Surat Pertama dari Piden

Khairil Hanan Lubis 4 Juli 2012

 

Siang itu aku sedang berbicara santai dengan Matilda, PM 2 yang akan kugantikan. Ini hari ke-3 ku di desa. Masa-masa transisi yang penuh sensasi.

Kami ngobrol di dapur rumah mama piaranya. Tiba-tiba ada seorang anak yang datang dan menyerahkan surat untukku melalui Matilda. Ia malu-malu. Setelah menyerahkan, langsung kabur dari hadapan.

Surat? Sesuatu yang amat romantis kurasa. Aku pun terkejut menerimanya. Karena Matilda mendesak, aku akhirnya langsung membuka surat itu dan membacanya;

 

Selamat – siang

 

pak hanan dari medan datang di lamdesar barat

bagai mana bagus atau tidak bagus mesti baguskan

lalu kalau pak hanan beta di lamdesar barat atau

tidak pasti beta kalau katong pigi di peknik

Bagus jadi pak hanan beta atau tidak

dan saya akan berdoa kepada tuhan

supaya tuhan jaga pak hanan itu saja amin

 

PIDEN RETWUTU

(gambar love)

PAK HANAN

 

Siapa yang tak terharu menerima surat pertama itu? Apalagi di masa-masa adaptasi seperti ini. Meski aku tak sepenuhnya paham isi surat itu, tapi aku merasa ia seolah mengerti dan ingin mengatakan siap menjadi temanku.

Piden sudah kelas 6 dan tahun ini akan masuk SMP. Anak lelaki kecil yang berwajah khas Maluku. Kata Tilda, dia memang paling bagus menulis surat dan dulu menjadi pelopor teman-temannya menulis surat untuk Ibu Tilda.

Surat itu disertai sebuah permen lolipop. Jadi surat yang sudah di lipat itu, di tempel di tangkai permennya. Aku tak habis pikir bagaimana ia bisa se-romantis dan se-kreatif itu. Aku tanya padanya dari mana dapat lolipop itu?

“Beli di warung.”

Amazing!

Warung yang ada di desa ini sangat mahal dan uang yang dia punya juga pasti sangat terbatas.

Aku tak tanda dengan anak itu sebelumnya. Tapi kata-kata yang ia tuliskan, begitu membekas di hatiku yang takkan pernah bisa terlupa. Sangat berarti.

Terima kasih Piden.

 

Lamdesar Barat, 24/6/12 (12:14 WIT)


Cerita Lainnya

Lihat Semua