info@indonesiamengajar.org (021) 7221570

“The Spirit Of Loving” di Belahan Lembah Pipikoro, Desa Mapahi, Sulawesi Tengah

Karina Oktavira Shany 17 Desember 2021

Mereka memberikan saya banyak sukacita yang setiap harinya selalu saya syukuri. Pelukan dan genggaman tangan mereka mengajarkan saya tentang The Spirit Of Loving. Ketika mereka berkata “Guru, kalau ibu sakit bilang ke kami, nanti kami yang merawat ibu.” Itu merupakan berkah yang saya dapatkan ketika menjadi Pengajar Muda. Saya percaya bahwa satu kata, satu tindakan atau satu pikiran akan mengurangi penderitaan oranglain.

 

1.      Pertemuan pertama saya dan warga Mapahi ketika sekolah minggu di Gereja. Hangatnya sambutan warga dan senyum menggemaskan anak-anak membuat saya bersemangat untuk lebih jauh mengenal mereka. Setelah sekolah minggu selesai, anak-anak menghampiri saya dan berkata “Guru, ayo kita main!”,lalu saya tersenyum “Bagaimana kalau kalian antarkan ibu berkeliling sekolah?”. Tanpa menunggu waktu lama, mereka berebut menggenggam tangan saya dan menuntun langkah saya ke sekolah kami tercinta.

2.      Setelah dua tahun kegiatan belajar mengajar di sekolah ditiadakan, anak-anak sangat bersemangat ketika saya hadir di Desa ini sebagai guru mereka. Setiap pagi beberapa anak sudah menunggu di depan rumah, ada juga yang bersiap-siap menyambut kedatangan saya.

“Guru! Bu Guru!” teriak Stefan, Gisel, Dela dan Lewis dari lapangan sekolah. Mendengarkan teriakan tersebut anak-anak lain berkumpul didepan kelas, “Memberi salam!” pimpin Stivel lalu diikuti teriakan anak lain “Selamat Pagi Ibu Guru!”. Melihat senyum mereka adalah keberkahan paling indah untuk mengawali hari. Sebagai ibu mereka di sekolah, saya tidak hanya fokus terhadap peningkatan pengetahuan anak-anak, tetapi penerapan disiplin positif dan pengembangan karakter anak merupakan tugas pokok seoarang ibu bagi mereka. Kegiatan berbaris sebelum masuk kelas, operasi semut dan piket kelas, cuci tangan sebelum masuk kelas, hingga berdoa dengan khusyu telah menjadi kebiasaan anak-anak disekolah selama dua bulan terakhir.

 

3.      Desa mapahi sangat indah, disekitar lingkungan sekolah banyak sumber daya alam yang dapat dijadikan media belajar untuk anak-anak. Kalau saya sudah berkata “anak-anak ayo kita belajar diluar, jangan lupa bawa buku dan alat tulis kalian.” Dengan begitu semangat mereka teriak “ Yey! Belajar diluar”.

 

4.      Kalau sudah jam pulang sekolah, anak-anak langsung berkata “Ibu kita main kah hari ini ?” “Ibu kita jalan saja kebawah ambil pakis” “ibu kita mandi di sungai kah?” “ibu kita ke gunung sana saja”. Akhirnya sepulang sekolah, ajakan anak-anak untuk berjalan aku turuti, sesudah mereka ganti baju, mereka menjemput dirumah. Tak lupa perbekalan air minum, karena sungai dan gunung yang mereka maksud pasti jauh sekali. Sepulang dari berburu pakis, keladi, buah cokelat, dan bunga merah saya memasak hasil berburu kami dan menikmati bersama. Bermain, Masak dan makan bersama anak-anak adalah kegiatan penuh sukacita yang selalu saja ada hal seru untuk dipelajri dan dikenang selamanya.

 

5.      “Guru, besok giliran dirumah saya ibadah kunjungan. Apakah ibu bisa ajarkan saya membuat kue-kue?” Tanya salah satu warga yang biasa disapa Mama Norpen. Dengan senang hati sepulang dari sekolah saya langsung kerumahnya untuk membuat 280 potong kue dengan empat jenis kue diantaranya risoles, bakpao, kue bolu pisang dan pisang goreng. Sehabis membuat kue, saya pun ikut hadir dalam ibadah kunjungan. Tidak lupa sehabis ibadah, saya dan warga menikmati kue dan minum kopi. Tentunya muridku selalu datang menemani. Saya senang sekali memasak, lewat masakan saya dapat mengungkapkan rasa cinta saya kepada warga Mapahi dan ketika saya mendengar kalimat “Guru enak sekali”, “Resepnya apasaja guru?”, “Guru nanti natalan ajarkan saya buat lapis legit.”itu merupakan api pembakar saya untuk terus bermanfaat bagi sesama.

6.      Di purnama kedua yang akan berjalan ke Purnama ketiga, warga tidak malu-malu lagi mengajak saya untuk ikut acara-acara Desa salah satunya ibadah ladang. Acara ini sebagai bentuk syukur warga karena tanaman padi sudah tumbuh, cokelat sudah siap panen dan jagung sudah berisi. Semakin saya mengenal warga secara dekat, semakin saya sadar bahwa mereka mudah sekali untuk bersyukur terhadap pemberian Tuhan. Ibadah ladang dimulai dengan pembacaan doa-doa, kesaksian salah satu warga dan ditutup dengan makan-makan. Saya yang pertama kali ikut hadir pun diberi kue-kue dari warga. Masing-masing warga membawa kue untuk dimakan bersama.

7.      Bantuan buku-buku gambar dan buku bacaan dari dinas perpustakan Sigi dan kementerian pendidikan RI, disambut penuh suka cita oleh anak-anak. Semangat anak pun ikut meningkat ketika buku-buku tersebut hadir di sekolah “Ibu saya ingin membaca”, “ibu bagus sekali bukunya.”, “ibu bukunya ada raksasa”, “ibu saya tidak ingin istirahat, boleh saya membaca buku-buku saja?”. Pendidikan adalah tanggungjawab semua pihak. Sekecil apapun keterlibatan semua pihak dalam usaha meningkatkan pendidikan sangat berpengaruh nyata. Dan mencerdaskan kehidupan anak-anak dibelahan bumi manapun adalah tanggungjawab kita bersama untuk mengisi janji kemerdekaan.

8.      Pesan singkat yang selalu saya sampaikan saat bertemu dengan orangtua murid di beberapa kegiatan “Mama-papa terimakasih sudah melahirkan anak-anak yang luarbiasa baik hatinya. Anak-anak kita tidak ada yang nakal, anak-anak ini tidak ada yang bodoh. Mereka semua pintar dan mau belajar. Mereka semua aktif dan unik dengan diri mereka masing-masing. Semoga kelak mama-papa dan juga guru sekolah minggu tidak lagi menggunakan kata nakal dan bodoh kepada anak-anak. Karena apapun yang orangtua dan guru sampaikan kepada mereka, itu akan selalu diingat sampai mereka dewasa.”


Cerita Lainnya

Lihat Semua