Menjelajah Nusantara dengan Sahabat Pena
Khairil Hanan Lubis 7 Mei 2013Mereka serempak menyebut Jakarta. Kota itu memang baru saja mereka ketahui perannya sebagai ibukota negara ini. Walau di antara anak-anak ini ada yang pernah mendengarnya di televisi, tapi mereka juga tak tahu apa itu Jakarta.
***
Perkenalkan mereka para siswa SD Kristen Lamdesar Barat. Tepatnya dari Desa Lamdesar Barat, Pulau Larat, Kabupaten Maluku Tenggara Barat, Provinsi Maluku. Kalau di peta, kalian bisa cari Kepulauan Tanimbar, posisinya di sebelah barat Pulau Papua. Nah, di Kepulauan Tanimbar itu, ada sebuah pulau kecil bernama Larat. Di ujung pulau itulah desa mereka berada. Tak heran, kalau dulu desa ini bernama Kora Tutul, yang berarti ‘di ujung pulau’.
Nah, hebatnya, anak-anak ini tetap gigih mengejar apa yang belum mereka pelajari. Mereka lalu ingin berinteraksi dengan saudara-saudara mereka sesama bangsa Indonesia yang lain. Karena desa ini belum tersentuh sinyal dan listrik pun masih terbatas, jalan yang dipilih kemudian melalui surat. Mereka pun mulai bersahabat pena!
Jakarta menjadi kota pertama yang dituju. Mereka mengirim surat buat anak-anak di SD Islam Terpadu (IT) At-Taufiq, Cibubur. Mereka bukan hanya bersahabat dengan anak Indonesia dari pulau dan suku berbeda, tapi juga agama. Anak-anak di SD At-Taufiq punbisabelajar mengenal saudara-saudaranya di sudutIndonesiayang lain.
Meski baru kali pertama menulis surat, mereka menulis dengan semangat. Banyak pula yang membuatgambar di balik suratnya. Dengan berbagai alat pewarna yang disediakan, mereka pun berekspresi.
Ada cerita menarik dari salah satu anak.KundratBasaur,namanya. Dia berusaha membuat surat semenarik mungkindengan warna yang berbeda tiap baris, sayangnya malah sebagian robek saat akanmengoyakkan kertasdari bukunya. Padahal itu sudah surat ketiga yang dia bikin,setelah sebelumnya ada yang dianggapnya salah. “Sebantar (nanti) malam beta bikin ulang di rumah,” katanya tak patah semangat.
Dari Jakarta, mereka lalu mengirim surat ke wilayah paling selatan negara ini, Provinsi Nusa Tenggara Timur, tepatnya Pulau Rote. Surat pun dikirim kepada teman-teman di SD Inpres Oeoko, Rote. Ada yang menarik tentang alasan pilihan mereka kali ini. “Supaya bisa tanya, dong (mereka) pernah liat kura-kura berleher ular ka seng(atau tidak)?”
Saat itu anak-anak ini kebetulan baru belajar tentang hewan langka di pelajaran IPA. Nah, salah satunya adalah kura-kura berleher ular yang kini hanya tersisa di Pulau Rote. Melihat bentuknya yang unik, wajarlah kalau hewan itu langsung melekat di memori mereka. Maka dalam surat-surat itu, beragam pertanyaan pun muncul. “Apakah kamu di sana pernah melihat kura-kura berleher ular?” atau “Apa kura-kura berleher ular masih banyak di sana?” hingga “Kenapa kura-kura berleher ular bisa punah? Kalian tidak jaga dia?”
Dari selatan negeri, mereka mengirim surat ke tetangga di sebelah timur, Fakfak, di Provinsi Papua Barat. Nama Papua begitu lekat dengan masyarakat di desa itu. Ini karena banyak orang Lamdesar Barat yang merantau ke sana. Dari bekerja pada perusahaan di Merauke, hingga menjadi pendulang emas di Timika. Sehingga anak-anak ini pun membangun jaringan pertemanan dengan teman-teman di SD YPK Siboru, Fakfak.
