SDN 32 Selat Baru

Intan Wahyuni 8 Januari 2011
Di Kabupaten Bengkalis terdapat dua suku asli, yaitu suku sakai dan suku akit. Di Pulau Bengkalis terdapat beberapa pemukiman suku akit yang hidup berkelompok. Salah satunya ada di Selat Baru, di dekat Sungai Liong. Dulu, anak suku akit bersekolah di SDN 15 Selat Baru. Namun, karena jarak yang jauh mereka jarang sekolah sampai akhirnya tidak melanjutkan sekolah lagi. Sehingga dibangunlah lokal jauh SDN 15 Selat Baru di tengah pemukiman suku akit. Sekarang lokal jauh SDN 15 Selat Baru telah berdiri sendiri dengan nama SDN 32 Selat Baru. Sejak 17 Desember 2010 saya mengajar di SDN 32 Selat Baru. Seluruh siswa SD ini adalah anak akit atau orang asli, biasa warga menyebutnya. Secara fisik dan penampilan mereka sedikit berbeda dengan anak lainnya, anak keturunan jawa atau melayu. Kulit mereka hitam dan penampilannya tidak bersih. Mereka punya bahasa sendiri, bahasa akit. Namun mereka juga paham dan bisa bahasa indonesia. Selain itu, mereka tidak kalah cerdas dengan anak lainnya. Sama seperti siswa di SD lain, siswa SDN 32 Selat Baru datang ke sekolah dengan seragam dan membawa tas yang berisi buku dan alat tulis. Namun, hanya sedikit siswa yang memakai sepatu atau alas kaki. Bukan mereka tidak mau memakai sepatu tetapi mereka tidak punya sepatu atau alas kaki yang lainnya. Seragam yang mereka biasa pakai sangat lusuh, kusam dan sobek di beberapa bagian. Selain itu, mereka kurang memperhatikan kebersihan karena di rumah mereka kurang mendapat perhatian orang tua. Sehingga perlengkapan untuk ke sekolah mereka siapkan sendiri. Sepulang sekolah, biasanya mereka bekerja sampai sore, mencari kerang di Sungai Liong atau melakukan pekerjaan keras lainnya, kerja serabutan. Jika sedang tidak ada pekerjaan, mereka bermain atau menjaga adiknya di rumah. Jarang sekali dari mereka yang bisa belajar di rumah. Hanya di sekolahlah mereka belajar. Sebagian besar dari siswa SDN 32 Selat Baru beragama kristen dan sisanya beragama budha. Di tengah pemukiman akit ada rumah seorang pendeta dan sebuah gereja. Pendeta ini berasal dari Manado, dia bersedia untuk tinggal bersama orang asli dan menyebarkan agama kristen. Anak Pak Pendeta juga bersekolah di SDN 32 Selat Baru, Stiven namanya kelas 4 SD. Di SD ini ada tiga ruangan untuk empat rombel dan ruang guru. Ruang pertama digunakan untuk kelas 1, ruang kedua digunakan untuk kelas 2 dan kelas 3 yang disekat papan, ruang ketiga digunakan untuk kelas 4 dan ruang guru yang disekat papan. Di depan kelas ada halaman kecil yang banyak ditumbuhi rumput, di tengahnya terdapat tiang bendera. Ini adalah lapangan kecil kami untuk upacara dan olahraga. Tidak ada pagar yang mengelilingi sekolah. Tidak ada kamar mandi. Fasilitas di SD ini memang jauh dari cukup. Tapi kami, guru-guru dan siswa selalu semangat mengajar dan belajar.

Cerita Lainnya

Lihat Semua