info@indonesiamengajar.org (021) 7221570

Tentang Kekerasan

Khairil Hanan Lubis 27 Mei 2013

 

Jika anak tumbuh dengan kekerasan, ia belajar menentang dan melawan - Dorothy Law Nolte

 

Suatu pagi di ruang guru.

Seorang siswa kelas 1 SD datang bersama ibunya. Gadis kecil berambut kuncir, dengan dua anting kecil di telinga kanan dan kiri.

Sang ibu rupanya datang atas panggilan wali kelas si anak. Guru tersebut lalu menyampaikan ke ibunya kalau anak itu terlalu sering menangis di sekolah. Sadar diadukan, anak itu pun langsung menangis.

Melihat gadis kecil ini mulai menangis, ibu guru itu sontak marah. Ia langsung memukul anak itu, di depan orang tuanya. Dipaksa diam. Tapi anak itu malah makin menjadi nangisnya. Lalu guru tersebut membuka pintu sebuah ruangan yang biasa difungsikan sebagai gudang. Ruangan kecil dan kotor. Si gadis kecil lalu dimasukkan dan diancam akan dikurung jika tak mau diam. “Ayo diam, diam, diam! Bisa diam ka seng?!” ujar guru tersebut sambil mau menutup pintu gudang.

Guru itu lalu menyuruh ibu anak ini pulang. Melihat ibunya pergi, makin menjadilah nangis anak itu. “Mama... Mama...” ratapnya sambil menatap ke arah ibunya yang berlalu pergi.

Semakin lama, guru tersebut terlihat capek sendiri. Teriak-teriakannya rupanya cukup menguras energi. Sementara anak tadi terus saja menangis, tak mau berhenti. Akhirnya, guru itu pun mencoba merangkul anak ini dan pelan-pelan berbicara padanya.

Dan, gadis kecil itu langsung diam! Tak perlu teriak-teriak. Tak perlu memukul, hingga tegang urat saraf. Rupanya, hanya butuh sabar dan kasih sayang saja.

Aku jadi teringat, beberapa waktu sebelumnya aku pernah menghadapi anak kelas 1 yang berkelahi dan kemudian menangis. Aku peluk yang menangis, menenangkannya, lantas memanggil keduanya. Anak yang satu malah ikut nangis karena mengira dipanggil mau dipukul. Lalu aku ajak bicara pelan-pelan. Eh, yang satu justru mengulurkan tangan dan minta maaf. Malah yang nangis pertama meluk teman yang memukul dia, karena masih menangis.

Ya, anak Maluku juga anak-anak kan? Tak ada bedanya dengan anak-anak di Batutis atau belahan dunia lainnya. Lingkunganlah yang membuat mereka belajar, jika kemudian menjadi kasar. 

 

Jika anak tumbuh di lingkungan yang penuh rasa aman, ia belajar untuk memiliki keyakinan dan berbaik sangka - Dorothy Law Nolte


Cerita Lainnya

Lihat Semua