3 K: Kaki Kering Koreng
Laili Khusna 13 Januari 2011
Ada beberapa penyebab mengapa kami mengalami hal ini: agas dan nyamuk, serangga lain yang entah berapa banyaknya di pulau ini, serta air. Aku sendiri cukup yakin ini gigitan serangga bernama agas serta nyamuk. Kerapkali kutemukan serangga kecil-kecil berwarna hitam, kadang ada sayapnya, kadang tidak. Maklum, dekat sungai yang kuotor, bawah rumahku adalah air dan sampah yang menjadi satu, ada ikannya juga, maka tak heran jika banyak serangga. Jika menggigit, terasa mak jus jus... atau kadang tidak terasa sama sekali dan dapat dipastikan setelah itu akan muncul bentol-bentol dan kugaruk dengan mantap. Orang boleh menyarankan “jangan digaruk”, tapi kalau Anda sendiri mengalaminya, aku tidak yakin Anda akan mengelusnya saja, nggak bakal tahan dengan super guatalnya.... Seringkali kita tidak sadar ketika terus menerus menggaruk- ketika ngobrol, baca buku, bahkan ketika mengajar. Maka, semenjak berada di tempat tinggalku saat ini, asap baygon bakar sudah jadi asupanku sehari-hari. Kelambu adalah pelindung sayap luar. Kaos kaki merupakan pelindung khusus. Celana panjang dan selimut tak pernah terlupa. Autan, balsem, minyak kayu putih, ada juga yang menggunakan minyak tawon, bedak khusus gatal, caladine cair, serta salep khusus yang mengandung betametason dan gentamicin selalu siap sedia. Bahkan ada yang minum tablet khusus alergi. Bermacam strategi dijalankan demi jihad menghindari serangan serangga-serangga itu. Ada yang sempat berkonsultasi ke dokter saking tidak tahannya. Orang sini bilang, itu hal biasa, lama-lama juga nggak, nyamuknya perkenalan dulu. Pertanyaannya adalah, “Sampai kapan mau kenalan? Setahun lagi?” Memang, masyarakat yang sudah lama tinggal di sini baik-baik saja. Kaki adek angkatku pun mulus-mulus saja, meski tidur tanpa kelambu. Subhanallah... Hmm... dari awal aku sudah bertekad untuk hidup sebagaimana masyarakat di sini hidup. Hidup dengan cara mereka hidup. Jika keluarga angkatku menggunakan air kolam berwarna suram untuk BAK dan BAB, maka aku pun mengikuti. Jika mereka menggunakan air hujan untuk mandi dan minum, aku pun mengikuti. Jika mereka mandi hanya dengan sedikit air, aku pun juga, meski kadang sabunnya masih terasa lengket, biar sudah, toh digosok pakai handuk hilang juga. Hehe. Jika yang wanita bisa mandi meski ada sedikit bagian kamar mandi yang terbuka, maka aku juga bisa. Beruntungnya dalam hal ini, aku pendek, jadi selamat dari lubang yang bisa dilihat dari pohon kelapa itu (kecuali kalau ada orang manjat). Asyiknya kalau malam purnama, bisa menikmati bulan sempurna dari dalam toilet papan mini. Kesimpulannya: mau bagaimana lagi. Tapi aku tidak masalah, aku senang bisa merasakan hidup seperti ini. Meski kakiku kering karena cuaca dan jarang makan sayur serta korengan karena serangan serangga-serangga spesial itu, aku senang bisa mengalami pengalaman ini. Aku tidak terlampau mengkhawatirkan koreng di kakiku. Lama kelamaan aku merasa gigitan-gigitan itu berkurang, barangkali karena mereka sudah mengenali darahku, sudah kenyang merasainya. Atau bisa juga karena aku sudah kebal dengan rasa gatal akibat gigitan mereka. Sekarang aku juga tidak terlalu bingung mencari obat, toh diobati sekarang, setahun di sini bisa begitu lagi. Jadi, kunikmati saja setahun ini. Setahun yang insya Allah akan menempa sistem kekebalan tubuh dan psikisku. Setahun yang akan sangat berarti untuk belajar adaptasi dan belajar mandiri. Setahun yang tak akan terlupakan sepanjang hidupku. Rantau Panjang, 1 Januari 2011 Diedit pada 11 Januari 2011 Spesial ditulis untuk De Korenx Genkz. :P Tahun baru pertamaku di perantauan. Semoga Allah Menjaga kita selalu...
Cerita Lainnya
Ikut Terlibat
Ikut Iuran Publik
Bermitra dengan Kami
Jadi Pengajar Muda
Pintasan
Korps Pengajar Muda
Cerita Pengajar Muda