Jalanan Yang Sepi
Intan Wahyuni 12 Desember 2010
Saya merasa beruntung bisa mengendarai honda (motor). Disini tidak ada transportasi umum. Biasanya saya meminjam honda Pak Muji untuk ke kota, Bantan Tengah (rumah Tika dan Nanda), Bantan Air (rumah Fatia), dan ke tempat lainnya di sekitar desa ini. Tanpa helm dan SIM saya mengendari honda. Jalanan disini sangat sepi, jalan semen yang berlubang dan becek ketika hujan. Apalagi saat air laut pasang, jalan tertutup oleh air sehingga tidak bisa dilalui.
Saya senang jalan-jalan dengan honda, biasanya sampai rumah Nanda atau Tika di Bantan Tengah. Hanya untuk main dan ngobrol-ngobrol saja. Awalnya saya takut mengendarai honda sendirian di jalan yang sepi, kanan kiri pohon karet, dan rumah penduduk yang jarang dan jarak antarrumah berjauhan. Kadang saya merasa sedang berada di tengah hutan. Hanya terdengar suara-suara burung dan hewan-hewan yang asing buat saya. Walau jalan ini sepi tapi saya tidak bisa melaju kencang karena jalan yang berlubang dan tergenang air sehingga perjalanan menjadi semakin lama sampai.
Sekarang, saya mulai terbiasa dengan keadaan ini. Jalan yang sepi dan alam yang indah. Kadang saya bertemu dengan monyet yang sedang mencari makan. Saya sangat menyukai suasana ini. Sambil membawa kamera, saya berhenti di beberapa tempat untuk mengambil gambar hamparan kebun kelapa sawit, monyet-monyet yang berlarian, dan ilalang yang disinari matahari sore. Selain itu, langit sore disini sangat bagus. Sayang sekali saya hanya sendiri menikmati ini semua. Ketika hari mulai gelap barulah saya siap-siap untuk pulang. Biasanya mendekati magrib saya baru sampai di rumah.
Cerita Lainnya
Ikut Terlibat
Ikut Iuran Publik
Bermitra dengan Kami
Jadi Pengajar Muda
Pintasan
Korps Pengajar Muda
Cerita Pengajar Muda