Begaji
Izzatul Muhallilin 19 Maret 2014Kuceritakan sedikit tentang kegiatan warga di desa ku yang penuh inspirasi.. Mendapatkan ikan di sungai perlu tahu kapan ikan sedang ‘mudik’ sehingga banyak ikan yang bisa ditangkap. Musim ikan di Semalah terjadi sekitar sebulan yang lalu dimulai sekitar bulan Desember. Saat itu cuaca mulai memasuki musim hujan dan air pun juga mulai pasang. Warga desa termasuk keluarga angkatku bersiap memasang bubu serba panjang sejenis jaring dengan lubang sedang yang dibentuk jebakan ikan di danau. Hasilnya menakjubkan, sekali angkat bisa mencapai 20 kg bahkan apak pernah bilang bisa mencapai 100 kg. Dengan Hasil sebanyak itu melahirkan satu tradisi yang bernama begaji. Begaji adalah istilah untuk memotong kepala ikan dan membersihkan isi perut ikan. Per kilo ikan yang telah dibersihkan diberi uang 1000-1500 rupiah. Begaji dilakukan oleh seluruh lapisan masyarakat desa mulai dari anak-anak hingga nenek-nenek baik laki-laki maupun perempuan. Ketika ada salah seorang warga yang mendapatkan ikan ia akan memanggil warga desa yang lain untuk melakukan begaji. Tidak dibatasi jumlah orang yang ikut begaji. Bahkan jika ada warga yang baru saja datang ‘ngangkat bubu*’ dan hasilnya banyak, secara otomatis akan ada warga yang datang untuk begaji. Pernah suatu ketika ketika aku pulang mengajar yak sanah belari-lari sambil menggendong reza anaknya. Kupikir terjadi sesuatu di kampung sehingga membuat beliau terburu-buru. Ternyata tidak karena beliau terburu-buru karena ingin ikut begaji. Dalam proses pembersihan ikan, cara pembersihannya pun beragam tergantung jenis ikan. Contohnya ikan bauk tidak perlu dibuang sisiknya cukup dipotong kepala dan dibuang perutnya. Berbeda dengan Ikan Biawan yang perlu dibersihkan sisiknya. Lain lagi dengan ikan Lais yang hanya perlu di cuci bersih. Mereka sangat mahir membersihkan ikan. Kemahiran mereka membersihkan ikan bisa disejajarkan dengan koki profesional yang sering muncul di acara televisi. Setelah ikan dibersihkan, maka ikan itu akan ditimbang. Jumlah timbangan itulah yang menentukan berapa gaji yang mereka terima. Dalam sehari melakukan begaji mereka mendapatkan uang 5000-60.000 rupiah. Orang-orang yang ikut begaji tak berebut mengambil ikan sehingga ia dapat bagian ikan yang paling banyak. Mereka saling mendekatkan ikan satu sama lain agar semuanya mendapat bagian. Saling berbagi tempat duduk dan membantu mengumpulkan kepala ikan serta perut ikan pada bak besar yang telah disediakan. Memasukkan ikan hasil potongannya tanpa mengambil ikan potongan orang lain meskipun batas satu sama lain sangat dekat. Mereka saling bercanda satu sama lain, saling tertawa dan saling menggoda. Dari desa ini aku kembali belajar dalam kondisi terbatas mereka masih bisa berbagi. Dalam kondisi kesulitan mereka masih bisa peduli satu sama lain. Perkara hidup tidak sekedar mendapat uang untuk bisa hidup bahagia. Perkara hidup hanya sekedar cara pandang kita terhadap kehidupan agar bisa mendapat kebahagiaan majemuk antara diri sendiri dan orang disekitar. *bubu : Jaring jebakan untuk ikan
Cerita Lainnya
Ikut Terlibat
Ikut Iuran Publik
Bermitra dengan Kami
Jadi Pengajar Muda
Pintasan
Korps Pengajar Muda
Cerita Pengajar Muda