Kami Juga Kerja Bakti
Izzatul Muhallilin 19 Maret 20145 oktober 2013 merupakan acara FGIM yang diadakan oleh Yayasan Gerakan Indonesia Mengajar. Saya sebagai pengajar muda yang sedang bertugas tidak bisa menghadiri acara itu. Saya hanya mendengar bahwa acara itu berjalan sukses dengan datangnya 9000 relawan dan ada paket yang dikirimkan untuk siswa di masing-masing SD penempatan Pengajar muda. Ketika mendengar itu, saya sangat takjub ternyata ada banyak orang yang mau peduli terhadap pendidikan di negeri ini. Luar Biasa... Selang kurang lebih 3 minggu setelah acara FGIM, paket untuk SD penempatan pun sampai di Putussibau, Ibu kota kabupaten Kapuas Hulu. Dan... wuzzz... kejutan luar biasa untukku. Antara bahagia dan kebingungan. Bahagia karena menerima bingkisan yang luar biasa dan kebingungan membawanya untuk sampai ke desa penempatanku, Desa Semalah. Kalau air surut seperti saat ini untuk sampai di Semalah membutuhkan waktu 9-11 jam dengan jalanan ala rooler coaster dan niagara-gara. Setibanya bingkisan itu di rumah dinas, kotak itu ku bongkar dan isinya kukeluarkan. Ada 4 bingkisan yang aku dan Wa Lili, kepala sekolah PAUD desaku pindahkan dari rumah dinas ke rumah Ngah Ana, salah seorang warga desa Semalah yang tinggal di Putussibau. Kami memindahkan bingkisan itu menggunakan sepeda motor dan dalam kondisi hujan. Keesokan harinya kami membawa bingkisan itu ke Selimbau, Kecamatan penempatanku. Bersyukurnya sudah ada bis menuju Selimbau, meski jadwalnya tidak setiap hari, sehingga tak perlu naik Speedboat. Karena Jika menaiki speedboat sangat susah jika membawa barang sebanyak itu secara bersamaan. Muatan speedboat pun juga tidak terlalu besar. Bingkisan FGIM di gotong oleh bis selama kurang lebih 5 jam dengan jalanan berasa rooler coaster Dunia Fantasi. Setelah itu bingkisan tersebut diturunkan dari bis ketanah dan dari tanah ke Lanting (Rumah apung yang ada di pinggiran sungai). Yang melakukan hal itu adalah warga desa Semalah yang ada di Selimbau. Karena satu-satunya jalan masuk ke desaku hanya melalui sungai, 2 hari kemudian perahu kepala desa Semalah mengangkut bingkisan itu menuju Semalah. Perjalanan menggunakan perahu ala niagara-gara juga tidak terlalu mulus. Kami harus memutar jalur karena air sedang dalam kondisi surut. Selain itu hujan dan angin kencang tidak ada hentinya menemani kami selama perjalanan. Bingkisan itu tetap aman karena para relawan FGIM sudah mengemasnya dalam kondisi kedap air dan kami pun juga menutupinya dengan terpal. Sesampainya di Semalah bingkisan itu disimpan di rumah Pak Said salah satu warga semalah. Desa Semalah merupakan desa yang berada ditepian sungai sehingga rumahnya adalah rumah panggung dengan kayu yang sangat tinggi dan jalanan antar rumah adalah gertak (Jembatan dari kayu). Warga desa mengangkut dari perahu menuju rumah melewati jembatan sebilah kayu dan tangga dari ranting kayu. Untuk tugas ini aku hanya melihat dan berdoa (Hehehe... warga Desaku sangat kuat, jadi kuberi kesempatan untuk yang memiliki kekuatan lebih ^^V). Bingkisan alat peraga dimanfaatkan untuk Sains Club di sekolah. Sedangkan buku akan ditaruh perpustakaan sekolah dan masyarakat. Jika relawan FGIM melakukan kerja bakti mengirimkan bingkisan itu ke masing-masing desa penempatan. Maka warga desa Semalah yang menerimanya juga bekerja bakti mengangkut bingkisan dari kota menuju desa dan memanfaatkan bingkisan itu sebaik-baiknya. Terima Kasih Relawan FGIM... Salam Bahagia dari teras Indonesia-Malaysia di Desa Semalah. Semalah, 29 Oktober 2013
Cerita Lainnya
Ikut Terlibat
Ikut Iuran Publik
Bermitra dengan Kami
Jadi Pengajar Muda
Pintasan
Korps Pengajar Muda
Cerita Pengajar Muda