Pasukan Pemberani (1)

Khilmi Mauliddian 9 Maret 2012

Aku mengajar 10 siswa di SDN 25 Apoang Passau Majene. Ya, hanya ada 10 siswa di kelasku. Tepatnya aku mengajar kelas 5 sekaligus sebagai guru kelas atau wali kelas. Keadaan sekolah ditempatku mengajar tidak seperti di sekolah-sekolah lain pada umumnya. Sekolahku terbilang hanya mempunyai sedikit murid. Namun, dari yang sedikit inilah, justru aku banyak belajar dari murid-muridku yang hidup dalam serba keterbatasan, baik ekonomi, geografi, maupun fasilitas, karena letak dusun yang terpisah cukup jauh dari pusat desa. Dusun mereka yang juga telah menjadi dusunku itu terletak di antara gunung-gunung yang menjulang tinggi. Dusunku bernama Passau.

Mengenal murid-muridku yang pemberani ini, aku merasakan betapa banyak mendapat pelajaran akan arti kehidupan. Pelajaran cara menapaki hidup dengan segala keterbatasan yang dimiliki namun penuh dengan nilai dan makna kesabaran. Bercanda, tertawa, dan bermain dengan riang, adalah santapan yang selalu mengiringi wajah polos mereka.

Murid kelas 5 yang aku ajar di kelas hanya ada 10 orang. Kata orang muridku seperti laskar pelangi. Ya, karena hanya bersepuluh, bolehlah di katakan demikian. Namun aku punya sebutan khusus untuk mereka, di kelas atau di luar sewaktu kita berkumpul, aku menyebutnya Pasukan Pemberani.

Ingin tahu kenapa kesepuluh muridku di sebut pasukan pemberani? Ini kisah satu persatu muridku, semoga dengan sedikit cerita dan mengenal mereka, bisa menjadikan motivasi dan inspirasi :

1. Ayu, Mutiara dari Passau (Foto baris kedua kanan atas)

Namanya Israwati biasa di panggil Ayu. Entah kenapa kok bisa dipanggil Ayu. yang jelas aku saat pertama kenal panggilannya sudah Ayu. Ayu adalah salah satu muridku yang istimewa dibidang tarik suara, mempunyai suara emas alias pandai menyanyi. Kalau sudah menyanyi, suaranya bak penyanyi, melengking merdu. Bisa di bilang mirip dengan pemenang Indonesia Idol Cilik. Hehe. Pokoknya tidak kalah suaranya. Tinggal di bina. Yakin, pasti suatu saat menjadi artis. Amien.

Ketika aku mengenal kali pertama Ayu, Ayu anaknya sangat masirri (bahasa mandar) atau pemalu. Perlu usaha yang keras agar bisa kenal lebih dekat dengannya. Awal untuk meraih hatinya, aku harus rajin ke rumahnya, mengajak bercerita, mengajak bermain bersama, mengajari belajar, bahkan aku harus selalu menyapanya setiap hari. Apalagi Ayu tipe anak yang sensitif dan agak kaku. Kalau tidak ya tidak. kalau sudah tersinggung atau di sakiti, dia akan lari ke hutan atau ke kuburan dusun untuk menyendiri. Ini yang membedakan Ayu dengan teman-temannya. Memang Ayu anak yang mempunyai sikap berbeda dari sebagian besar murid-muridku di kelas 5. Seperti kejadian yang aku alami dibawah ini.

