info@indonesiamengajar.org (021) 7221570

Burhan :"Ibu, kalau sa pu cita-cita itu jadi Bapa Mantri, bisa ka tidak?"

Verawati - - 8 Mei 2013

 

19 Maret 2013

Senja menjelang magrib selama 2 minggu ini saya menghabiskan waktu dengan salah seorang pemuda kampung yang bernama Burhan untuk bermain dengan kartu baca dan seikat lidi yang berjumlah 50 batang.

 

Burhan Rimosan, nama lengkap dari pemuda yang tahun ini berusia 29 tahun adalah satu-satunya peserta Ujian Kesetaraan Paket A (SD) tahun ini dari Kampung Arguni. Selama ini ia bekerja di Koperasi Enenem Jaya Kampung Arguni yang bertugas untuk mensortir ikan hasil tangkapan nelayan yang nantinya akan di distribusikan ke LNG.

Malam Senin 17 Desember 2012, setelah sholat isya saya meminta Om Hasan (salah satu guru mengaji di TPA Arguni) untuk memberikan pengumuman melalui microphone mesjid bahwa pendaftaran Ujian Kesetaraan telah dibuka. Setelah pengumuman itu disampaikan saat saya hendak kembali ke rumah saya bertemu dengan Burhan. Seperti biasa kalau bertemu dengan pemuda satu ini berarti waktunya untuk menikmati hiburan. Eits, kok hiburan emangnya dia tukang lawak?, hiburan yang dimaksud adalah kekonyolannya baik itu dari cara bicaranya, ataupun ekspresinya saat bertemu dengan kita, dia terkenal sebagai orang yang kocak di kampung dan sangat sering dibuli karena kepolosannya.

Burhan : "Yoooo Ibu....! " Sapaan khas Burhan dengan senyumnya

                  "tadi itu ibu pu pengumuman ka?"

                 "Ibu..., ada belajar lagi ka untuk orang besar macam dengan Ibu Maria?"

PM sebelum saya (MJ) sudah mengawali Kejar Paket B dan C di Arguni. Dari pengumuman tadi Burhan mengingat Kejar Paket yang diadakan MJ.

Saya       : "Ia.., InsyaAllah nanti dimulai bulan Januari, Barang kenapa? Ko lagi mau sekolah ka?"

Burhan : "Ah.. Jangan.., nanti dorang tinggal tatawa liat sa belajar"

                  "Tapi kalo belajar dengan ibu sa lai mau!"

                  "Tapi sa maluuuu..." Burhan bicara sambil memonyongkan mulutnya.

Saya      : "ahhh tara apa2 mo.., siapa yang berani tatawa ko belajar nanti beta marah dorang!"

                  "Baru, kenapa ko malu?"

Burhan : "Io tho.., Sa Malu dengan Ibu, sa tara tau baca oooo"

Itulah pengakuan Burhan yang dengan polosnya mengakui tidak bisa membaca.

Keesokan harinya, sebelum saya naik ke sekolah saya mampir ke rumah Burhan. Ternyata pagi itu Burhan sudah pergi membawa minyak dengan Alif (Pemuda kampung yang biasanya jual BBM ke pulau lain). Maksud saya datang ke rumahnya untuk mengajaknya ikut Paket A. Seperti biasa, menjelang sholat ashar murid kelas 5 berkumpul di teras rumah untuk belajar tambahan. Tepat adzan ashar, tiba-tiba Burhan datang, saat murid saya semua bersiap ke mesjid saat itulah Burhan menyatakan keinginannya mau belajar. Baiklah, saat itu juga saya meminta persetujuannya untuk mendaftarkan namanya sebagai peserta Ujian Kesetaraan Paket A.

Tanggal 29 Januari 2013, pertemuan pertama dengan seluruh peserta Ujian Paket pun dimulai. Kita berkumpul membahas jadwal belajar untuk tiap-tiap paket. Disepakatilah waktu belajar dengan Burhan 4x Seminggu setiap sore setelah sholat ashar dari Senin - Kamis. Pembelajaran-pun dimulai tanggal 5 Februari 2013. Saya kira Burhan mau datang sendiri sesuai dengan jadwal yang telah kita sepakati, eh ternyata.... Sudah 3 hari berlalu dia ga datang-datang. Saya cari ke rumahnya, tanya orang-orang kampung, kata orang-orang dia pergi ke Kokas lanjut ke Fakfak. OK..., saya tunggu kedatangannya besok.

