Suatu Minggu di Desa Grejek

Laila Tri Nurachma 14 April 2015

β€œNis, pembukaan Dhurung Elmu Minggu nanti di Grejek ya. Ada Pak Mahfud juga.”

Sepenggal informasi dari Ratna pada saya dan teman-teman satu tim di Bawean mengawali Senin kami di bulan Maret 2015.

Setelah proses diskusi panjang dengan para penggerak lokal sejak akhir tahun 2014, akhirnya kami (Pengajar Muda dan penggerak lokal di Bawean) sepakat untuk meningkatkan manfaat produk lokal kami (dhurung) dengan mengadakan Dhurung Elmu. Dhurung Elmu adalah sebuah gerakan masyarakat guna meningkatkan minat baca warga dengan memanfaatkan fasilitas dhurung yang banyak dimiliki oleh warga Bawean. Dhurung sendiri, kawan, adalah gazebo khas Bawean.

Ok, kembali ke bulan Maret. Malam Minggu saya dan teman-teman menginap di Sangkapura untuk rapat koordinasi. Minggu paginya kami bersiap untuk berangkat ke Grejek. Karena tahu akan ada Pak Mahfud (kepala UPTD Pendidikan Tambak), saya sengaja memilih baju yang agak formal untuk datang ke Desa Grejek. Saya sendiri tak tahu akan seperti apa kegiatan di Grejek nanti. Ratna hanya mengatakan bahwa kita akan mengisi kegiatan awal dhurung elmu dengan membuat alat permainan bersama anak-anak dan orang tuanya.

Pagi ini kami iseng mencoba jalur baru menuju Grejek, yaitu lewat jalur tengah. Ternyata, kondisi jalan di jalur tengah penuh liku, menurun, dan menanjak. Alhasil kami pun kepayahan dan butuh waktu perjalanan cukup lama. Sungguh terkejutnya saya ketika tiba di Grejek. Tenda biru telah memayungi sebuah rumah. Dhurung di pekarangannya sudah dihias menarik dengan kertas warna-warni, tulisan-tulisan arahan, struktur organisasi Dhurung Elmu, dan tak lupa sebuah rak berisi berbagai macam buku dan majalah telah terpasang di dhurung. Bahkan, sebuah tempat sampah kayu sudah disiapkan di pinggir dhurung agar setiap warga yang membaca di dhurung sambil makan-makan tidak kesulitan untuk membuang bungkus makanannya.

Pembukaan Dhurung Elmu Grejek diawali dengan sambutan dari Pak Agus, koordinator II yang juga kepala sekolah SDN 2 Kebun Teluk Dalam tempat Ratna mengajar. Setelah itu, dilanjutkan oleh sambutan dari Tuti, perwakilan Pengajar Muda. Peresmian Dhurung Elmu dilaksanakan setelahnya dan dilakukan oleh Pak Mahfud. Dalam pidato singkatnya, Pak Mahfud sangat mengapresiasi usaha bersama warga Desa Grejek yang juga didukung oleh kepala desa dan kepala dusunnya. Tentu saja, dengan adanya Dhurung Elmu ini bisa meningkatkan kemampuan baca bagi anak dan menambah informasi baru bagi orang dewasanya. Di tengah sambutan, tiba-tiba Pak Arabi dan Pak Rahman (relawan Dhurung Elmu Bawean) datang dengan kaos sederhana. Kami pun tercenang, mereka pun tercenang.

Bagian yang paling menarik bagi saya dimulai setelah pita peresmian digunting, yaitu membuat alat permainan. Anak-anak dan orang tua bersama-sama mewarnai pola-pola gambar hewan yang sudah saya dan teman-teman saya siapkan sebelumnya. Kami semua hari ini membuat wayang-wayangan dengan karakter hewan. Setelah diwarnai, kami menempelkannya di atas kardus bekas, lalu diberi bambu. Bahan-bahan yang digunakan untuk membuat wayang-wayangan ini adalah bahan-bahan yang mudah dijumpai di sini dan sudah familiar bagi warga. Penutupnya, saya, Teguh, Sonya, dan Ratna memainkan lakon wayang di depan anak-anak Desa Grejek. Anak-anak tertawa melihat wayang yang mereka buat digerak-gerakan dan memainkan sebuah cerita. Kebahagiaan ini semakin lengkap saat kami makan bersama. Dengan sukarela, para ibu datang ke dhurung dengan membawa nampan-nampan berisi berbagai macam kudapan dan minuman. Ada juga ibu yang sengaja menyiapkan soto untuk santap siang kami. Pak Arabi dan Pak Rahman pun sampai tak menyangka bahwa kegiatan hari ini akan semeriah itu.

Begini lah ceritanya ketika sekelompok masyarakat yang ingin lebih maju dan memajukan dirinya dalam pendidikan bertemu dengan sekelompok anak muda gila yang selalu optimis bahwa perubahan baik pasti bisa dilakukan. Saat keduanya bertemu, berkolaborasi, dan berusaha bersama, semuanya akan mengusahakan yang terbaik yang bisa dilakukan. Walau mungkin publikasi kami belum maksimal, gaya bercerita kami kurang jelas, kami, Pengajar Muda Bawean, terus mengupayakan agar semakin banyak aktor yang terlibat dalam Dhurung Elmu ini, baik sebagai penyumbang buku, pengisi kegiatan dhurung, atau bisa jadi kegiatan kembangan lainnya yang belum terpikirkan saat ini. Dan, para warga, khususnya penggerak lokal yang telah mengupayakan berjalannya Dhurung Elmu hingga saat ini, selalu bersemangat untuk saling mengajak memanfaatkan Dhurung Elmu dan memberikan ide kegiatan tambahan yang bisa dilakukan di dhurung kami.

Pendidikan ternyata tidak hanya bisa dilakukan di sekolah, dan tidak hanya bisa dilakukan oleh guru. Membaca bersama di dhurung sambil berkegiatan bersama antara anak-anak dan orang tuanya ternyata bisa menjadi alternatif pendidikan baru bagi kami di Pulau Bawean. Jadi, mau ikut bergabung bersama kami?


Cerita Lainnya

Lihat Semua