"Zul ingin kerja di Bank"
Doni Purnawi Hardiyanto 27 April 2015Sebut saja dia adalah Zul, sebenarnya nama lengkapnya adalah Zulkarnain. Ini bermula saat aku bertemu dengan bocah yang sangat aktif saat di luar kelas. Kalau sudah dibuka pelajaran di luar kelas saja energi yang dia punya seperti tidak pernah habis. Pernah saat sedang mengobrol berdua dengannya aku bertanya kalau sudah besar ingin jadi apa?. Dia menjawab” Ingin seperti Bapak”. Ternyata dia memiliki cita-cita ingin menjadi guru, yang bisa memberikan ilmu kepada orang lain dan bisa mengajari teman-temanya. Jika dilihat dari cara belajar si Zul tentunya sebagai guru aku bisa melihat beberpa potensi yang dimilikinya. Benar saja setiap pelajaran yang aku berikan di kelas dengan tidak terlau cepat dia menyelesaikan tugas yang aku dan guru lain berikan.
Namun, ketika ada pertandingan bola antar siswa se Desa dia adalah salah satu pemain yang sangat gesit dan lincah. Bahkan beberapa lawannya kelelahan mengikuti alur permainannya. Zul sangat bersemangat saat bisa bermain di luar. Disini aku melihat dia memiliki bakat untuk berolahraga. Dia cerdas dalam kinestetiknya. Akhirnya aku putuskan tidak terlalu memaksa dia untuk terlalu bisa mengimbangi teman-teman lainnya di kelas namun tetap berusaha mengikuti. Sehingga saat kami pulang bermain bola bersama, aku mengajak dia untuk mengobrol tentang cita-cita dan dia menjawa ingin menjadi pemain bola. Aku senang mendengarnya karena dia sudah menyadari apa yang dia miliki, jika terus diasah pasti bisa menjadi pemain yang profesional.
Benar saja, memang soal impian atau cita-cita dipikiran anak-anak memang selalu berubah. Itu aku lihat saat Zul belajar tentang berdagang dan menjadi bagian untuk menjadi teller Bank. Disana dia berbicara padaku, “Pak enak ya bisa memegang uang banyak bisa beli motor dan apalagi nanti bisa berbagi dengan orang lain”. Kalau begitu saya ingin menjadi tukang Bank”. Aku tersenyum dan hanya menjawab apapun yang kamu impikan, kejar dan jangan sia-siakan waktu belajarmu. Saat itu aku melihat sedikit perubahan dari Zul, dia lebih menyukai hitung-hitungan dimana pada awalnya jarang Ia lakukan.
Bukan kah bermimpi itu gratis, so mengapa sekarang harus takut untuk bermimpi. Hilangkan batasan diri untuk bermimpi, dari Zul saja dia berani untuk terus mencari impiannya. Selama tidak ada larangan ataupu denda untuk bermimpi maka bermimpilah. Karena pada dasarnya impian itulah yang akan menciptakan cara seseorang untuk melangkah menentukan jalan hidupnya. Saat ini sakura impian yang aku impikan untuk melihat akhirnya sudah terlihat melalui mata Zul yang begitu aktif saat sudah di lapangan sekarang pun akan tetap bersinar saat belajar di dalam kelas saat belajar matematika yang biasanya selalu ingin berada di luar saat sedang mengerjakan soal.
Cerita Lainnya
Ikut Terlibat
Ikut Iuran Publik
Bermitra dengan Kami
Jadi Pengajar Muda
Pintasan
Korps Pengajar Muda
Cerita Pengajar Muda