satu ojek favorit saya karena kemanan berkendaranya. Ketika melewati jalanan menanjak yang kadang saya pikir 'nggak bisa nih kalau saya tetap membonceng, harus turun' dia dengan santainya bilang 'nggak usah turun Bu..bisa kok' mantap, menyakinkan dan aman tanjakan-tanjakan di Doro Le'de berhasil ditaklukkan. Beda lagi saat ke Kadindi kami harus melewati jembatan kayu yang kayunya sendiri bolong-bolong, haduuh saya ngeri saat pertama kali melewatinya -tapi tetep pasang muka tenang- hehehe, seolah memberi tanda 'tetap diatas kita bisa melalui jembatan ini' dan hasilnya....YA SELAMAT. Ketegangan tidak hanya disitu, ada turunan menuju sungai tak berjembatan yang harus kami lalui, lagi-lagi gestur Bang Boim memberi tanda 'tetap diatas kita bisa menyebrangi sungai ini' membuat saya mau tak mau tetap berada diatas motor Bang Boim untuk menyeberangi sungai tersebut dan hasilnya.... SELAMAT lagi :D. Bang Boim ini sering mengangkut barang dagangan orang-orang kananga yang berbelanja di Kadindi dengan jalanan yang seperti itu ketangguhan Bang Boim tidak perlu diragukan lagi.     #3 Papa Dika Alasan kenapa Papa Dika saya masukkan ke #3 adalah karena saya tidak sering diantar oleh beliau karena tidak ingin banyak merepotkan,Saya lebih memilih diantar oleh Dedi atau Bang Boim daripada Papa Dika.Kalau ingin tau dari mana Dedi mendapatkan skill berkendara dan perbengkelan itu, jawabannya adalah dari Papa Dika. Papa Dika pernah mengalami kecelakan kecil saat bekerja kayu di Doro Le'de, yaitu potongan kayu menancap di telapak kaki beliau. Bayangkan saja beliau harus turun dengan kaki yang terluka, mengendarai motor sendiri menuju Kananga, berharap saya bisa mengambil serpihan kayu tersebut. Ternyata serpihan tersebut sudah menancap terlalu dalam, peralatan darurat saya tidak mampu menajangaku untuk mengambilnya. Kemudian beliau memeutuskan pergi ke dokter di Kadindi, dengan mengendarai motor sendiri. Ya Ampun...saya tidak tega melihat Papa Dika menahan rasa sakitr dan masih harus berkendara sendiri karena tidak ada orang yang bisa mengantar kesana dan alasan yang paling konyol adalah Papa Dika malu kalau nanti menangis dan dilihat orang, akhirnya saya memaksa harus ada yang menemani Papa, walaupun bukan saya Papa Dika akhirnya mengajak Dika -adik angkatku juga-. Papa kembali dari Kadindi dengan selamat dan telapak kaki yang dibalut perban. Ajaib!! benar-benar tangguh.     #4 Papa Royo Papa Royo, salah satu orang tua murid di sekolah ku. orang tua Suroyo kelas 5. Papa Royo ini juga jadi ojek langganan Siska dari dan ke desa Sori Bura. Sudah saya ceritakan kan kalau ojek disini canggih. Bahkan mereka mau melayani antar jemput antar desa by sms atau by phone -tepuk tangan buat Papa Royo-. Ketika tidak ada Dedi, Bang Boim, Papa Royo pun juga menjadi partner saya.   #5 Tio dan Siska Seharusnya mau memasukkan Tio saja di posisi 5 tapi dia kan laki-laki wajar punya skill lebih dalam berkendara dan lebih sering bawa motor sendiri kalau turun ke Kananga. Tapi Siska jago dong mental dan fisiknya menaklukkan jalanan Tambora sudah terbukti dari ujung ke ujung Tambora sudah pernah dia lalui. Kurang tangguh apa coba? Untungnya di rumah Siska tidak ada motor, kalau ada motor mungkin dia akan balapan dengan Tio. Alasan Siska menggunakan jasa ojek Papa Royo adalah karena tidak ada motor sendiri, kemudian dia pernah turun ke Kananga sendirian dengan motor belalang tempur milik Pak Firman lalu di marahi oleh Pak Kades hehehe. Teman-teman saya ini ketangguhannya sudah terujilah pokoknya.     Lalu bagaimana dengan saya? Yang katanya suka balap?Katanya suka kecepatan? Bisa naik motor pula. Hehehe skill mengemudi saya bersyarat, syaratnya adalah lebih jago menggunakan motor matic daripada motor biasa. Mental saya di jalanan berbatu sangat lemah belum setangguh Siska, lagipula Mama saya tidak akan mengijinkan naik motor sendirian di jalanan yang tidak beraspal hahaha. Oke akhir kata dari tulisan ini biar tidak tambah kacau lagi bahasa saya, dibuka dengan kalimat pembuka yang terbilang serius, ijinkan saya menutup paragraf ini dengan ala Cinta Laura.. -----Walaupun Hujan, Becek, di Kananga akan selalu ada Ojek----

Cerita Lainnya

Lihat Semua