Besoknya, pulang sekolah pas ada perahu yang datang, dan salah satu penumpangnya ada Burhan. Dia liat saya jalan dari sekolah, sekonyong-konyong dia menghampiri saya dan bertanya :"Ibu, kapan katong belajar?". Nah Lho.., anak ini.., bener-bener ya lupa ama kesepakatan yang udah dibikin. Saya pun mencoba mengingatkannya kembali.

"oooo.., Io sudah, besok sa datang belajar nhe?, tapi katong belajar di ibu pu fatar (pelataran rumah yang menjorok ke pantai) bole, jangan disekolah. Kalau di sekolah nanti dong liat sa lagi". Pinta Burhan. Dengan serta merta saya langsung mengiyakan permintaannya. "OK, yang penting ko datang sudah.."

Betul saja, besok sorenya dia datang dengan pulpen yang dijepitkan di daun telinganya sebelah kiri. Kita memulai belajar dengan mengenal bentuk huruf. Tidak butuh waktu yang lama, Burhan segera hafal dengan semua huruf dari A - Z. Hanya saja dia bingung ketika hurufnya saya gambar dalam bentuk huruf kecil digabung dengan huruf kapital. Pelajaran hari pertamapun usai. Hari itu Burhan sudah mengenal bentuk huruf.

Harusnya hari jumat kita istirahat dulu, dilanjutkan hari senin sesuai dengan kesepakatan. Tapi mungkin efek belajar kemaren, Burhan semangat untuk segera bisa membaca. Burhan datang lagi, kali ini dia datang tidak hanya bermodalkan 1 pulpen saja, tapi dia membawa buku tulis. PBM pun berlangsung hingga minggu depannya full tiap hari. Alhasil dalam satu minggu itu Burhan berhasil membuat namanya dan menuliskan nama lengkap saya... Yihaaaaa... Senangnya... Selain belajar membaca dan menulis, Burhan juga minta diajarkan berhitung. Maklum dia sering dibohongi katanya saat membeli sesuatu karena dia tidak bisa berhitung.

Pertengahan februari hingga awal maret saya tidak bisa mendampinginya belajar, karena kebetulan harus mendampingi siswa yang ikut Olimpiade Sains Kuark belajar kemudian kita ke Kota bersama dengan teman-teman PM lain untuk mengadakan kegiatan OSK. Setelah saya kembali ke Kampung, untuk mengajak Burhan kembali belajar agak susah. Ternyata ini efeknya kalau belajarnya tidak terus menerus berakibat kemalasan.

Setelah saya bujuk-bujuk, akhirnya dia mau lagi belajar. Kali ini kita belajar dengan kartu baca yang saya dapatkan dari Fahmi (sesama PM Fakfak). Di akhir pembelajaran hari itu 15 maret 2013, Burhan bertanya apakah dia boleh punya cita-cita??

Burhan : "Ibu, sa sekarang su tau baca, kalau nanti sa su ikut ujian sa boleh kuliah ka tara da?"

Saya       : "Boleh tho.., tapi setelah ikut Paket A, ko lai harus ikut Paket B dan Paket C, baru nanti ko bisa kuliah..."

Burhan : "Oooo, Bisa nhe? Kalau begitu sa nanti mau ikut kuliah Akper bole"

                  "Sa mau jadi Bapa Mantri!" dengan senyumnya dan mata yang berbinar dia berani mengatakan dia bercita-cita.

Saya       :"Wah! Betul ka?. Kenapa ko mau jadi Bapa Mantri?, jadi guru bole..."

Burhan : "aaa... Kalo guru kan su ada Ibu tho, Sa jadi Mantri sudah, biar nanti kalo Ibu sakit sa yang kasih Obat."

                 "Jadi Ibu..., sa pu cita-cita itu jadi Bapa Mantri, Bisa ka tidak?"

Saya      :"Bisa Tho! Asal Burhan tara ada cerita malas belajar!"

Sore itu.., menjelang magrib saya benar-benar belajar dari kepolosan Burhan. Memang benar, apapun kondisinya, berapapun usianya, dan seperti apapun kemampuannya, tidak ada yang bisa menghalanginya untuk meraih cita-citanya... :)


Cerita Lainnya

Lihat Semua