Lomba Menggambar di Pantai Selat Baru

Intan Wahyuni 31 Januari 2011
Minggu pagi saya sudah bersiap-siap untuk menjemput Khairul, Kiki, Salmon, dan Aris di SDN 32 Selat Baru. Saya mendapat pinjaman motor dari keluarga Eka. Kebetulan pada hari ini motornya tidak dipakai. Jam sudah menunjukkan lewat pukul 08.00, saya sudah terlambat. Betul saja, di pertengahan jalan saya berpapasan dengan Pak Udin yang membonceng Khairul dan Salmon, dan Pak Herman yang membonceng Aris dan Kiki. Saya langsung berputar arah, mengendarai motor mengikuti mereka. Lomba menggambar diselenggarakan di Pantai Selat Baru. Sebelum ke pantai, kami mampir dahulu ke kedai Bu Murni, Kepala Sekolah SDN 32 Selat Baru. Kami mengambil perlengkapan lomba seperti pinsil warna, penggaris, pinsil, penghapus, dan alas gambar, serta makanan, dan minuman untuk bekal di pantai. Di Pantai Selat Baru telah ramai dengan pengunjung dan peserta lomba. Ternyata tidak hanya lomba menggambar, ada juga lomba menghias kapal layar mainan, lomba gangsing, itu yang saya tau. Nampaknya masih ada lomba yang lainnya. Sebelum perlombaan dimulai ada sesi pembukaan dari Dinas Pariwisata Kabupaten Bengkalis sebagai penyelenggara. Pembukaan ditandai dengan penerbangan layang-layang di Pantai Selat Baru. Saat pembukaan saat bertemu dengan seorang pejabat pemerintahan di Bengkalis, dia menyapa saya dan bertanya sedang apa saya disini. Saya menjawab bahwa saya sedang mengantar murid untuk lomba menggambar, sambil saya tunjuk empat anak itu. Mereka sedang bermain di dekat air mancur. Lalu bapak itu berkata, “Emhhh.. Memangnya orang asli bisa menggambar juga?”, sambil tertawa. “Bisa ko Pak, gambar mereka sangat bagus, tidak kalah dengan anak lainnya, saya permisi dulu Pak.” , jawab saya. Saya kesal dengan kata-kata Bapak itu, seperti menyepelekan kemampuan murid-muridku. Saya bertekad akan “mengangkat” anak-anak ini. Tidak hanya dalam lomba menggambar, tapi dalam lomba-lomba lainnya dan cara-cara yang lain. Lomba menggambar diselenggarakan di Kebun Binatang Bengkalis. Ternyata hanya kebun binatang mati. Isinya adalah patung binatang, seperti patung harimau, patung rusa, patung kuda, dan masih banyak patung binatang yang lainnya. Hanya monyet, hewan yang hidup dan dapat bergerak di tempat ini. Monyet-monyet berkeliaran kesana-sini diluar kandang. Kami memilih tempat untuk menggambar, sebuah surau kecil di tengah kebun binatang. Panitia mulai membagikan karton putih yang sudah diberi stempel Dinas Pariwisata Bengkalis sebagai media untuk menggambar. Tema lomba menggambar kali ini adalah pemandangan pantai dan laut. Khairul, Salmon, Kiki, dan Aris mengeluarkan peralatannya dan menggambar sesuai tema. Panitia memberikan watku lomba selama 2 jam. Saya merasa ada sesuatu yang dikhawatirkan oleh keempat muridku ini. Ternyata mereka takut kalah. Mereka melihat gambar-gambar yang dibuat oleh peserta lain, mereka menjadi tidak percaya diri. Dalam setiap perlombaan pasti ada yang menang dan kalah. Kekalahan bukanlah masalah, yang penting adalah kita sudah mencoba dan berusaha. Itulah yang saya katakan kepada Khairul, Salmon, Kiki, dan Aris pada saat lomba berlangsung.

Cerita Lainnya

Lihat Semua