Ada Apa dengan Motor

Intan Wahyuni 12 Desember 2010
Keesokan harinya setelah kami bertiga mengelililngi sebagian Pulau Bengkalis, kami pergi ke pusat kota Bengkalis untuk menghadiri resepsi pernikahan anak Pak Fahrial (Kepala UPTD Pendidikan Bantan). Setelah selesai mengajar saya menjemput Nanda dan Tika ke Bantan Tengah. Saya meminjam motor Pak Muji. Saya membonceng Tika dan Nanda sendiri. Perjalanan siang hari yang sangat panas, lalu sampailah kami di tempat resepsi, rumah Pak Fahrial. Pernikahan menggunakan adat melayu. Pengantin duduk diatas pelaminan yang dihias khas melayu dan menggunakan baju adat melayu. Begitu pun dengan keluarga dan tamu yang datang, sebagian besar dari mereka menggunakan baju kurung khas melayu. Sedangkan kami bertiga menggunakan baju batik. Terlihat sekali jawanya. Heheh.. Kami datang disambut oleh kelurga pengantin, biasalah salam-salaman. Lalu masuk ke dalam pekarangan dan langsung antri untuk mengambil makanan. Kami makan di meja bulat yang sudah ditata dengan rapi. Ada beberapa meja bulat yang terletak di bawah tenda di pekarangan rumah. Disana juga ada panggung hiburan, tamu yang sedang makan dihibur dengan lagu-lagu melayu. Setelah makan kami menuju pelaminan pengantin di dalam rumah. Satu persatu dari kami memberi selamat kepada pengantin dan orang tuanya termasuk Pak Fahrial. Ini yang agak berbeda, di depan kursi orang tua pengantin ada kotak untuk memberikan hadiah berupa “amplop”. Saya sungkan memasukan amplop ini, lalu Tikalah yang memasukan amlop ke dalam kotak tersebut. Pulang dari resepsi kami jalan-jalan dulu di pusat kota, shalat dulu di mesjid lalu belanja ini itu. Pulangnya Tika yang membawa motor dan saya diboncengnya. Di Bantan Tua saya melihat ada pemuda mengendarai motor dengan aneh. Motornya melaju lambat, tangannya dibalik saat memegang stang motor, kakinya diseret ke jalan. Pokoknya aneh deh. Perhatian saya tertuju oleh pemuda itu sampai akhirnya kami berbda jalan. Di pertigaan dia lurus dan kami belok ke arah kanan. Di tikungan ini entah apa yang terjadi, ada apa dengan motor. Haduh saat itu sakit sekali rasanya. Kami jatuh dari motor. Mungkin konsentrasi Tika pecah karena melihat gaya pemuda itu mengendarai motor. Selain itu, di tengah jalan ada oli atau minyak apalah yang tumpah entah dari mana. Sehingga ban motor slip dan kami pun jatuh. Kaki kanan saya tertimpa motor sehingga sulit untuk berdiri. Saya dibantu berdiri oleh Tika. Nampaknya Tika baik-baik saja. Namun, lutut saya terasa sakit. Di dekat tempat kejadian ada mesjid, saya menuju kamar mandi mesjid untuk melihat lutut yang nyeri ini diantar Tika. Sedangkan Nanda menunggu motor di pinggir jalan. Ternyata lutut kanan luka dan sekelilingnya lebam. Mungkin karena saat terjatuh sempat terseret jalan. Tapi tidak apa-apa, saya masih bisa jalan. Motor Pak Muji sedikit tergores di bagian depan kanan. Besoklah akan kami bawa ke bengkel. Kami bertiga melanjutkan perjalanan lagi dengan laju lambat. Sampailah di rumah Pak Muji. Kami ceritakan kejadian yang menimpa kami tadi. Setelah itu, Nanda dan Tika pamitan pulang ke Bantan Tengah dan saya masuk kamar. Saya bersihkan lukanya dan saya oleskan obat untuk luka dan lebam. Alhamdulillah tidak ada luka di bagian lain dan saya masih bisa berjalan. Jadi, besok masih bisa mengajar. Pesan Ayu (PM Halmahera Selatan): “Walah. Kamu emang gak jodoh sama motor.”

Cerita Lainnya

Lihat Semua