Sang Merah Putih Siap!
Laili Khusna 23 April 2011
Apa yang dapat dilakukan ketika tak ada lapangan untuk melaksanakan upacara setiap awal pekan sebagaimana sekolah-sekolah pada umumnya? Halaman sekolah berlumpur, penuh rumput yang terendam air, juga ular yang bersembunyi di semak-semak. Anak-anak tak pernah olahraga di lapangan, juga tak pernah upacara. Senandung lagu kebangsaan tak dihafal mereka. Hormat kepada bendera tak pernah dilakukan. Maka, demi mereka agar mengenal sedikit momen yang dirasakan banyak anak di negeri ini, kucoba menciptakan momen upacara bendera sederhana.
Selenting ide untuk mengadakan upacara singkat di kelas kudapat begitu saja kala aku berkesempatan menjadi wali kelas sementara wali kelas sesungguhnya sedang cuti melahirkan. Sebuah momen yang tepat untuk mulai menanamkan hal-hal baru pada anak-anak didik. Mulai dari urusan sampah, kontrol terhadap piket kelas, aturan kelas, dan banyak hal lain sangat mungkin dikuasai ketika kita memegang sebuah kelas, termasuk di dalamnya memasukkan jadwal “upacara bendera.” Pada awalnya anak-anak hanya bengong kala aku mengutarakan ide ini. Raut bingung, tengok kanan kiri, bertanya-tanya seperti apa upacara bendera di kelas itu. Akhirnya tanpa terlalu banyak ba-bi-bu, Senin, 17 Januari 2011 kami memulai upacara sederhana di ruang kelas 3.
Senin, 17 Januari 2011
Pertama kalinya dengan sangat sederhana anak-anak kelas 3 yang kuampu merasakan momen penghormatan kepada bendera republik tempat mereka bernaung ini. Upacara bendera yang kumaksud ialah sebuah prosesi singkat yang terdiri dari: peletakkan tiang bendera pendek dan Sang Merah Putih di depan kelas, seluruh siswa berdiri, di-siap-gerak-kan oleh pemimpin upacara, hormat kepada Sang Merah Putih, dan ditutup dengan lagu Indonesia Raya. Untuk Pancasila, sudah dilafalkan usai berdoa.
Pertama kali mendengar anak-anak menyanyikan lagu wajib nasional nomor satu negeri ini membuatku sesak. Sesak karena haru melihat bibir mereka yang berupaya keras merangkai lirik dan nada yang ternyata belum mereka hafal. Ada anak yang bersemangat menyanyikannya meski terbolak-balik. Saat aku mengangkat tangan pertanda lagu dimulai, bagian reff Indonesia Raya langsung menyambutku, bukan baris pertama lagu itu. Maklum, reff adalah bagian yang paling sering terdengar. Kacau balau lirik dan nada mereka. Tapi jangan diragukan soal semangat anak-anak ini. Mereka sangat bersemangat menyanyikannya, keras-keras meski acakadut (menggambarkan negeri ini yang memang acakadut). Akhirnya anak-anak mencatat lirik lagu Indonesia Raya dan mereka menyanyikannya sembari melihat lirik di buku mereka.
Upacara pertama dipimpin oleh ketua kelas. Dirigen untuk memandu anak-anak menyanyikan lagu Indonesia Raya (seperti di sekolah-sekolah lain) pada upacara pertama ini aku sendiri. Selanjutnya, kutawarkan pada anak-anak siapa yang bersedia menjadi pemimpin upacara dan dirigen untuk upacara pekan depan. Anak-anak saling memandang, malu-malu. Pelan-pelan ada yang mengangkat tangan mengajukan diri sebagai pemimpin upacara, disusul anak lain yang bersedia menjadi dirigen. Aku pun tersenyum pada bintang-bintang pemberani ini.
Senin Pagi
Setiap Senin pagi berikutnya kami rutin melaksanakan upacara singkat di kelas. Anak-anak berebut ingin menjadi pemimpin dan dirigen. Pelan-pelan mereka belajar menyanyikan lagu Indonesia Raya dengan benar. Pemimpin upacara belajar menyiapkan pasukan, memberi aba-aba hormat. Anak-anak belajar berdiri siap, hormat pada bendera, dan mematuhi komando pemimpin upacara. Dirigen belajar memandu teman-temannya menyanyikan lagu dengan hikmad dan semangat.
Pernah suatu kali aku datang sedikit terlambat. Saat masuk kelas, aku disambut Sang Merah Putih di depan papan. Kelas pun tampak lebih rapi dan bersih daripada biasanya. Rupanya, anak-anak sudah mempersiapkan upacara bendera mereka. Senyum mereka menyapaku di pagi yang cerah itu, seolah berkata: Bu, Sang Merah Putih siap! Upacara siap dimulai.
...
Indonesia Raya merdeka merdeka
Tanahku negriku yang kucinta
Indonesia Raya merdeka merdeka
Hiduplah Indonesia Raya...
Rantau Panjang, 13 Maret 2011
Cerita Lainnya
Ikut Terlibat
Ikut Iuran Publik
Bermitra dengan Kami
Jadi Pengajar Muda
Pintasan
Korps Pengajar Muda
Cerita Pengajar Muda