MENGAJAR PARALEL

Junarih Jun 3 Februari 2011
Minggu keempat, di desa Sawang Akar. Sudah dua minggu ini sekolah hanya di ajar dua guru saja, saya dan Ibu Rus, padahal jumlah rombongan belajar ada 6 kelas. Kepala sekolah dan dua guru honorer yang masing-masing mengajar kelas 3 dan 4 izin tidak masuk sekolah. Kemana? Mungkin kepala sekolah sibuk nyiapin acara khatam Quran anaknya sedang dua guru honorer itu, yang saya dengar sih mereka sibuk nyiapin tes CPNS. Dengan sangat terpaksa, entah berhasil atau tidak, saya coba menggabung kelas 4, 5, dan 6 sekaligus. Spektrum kelas yang lebar ini sebenarnya cukup membuat saya sulit memutuskan materi ajar yang mana yang harus saya beri ke murid-murid. Belum lagi spektrum kemampuan memahami bahasa dan perintah yang juga sangat variatif, itu semua betul-betul menguras tenaga. Di kondisi seperti ini, mungkin sebaiknya saya sedikit melupakan target-target. Sulit rasanya tetap pada kondisi ideal bahwa pembelajaran yang dilakukan di sekolah hendaknya mengacu pada kurikulum, silabus, RPP, dan sebagainya. Terlalu banyak kejutan yang terjadi diluar rencana pelaksanaan pembelajaran yang telah dibuat. Misalnya ketika saya mengajar tentang operasi aljabar campuran pada bilangan bulat, bahkan kebanyakan murid kelas 6 masih pakai turus untuk membagi 8 dengan 2. Mau tidak mau saya harus menurunkan level pelajaran ke level yang lebih rendah dari yang sudah direncanakan di RPP. Mungkin betul apa yang Ayu bilang,”Mungkin kita tidak akan berhasil membalik kondisi anak-anak selama setahun ini.” Bagi saya ini bukan ungkapan pesimistik tapi memang sebuah realita. Barangkali yang bisa saya lakukan tahun ini mungkin menyiapkan landasan yang kuat bagi siswa-siswi itu agar tahun depan mereka bisa mengejar berbagai ketinggalan dengan bantuan Pengajar Muda yang lain. Semoga saja bisa.

Cerita Lainnya

Lihat Semua