Ke sebelah barat, mereka berkirim surat ke Medan. Yang dituju teman-teman di SD Harapan I Medan. Karena saat itu memasuki bulan Desember, dalam suratnya anak-anak ini banyak yang menanyakan bagaimana persiapan perayaan natal di Medan. Anak-anak di SD Harapan yang notabene sekolah Islam awalnya banyak yang terkejut dengan pertanyaan itu. Mereka pun mendapat pelajaran toleransi secara nyata. “Kami tidak merayakan natal, tapi teman-teman kami yang beragama Kristen sekarang pasti sedang mempersiapkan perayaan Natal,” jawab salah satu surat yang mendapat pertanyaan tadi.
Tak hanya mengirim duluan, mereka juga pernah mendapat kiriman surat loh! Yang pertama dari teman-teman di wilayah paling utara Indonesia, tepatnya SD GMIST Smirna Kawio, Kepulauan Sangihe, Sulawesi Utara. Kedua, sekaligus yang paling dekat, dari teman-teman di SD Kristen Wunlah. Desa Wunlah ini berada pada pulau tetangga yakni Pulau Yamdena, masih dalam kabupaten yang sama, Maluku Tenggara Barat.
Ibarat pepatah, siapa yang menanam dialah yang menuai. Mereka pun mendapat balasan dari teman-teman yang dikirimi surat. Mereka saling bertanya tentang tempat tinggal, aktivitas, hingga saling memotivasi.
“Aku senang bisa berkenalan denganmu walaupun masih dalam bentuk surat. Dan aku harap kau senang mengunjungi kotaku. Aku belum pernah ke Maluku. Maluku itu seperti apa? Umurku 8 tahun. Oh iya, aku ingin melihat Maluku. Apa Maluku bagus? Oh iya, Maluku itu kan Indonesia, apa kau suka Maluku? Aku suka kotaku karena Indonesia indah,” tulis Najwa Afina, siswa kelas III SD IT At-Taufiq dalam suratnya.
“Saya sudah mendengar cerita tentang kalian, kalian sangat menakjubkan sekali. Kalian belajar tidak memakai buku sudah pintar dan cerdas. Mudah-mudahan kamu dan aku bisa lulus UN. Mudah-mudahan kita bisa menjadi sahabat yang baik,” tulis Dita Vitasya, siswi kelas VI SD Harapan I Medan.
Mereka juga bisa saling memotivasi. Seperti ditulis Nurul Sabrina, siswi kelas VI SD Harapan I Medan. “Setelah mendengar cerita tentang kalian, kami semua jadi bertambah semangat belajarnya. Terima kasih ya untuk kalian semua yang telah membuat kami jadi semangat belajar.”
Kegiatan menulis surat ini kemudian menjadi ekskul di SD Kristen Lamdesar Barat. Tak hanya menambah wawasan, mereka juga semakin produktif berkarya. Tak hanya menulis surat, mereka juga membuat puisi, gambar, hingga keterampilan dengan menggunakan kertas origami, buat sahabat pena-nya. Mereka juga saling bertukar foto dan video, hingga jarak geografis seolah terlewati.
Semoga persahabatan mereka terus terjalin indah, seindah salah satu puisi yang ditulis Marthen Tabavmolu ini dalam sebuah suratnya:
Ketika aku membaca suratmu,
aku senang sekali membalasnya.
Ketika aku melihat tulisanmu,
kayaknya sama seperti tulisanku.
Ketika aku mendengar cita-citamu,
hatiku berdetak-detak sekali.
Ketika aku melihat gambarmu,
aku senang sekali bersahabat denganmu.
Cerita Lainnya
Ikut Terlibat
Ikut Iuran Publik
Bermitra dengan Kami
Jadi Pengajar Muda
Pintasan
Korps Pengajar Muda
Cerita Pengajar Muda