info@indonesiamengajar.org (021) 7221570

Kepsekku Keren dan Kece Abis

Kristiyani Dwi Marsiwi 21 September 2017

Bagaimana sih rasanya memimpin sebuah sekolah terpencil?

Bagaimana mengelola kegiatan belajar mengajar dengan sumber daya yang serba terbatas?

 

Perkenalkan Bapak Muhammad Aini A., S.Pd., saat ini menjadi Kepala SDN Muning Dalam yang terletak 20 km air plus 8 km darat dari Kecamatan Daha Selatan, Kabupaten Hulu Sungai Selatan, Provinsi Kalimantan Selatan. Pak Aini, biasa begitu aku menyapa sidin. Pak Aini, anggota angkatan 1958, sudah menjabat kepala sekolah sejak 2014, berarti tahun ini memasuki tahun ketiga sidin sebagai kepala sekolah di SDN Muning Dalam.

Pak Aini tinggal di Desa Muning Baru, kurang lebih jaraknya 7 km dari pangkalan jukung di desa terakhir. Pak Aini sudah tak lagi muda, tapi masih gaul dan murah bercanda. Kecintaannya pada pendidikan dan anak-anak membuat sidin memilih masuk SPG lalu menjadi guru di tempat terpencil sejak 1975 sampai sekarang. Pak Aini bersertifikat guru Agama Islam (PAI), eitss, tapi jangan salah. Kebisaan beliau tidak hanya dihabiskan di kegiatan agama saja, tetapi meluas ke bidang teknik khususnya keahlian pertukangan.

Pak Aini adalah supir jukung idaman, kalau menyetir rasa nyaman tidak banyak guncangan (dan teriakan mencekam; dari penulis). Seperti kebanyakan kaum pria, Pak Aini mahir di bidang mekanik dan teknik kayu. Buktinya? Rumah guru yang ditempati penulis salah satunya.

Nanti penulis akan menceritakan tentang rumah tinggal di desa di post selanjutnyaaa… Can’t wait..

Bapak menunaikan perannya jam 8-14 di sekolah. Selepas sekolah, biasanya Bapak ke ladang untuk menengok tanaman semangka, gumbili (ubi rambat; bhs.Banjar), atau membantu di masjid. Jika ada hasil ladang Bapak, biasanya dibagi kepada siapa yang mau, penulis salah satunya. Hehehe. Masjid (penulis menyebutnya Masjid Batu) di kampung Bapak tengah dalam renovasi agar semakin nyaman digunakan beribadah.

Nah, penulis melihat sendiri bagaimana Bapak one man show memasang instalasi pipa air untuk tempat wudhu. Bapak senang kalau dipanggil untuk menukang. Sifatnya membantu, karena memang Bapak bisa menukang, sekedar memperbaiki lantai kayu, atap, hingga instalasi listrik. Semua bisa saja beliau kerjakan, pun seorang diri. Sekalian cari keringat, katanya.

Bapak sebagai ayah dan kepala keluarga memberikan kasih sayang yang cukup kepada ketiga putrinya. Kerja keras dan didikan mengantar ketiga putrinya, orang dari kampung, menuju bangku perguruan tinggi di Banjarmasin. Paling bungsu putrinya baru masuk semester 1.

Memimpin 7 orang tenaga pendidikan di sekolah terpencil, bukan tanpa tantangan. Gaya komunikasi Bapak terbuka saja, ramah dan memastikan semua sesuai porsinya. Karena Bapak termasuk senior, pergaulan Bapak sudah sangat luas dan banyak dikenal seantero Negara.

Guru di sekolahku ada 7, Bapak sebagai kepala sekolah sekaligus guru agama Islam, 3 guru PNS, dan 2 honorer dibantu 1 paman penjaga sekolah. Semua guru mengampu wali kelas. Sebagian guru merupakan penduduk Negara dan ada juga yang  berasal dari ibukota Kandangan. Setiap hari pp dengan motor dari rumah masing-masing ke pangkalan kapal. Lalu berjukung dari desa terakhir ke desa Muning Dalam.

Adalagi nih kisah si jukung. Kendaraan yang hanya bisa menggunakan jukung atau klotok otomatis membuat setiap hari harus ada bahan bakar, dan harus ada yang menyopir. Bensin bukan barang yang sulit ditemukan di kecamatan, tapi harganya akan lain jika di desa apalagi saat terjadi kelangkaan, atau hal lain yang membuat Bapak harus bisa memberi solusi jika terjadi hal sedemikian. Gali lubang tutup lubang, (mungkin para praktisi bisa memahami dinamika ini di lapangan maksudnya apa.. hehehe)

Bagaimana jika kapal kami rusak?

Penulis pernah menyaksikan mesin kapal terbakar (12 September 2017 di Muning Tengah) dan membuat kap kayu penutupnya hangus serta mesin mogok. Bapak yang menerima laporan sore hari langsung mengecek dan dalam semalam selesai, untuk mengganti knalpot dan bagian mesin yang rusak. Keesokan harinya jukung siap berlayar lagi mengantar guru ke sekolah (Baca : Mengantar Cakrawala).

Menurut Bapak, yang jadi kendala utama di sekolah kami adalah waktu. Tidak ada guru mengondisikan siswa, dan rata-rata baru efektif KBM pukul 10 pagi. Sebagian siswa juga diajak ikut orang tuanya mengetam (panen benih; bhs.Banjar) atau bahuma (berladang; bhs.Banjar). Keinginan Bapak sederhana saja, bagaimana supaya anak-anak senang datang ke sekolah, bisa membaca, bisa menulis, bisa berhitung, dan memiliki pola pikir yang maju agar berani bermimpi akan cita-citanya sendiri.

Bapak sebagai orang tua kedua penulis di penempatan, tak henti-hentinya berpesan agar selalu semangat dalam mengabdi, apalagi ini di lokasi terpencil mungkin akan sangat lain cara hidupnya. Jangan lekas putus asa serta jalani hari-hari dengan riang gembira. Guru yang mendidik dengan hati akan diterima dan diingat, sebagaimana pepatah digugu lan ditiru (dipatuhi dan diteladani; bhs.Jawa).

Bantulah apa yang bisa kamu bantu. Kerjakan apa yang bsa kamu kerjakan. Lakukan apa yang jika dipikiran pun kamu pasti bisa lakukan. Kesemuanya itu didasari karena ikhlas, kita bersyukur karena kita dilimpahi kelebihan-kelebihan dari Tuhan. 

Ini Kepsek kere dan keceku..

Bagaimana Kepsek keren dan kece menurut kamu?


Cerita Lainnya

Lihat Semua