Bintang untuk Tanah Rata

Laila Tri Nurachma 11 September 2014

Pagi tanggal 14 Juli 2014 itu aku kembali menginjakkan kaki di Tanah Rata dengan diantar oleh Nana. Kami baru saja bermalam di rumah Ibu Azimah setelah sorenya ikut buka puasa bersama di SMP Islamiyah, Tambak.

Kawan, perkenalkanlah ibu cantik nan baik hati yang telah membuka pintunya bagi kami berdua untuk menginap, Azimah. Namanya yang tertulis dalam akta kelahirannya memang hanya Azimah, tapi dalam surat tugas, namanya menjadi lebih panjang dengan gelar sarjana dan masternya.

Siapakah Azimah itu? Ya, dia adalah bintang utama siang hari ini.

Selepas sholat Dzuhur aku berjalan kaki menuju SD tempat aku bertugas, SDN 3 Kepuh Teluk. Sekolah masih sepi. Hanya ada beberapa murid yang sudah datang dan seorang guru di ruang guru. Tak lama kemudian guru lain pun berdatangan. Aku pun memilih duduk di durung-durung karena cuaca yang makin panas.

Pukul 13.00 lewat, sang bintang hadir dengan sepeda motor maticnya. Alhamdulillah ia berhasil melewati jalanan gunung menuju Tanah Rata yang rusak dan berkelok. Anak-anak mulai gelisah dan bertanya,"Bu, kapan masuk?" Aku pun menjawab, "Sebentar lagi ya, Pak Min nya belum hadir." Pak Min adalah mantan kepala sekolahku yang akan melengserkan jabatannya hari ini.

Seiring hadirnya Bu Azimah, aku dan guru-guru lain pun masuk ke ruang guru. Alhamdulillah hari ini kami full team. Bu Azimah mulai berkenalan dan bertanya mengenai kondisi umum sekolah. Terlihat beberapa guru masih canggung pada beliau. Dan, terlihat pula betapa wajah Bu Azimah agak meringis melihat kondisi sekolah kami.

Ah, jadi, siapakah Azimah itu? Baiklah kawan, Ibu Azimah adalah kepala sekolah kami yang baru. Beliau baru saja dilantik menjadi kepala sekolah bulan April yang lalu, namun secara resmi menjabat mulai hari ini. Beliau merupakan putra asli Bawean. Salah satu yang beruntung bisa mengecap pendidikan hingga tingkat master. Makanya, kini nama Bu Azimah menjadi Azimah, S.Pd, M.Pd. Seperti yang Ibu tuturkan pada murid-murid bahwa walau namamu pendek, tapi kamu bisa memanjangkan namamu jika kamu terus sekolah dan belajar.

Lanjut, di siang hari itu, karena Pak Min cukup lama datangnya, akhirnya Bu Azimah mengarahkan murid-murid untuk masuk ke ruang kelas 5 dan 6. Sayang, tidak semua murid yang hadir. Maklum, hari pertama sekolah dan merupakan hari puasa. Belum semua murid nampaknya mampu beradaptasi dengan situasi ini. Di kelas, Ibu Azimah memperkenalkan diri dan keluarganya dengan menggunakan Bahasa Bawean yang halus. Para murid mulai terpesona. Lalu, beliau mengajari mereka nyanyian rajin bersekolah. Tak ayal semua murid ikut bernyanyi dengan riang. Tak ragu Bu Azimah, seorang kepala sekolah, mengajak langsung untuk masuk kelas, merangkul, dan bernyanyi bersama para murid. Tak ketinggalan, beliau menasehati para murid untuk berseragam yang rapi dan menggunakan sepatu ke sekolah.

Pak Min datang, para murid diistirahatkan, para tamu undangan dipersilahkan masuk. Dengan dihadiri oleh Ustad Suradi sang ketua komite, Pak Rahmad sang kepala dusun, dan Pak Sadig sang pemilik colt, dimulai lah momen yang menjadi titik awal perubahan sekolah kami, sertijab. Pak Min berpidato, Bu Azimah pun berpidato. Setelah pemberian secara simbolis kenang-kenangan pada Pak Min, kami foto bersama. Foto bersama ini menjadi awalan dari keseruan kegiatan sekolah kami.

Di bawah kepemimpinam Bu Azimah, insya Allah sekolah kami bisa lebih maju. Hari sudah sore. Mari pulang dan menyongsong rapat guru esok hari dan berbagai perubahan-perubahan positif lainnya bersama Bu Azimah, guru-guru, murid, dan warga di Tanah Rata.


Cerita Lainnya

Lihat Semua