Pengendara Muda
Kristian Patrasio 17 Oktober 2013Kapuas Hulu, kabupaten penempatan saya, adalah sebuah kabupaten yang sangat luas. Konon luasnya sama dengan luas provinsi Jawa Barat, DKI Jakarta, dan Banten digabung. Desa saya termasuk salah satu desa yang terjauh dari Putussibau, ibukota kabupaten. Waktu tempuhnya sekitar 6-8 jam.
Pada awal masa penempatan, saya dan Iwa (teman yang desa penempatannya satu kecamatan dengan saya), mengantar PM angkatan IV yang akan kembali ke Jakarta. Mereka berangkat sore hari sekitar jam 4, dari Simpang Silat, daerah persimpangan antara jalan lintas antar kabupaten dengan jalan masuk ke kecamatan.
Setelah itu saya dan Iwa melanjutkan perjalanan ke Putussibau dengan mengendarai motor sore itu juga. Sejenak saya membayangkan, kami akan berkendara motor selama 8 jam, melewati jalanan dan daerah yang belum kami ketahui sama sekali, malam hari pula. Rencana awal kami adalah kami akan menginap di Simpang Silat dan baru berangkat keesokan paginya. Tapi kami segera mengubah rencana tersebut karena ingin secepatnya sampai di Putussibau.
Perjalanan pun dimulai. Kami berangkat jam 5 sore sehingga matahari masih nampak dan langit masih terang. Pemandangan hamparan hutan dan siluet perbukitan terlihat dari kejauhan. Kondisi jalanpun masih cukup bagus pada awalnya. Kami pun memulai perjalanan kami dengan cukup santai.
Matahari kemudian mulai tenggelam. Langit semakin gelap. Kondisi jalan juga semakin memburuk. Saat mulai gelap, kami menyadari satu permasalahan kami: lampu motor kami ternyata mati. Saya mengeluarkan headlamp saya dan ternyata itu rusak. Untung saya membawa sebuah booklite yang cahayanya sebenarnya cukup terang. Selama perjalanan beberapa kilometer, melintasi hutan dan perbukitan, kami hanya mengandalkan booklite tersebut sebagai penerangan.
Momen-momen seperti itu sungguh horor sekali. Naik motor malam-malam, melintasi hutan, kondisi jalan raya yang berkelok-kelok, naik turun, dan banyak lubang, kami lalui dengan penerangan yang sangat minim. Belum lagi terkadang jurang menghadang di kiri dan kanan. Motor saya kemudikan dengan pelan sekali. Terkadang tikungan dan lubang-lubang tidak terlihat. Yang menyeramkan adalah kalau ada kendaraan dari arah depan, bisa saja motor kami tidak terlihat dan ada kemungkinan untuk tertabrak.
Akhirnya ketika melewati sebuah desa, kami berhenti untuk mengisi bensin. Kami juga memutuskan untuk mencari senter tambahan. Beruntung, warung yang kami datangi menjual headlamp yang lampu sorotnya cukup terang dan jauh. Jadilah kami mendapat tambahan sumber cahaya dari headlamp tersebut.
Kehororan itu ternyata belum selesai. Setelah beberapa jam melanjutkan perjalanan, kami lupa untuk mengisi bensin lagi. Padahal, waktu itu jam sudah menunjukkan pukul 10 lebih. Kami sangsi masih ada kios-kios penjual BBM yang masih buka. Dengan bermodal doa dan kenekatan, kami terus melanjutkan perjalanan sambil berharap akan ada lapak yang masih buka. Hutan berganti desa dan berganti hutan lagi sudah kami lalui. Belum ada tanda-tanda kios BBM yang masih buka. Jam 11 lebih, kami tiba di sebuah desa dan akhirnya, dengan sangat kegirangan, kami menemukan sebuah kios BBM yang masih buka.
Perjalanan masih terus berlanjut, dengan penerangan dari headlamp, jalan raya yang berkelok-kelok, naik turun, dan di beberapa bagian penuh lubang. Selain semua kehororan itu, ada juga hal lain yang menarik dari perjalanan itu. Perjalanan kami seperti menyongsong bulan. Bulan saat itu bersinar begitu rendah hingga ia begitu dekat dengan cakrawala. Bintang - bintang di langit banyak sekali dan ketiadaan cahaya lain memaksimalkan pendarnya. Cahayanya cukup membantu menerangi jalan di depan kami.
Jam 1 pagi kami akhirnya sampai di Putussibau dengan kondisi badan yang masih utuh. Saya takjub ternyata saya bisa melalui perjalanan tersebut. Semoga perjalanan itu bisa menjadi gambaran untuk perjalanan selama setahun ini. Perjalanan di depan mungkin gelap, dengan jalanan yang berkelok-kelok dan berlubang. Namun dengan keberanian untuk tetap melaju, dengan perlahan tapi pasti, akan selalu ada sumber-sumber cahaya yang akan membantu menerangi perjalanan itu.
Cerita Lainnya
Ikut Terlibat
Ikut Iuran Publik
Bermitra dengan Kami
Jadi Pengajar Muda
Pintasan
Korps Pengajar Muda
Cerita Pengajar Muda