Suatu ketika ada kejadian dimana buku diarynya diambil oleh anak kelas 4 tanpa izin, Ayu tiba-tiba lari dan menangis, pokoknya marah besar dan pergi meninggalkan sekolah berlari menuju ke kuburan. Akupun mengejarnya hingga di ujung kuburan. Kemudian aku temukan dia sedang duduk di salah satu makam. ia menangis sambil memegang batu nisan. Saat aku dekati, ia cuek dan tak mau tahu. Saat aku sapa, ia tidak mau balas pertanyaanku. Bahkan aku sempat kesusahan meyakinkannya agar tidak sedih. Kalau sudah seperti ini, perlu usaha keras lagi untuk membuatnya kembali tenang. Akhirnya, aku mencoba membujuknya dengan sebuah cerita motivasi. Aku teringat sebuah cerita yang pernah diceritakan ibuku dulu. Cerita itu adalah sebuah cerita seorang anak yatim yang selalu disakiti dan di ejek namun akhirnya sukses karena selalu rajin berusaha. Akupun ikut terlarut dalam cerita yang sedang aku ceritakan. Tetes air mataku pun keluar, karena aku juga berpikir, Ayu sekarang ini adalah muridku, anakku, dan aku punya tanggung jawab untuk selalu membuatnya tersenyum, membuatnya banyak bermimpi, membuatnya banyak termotivasi, dan membuatnya untuk giat belajar supaya bisa meraih cita-citanya. Alhasil, ayu pun memelukku sambil menangis, dan berkata, “maafkan aku kak.” Cukup kata itu yang keluar dari bibirnya. Namun bagiku kata itu adalah kata yang sangat mahal dan berarti. Kata yang bertanda ia sudah mengerti dan mau kembali lagi seperti sebelumnya, bermain, dan tidak menyendiri lagi. Dari situlah perlahan aku akhirnya bisa masuk di dunianya Ayu. Aku mencoba berinteraksi setiap hari. Buku-buku bacaan seperti novel, komik sains, beberapa permainan tradisional yang sewaktu kecil dulu sering aku mainkan, seperti dam-daman (catur jawa), gateng batu, dst, aku coba ajarkan dan kenalkan supaya bisa menarik pehatiannya. perlahan Ia pun tertarik. Dan interaksi kami pun sudah mulai berjalan dengan baik. akhirnya aku berhasil masuk di dunianya. Kami pun akhirnya bisa bercanda dan tertawa. Karena aku punya keyakinan, dibalik sifatnya itu, Ayu adalah anak yang mempunyai mutiara, karena potensi-potensinya yang luar biasa. Namun harus terpendam dalam lumpur karena tidak ada yang mengarahkan. Dan aku berjanji, saatnya anak Passau harus bisa terbang, terbang seperti elang suatu saat nanti.

Terkejut dan Kagum dengan Potensinya

Ada hal yang membuatku terkejut dan kagum saat aku bisa mengenal Ayu. Aku menemukan mutiara yang terpendam ada pada diri Ayu. Selain ia pandai bernyanyi, Ayu ternyata jago sekali presentasi, jago berpendapat, jago dalam menyampaikan inisiatif, dan jago menulis. Mungkin karena selama ini sikap malu telah menjadi sifat dalam kehidupan sosial dusunku, maka tak ayal, potensi anak-anak di dusunku termasuk Ayu yang seharusnya bisa muncul, tetap terpendam. Dan jika tidak segera mendapat bimbingan, potensi anak-anak Passau bisa hilang bak ditelan bumi. Dan ini terbukti saat aku melihat dengan kepala sendiri potensi Ayu. Potensi yang tak pernah aku bayangkan.

Presentasi yang Menakjubkan

Sewaktu Ujian semester 1 kemarin, saat itu jadwal ujian praktik IPA.  yaitu presentasi mengenai alat pencernaan manusia. Aku memberi tugas muridku untuk tampil presentasi mengenai alat pencernaan manusia di depan kelas sebagai nilai ujian praktik. Saat tiba giliran Ayu presentasi, Ayu dengan semangatnya maju ke depan. Ia pun ternyata mampu mempresentasikan materi tersebut dengan luar biasa. Bahkan di luar dugaan, ayu dapat menyampaikan presentasi yang memukau, bercerita, menjelaskan, dan bahkan membuat teman-teman sekelas diam dan terpesona. Rasanya seperti mimpi melihat kehebatan ayu. Teman-teman sekelasnya bahkan memberinya ucapan selamat. Tidak ada yang iri dengan penampilan Ayu, justru membuat murid-muridku semakin termotivasi dengan penampilan Ayu. Ada ucapan yang aku kutip dari presentasi Ayu saat menutup presentasinya: " Teman-teman, Manusia hidup perlu tenaga, tenaga didapatkan dari alam yang berbentuk tumbuhan dan hewan yang layak di makan manusia dan kita cerna. kita patut bersyukur, hidup di alam, dan dapat makan dari alam, oleh karenanya hargailah alam. Terima kasih...”

Luar biasa. Itulah kata-kata yang aku ucapkan dalam hati. Ayu benar-benar membuatku kagum. Kata-katanya sangat berbobot. Apalagi kata-kata itu sangat susah kalau harus dikatakan oleh seorang anak kelas 5 SD di sebuah dusun terpencil. Namun, Ayu bisa mengucapkan dan menyampaikannya dengan lantang dan memukau. Sebuah pesan yang disampaikan, 'hargailah alam'. Aku pun berpikir, dari mana Ayu dapat-kata-kata seperti itu. Namun biarlah, biar ia terus berproses. Setidaknya aku sudah bisa tersenyum melihat kemajuannya dalam belajar. Tersenyum saat melihat ia semangat selalu untuk bersekolah. Biar kami tinggal di gunung, namun kami yakin bisa membuktikan pada dunia, kami bisa berusaha menjadi lebih baik.


Cerita Lainnya

Lihat Semua