Orang Tua Hebat untuk Anak yang Hebat

Laila Tri Nurachma 26 April 2015

Memiliki seorang anak yang rata-rata saja bisa menjadi tantangan tersendiri bagi orang tua. Bagaimana jika Anda memiliki seorang anak berkebutuhan khusus?

Ah, mudah lah, tinggal sekolahkan saja di SLB, bukan?

Tapi, bagaimana kalau Anda memiliki anak berkebutuhan khusus dan tinggal di daerah terpencil yang tidak memiliki SLB, bahkan fasilitas kesehatan dan pendidikannya pun minim?

 

Inilah, Kawan, yang terjadi pada seorang ibu rumah tangga di dusun penempatanku.

Ibu ini bernama Rap’ainah. Suaminya bekerja di Negeri Jiran, sedangkan dirinya sendiri mengurus dua orang anak dan ibunya yang sudah tua. Anak tertuanya bernama Julaeha, adalah seorang anak dengan tuna daksa. Saat kecil, Julaeha mengalami polio yang mengakibatkan anggota geraknya kurang dapat berfungsi dengan baik. Akhirnya, seiring bertambahnya usia Julaeha, tangan dan kakinya tidak berkembang dengan baik dan sulit digerakan.

 

Sekitar dua belas tahun Julaeha tidak merasakan nikmatnya pendidikan formal di sekolah. Ia hanya diajarkan membaca Al-Quran di langgar (mushola) dan membaca Bahasa Indonesia oleh ibunya di rumah. Hal ini lah yang membuat Julaeha paling pandai melantunkan pesan Allah dalam Al-Quran diantara teman seusianya yang lain. Ketika teman-temannya asik bermain berlari-lari di sekitar dusun, Julaeha hanya bisa memandang dari dhurung milik keluarganya. Tak jarang juga teman-temannya ikut duduk-duduk dan bermain bersama Julaeha di dhurung.

 

Pada awal tahun 2013, Pengajar Muda yang ditempatkan di Tanahrata, yaitu Ridha mulai mengupayakan pendidikan formal bagi Julaeha dengan meyakinkan orang tua, guru, dan kepala sekolah bahwa Julaeha bisa sekolah sama seperti anak-anak lainnya. Upaya itu makin ia konkretkan dengan menggalang bantuan kursi roda dari warga Gresik. Akhirnya, sebuah kursi roda siap mengantarkan Julaeha belajar ke SDN 3 Kepuhteluk. Tahun ajaran pun berganti. Fauzan yang kemudian melanjutkan perjuangan Ridha, mengarahkan agar Julaeha memulai pendidikan formalnya dari kelas III menimbang usianya yang sudah memasuki masa remaja, kemampuan baca yang sudah lumayan, namun masih kurang dalam banyak materi pelajaran lain. Akhirnya, dengan dibimbing Fauzan dan guru-guru lainnya, Julaeha bisa melewati satu tahun pertamanya ia sekolah dengan baik.

 

Keberhasilan Julaeha dalam mengikuti pendidikan formal tentu tak lepas dari dukungan Ibundanya, Bu Rap’ainah. Setiap hari, dengan telaten, Bu Rap’ainah memandikan, memasangkan baju, serta menyiapkan segala macam kebutuhan pendidikan bagi Julaeha. Tak jarang, ia sendiri yang mengantarkan Julaeha dengan kursi rodanya sampai ke dalam kelas. Jangan dibayangkan Kamu akan mendorong kursi roda di atas jalan beraspal. Jalan di dusun kami ini masih jalan makadam, penuh batu dan tanah, juga naik turun. Hanya di beberapa ruas jalan saja yang sudah disemen. Posisi rumah Julaeha sendiri berada di utara, sedangkan sekolah berada di selatan. Jarak sekolah dengan rumah Julaeha mungkin sampai 100 meter.

 

Kini, hampir dua tahun Bu Rap’ainah dengan ikhlas dan setia mendampingi putri kecilnya mengampu pendidikan formal di sekolah dasar. Walaupun di pulau kami ini belum ada sekolah luar biasa, walaupun pengetahuan guru tentang pendidikan khusus dan fasilitas sekolah masih kurang, tak berarti anak-anak berkebutuhan khusus seperti Julaeha harus pasrah untuk tidak bersekolah. Jika bukan karena keyakinan diri seorang ibu bahwa anaknya memiliki kesempatan yang sama dengan anak-anak lain untuk memperoleh pendidikan, tentu Julaeha kini hanya mampu melantunkan Al-Qur’an. Tapi, kini selain pandai membaca Al-Qur’an, Julaeha juga pandai berhitung, mengenal berbagai jenis energi, tahu tentang sejarah, dan memiliki pengetahuan lainnya seperti teman-temannya yang juga bersekolah di sekolah kami.

 

Memang, tak ada jaminan 100% jika kamu sekolah maka kamu pasti akan sukses, apalagi untuk anak-anak yang berkebutuhan khusus namun harus sekolah di sekolah reguler. Tapi, dengan sekolah, kita telah memberi kesempatan bagi tiap anak untuk mendapat bimbingan dalam mempersiapkan masa depannya. Begitu juga untuk tiap anak berkebutuhan khusus. Mereka adalah manusia yang harus dipersiapkan masa depannya sebaik mungkin yang bisa diberikan. Tak peduli itu sekolah reguler, sekolah inklusif, atau sekolah luar biasa, dimana pun mereka tentu bisa belajar suatu hal. Hal yang lebih penting dari itu semua adalah bagaimana keluarga, khususnya orang tua, bisa menerima kondisi anak dan mau mendukung anak untuk belajar. Dengan kerja sama yang baik antara keluarga dan sekolah, setiap anak tentu bisa diarahkan dan dibimbing untuk mempersiapkan masa depannya. Maka, saya sebagai salah satu komponen dalam sekolah (baca: guru) ingin mengucapkan terima kasih pada tiap orang tua yang menyadari tanggung jawabnya dalam memberi pendidikan bagi anak-anaknya dan mau bertindak secara nyata dalam hal pemenuhannya, salah satunya dengan menyekolahkan mereka. Bagi saya sendiri, suatu kehormatan diberi kesempatan untuk ikut serta mempersiapkan masa depan mereka.

 

Salam keanekaragaman.


Cerita Lainnya

Lihat Semua