Sabtu Kreatif : Ayooo Belajar Berwirausaha

Indra Umbara 18 Oktober 2014

Hari Sabtu adalah hari yang paling dinanti anak-anak muridku di sekolah. Anak-anak memakai baju bebas rapi dengan celana/rok pramuka dan sepatu plus kaos kaki berwarna apa saja selain hitam. Mereka bisa mengekspresikan segala sesuatu yang mereka bisa. Mereka selalu menanti kegiatan-kegiatan yang dicipitakan oleh guru-guru untuk mereka. Hari menyenangkan itu kami beri nama “Sabtu Kreatif”.

Sabtu itu, kami guru-guru memutuskan untuk membuat pembelajaran yang bertemakan wirausaha. Tantangan dari aktivitas ini adalah mengumpulkan keuntungan sebanyak mungkin. Kelompok paling banyak mengumpulkan untung yang akan keluar menjadi pemenang.  Aku bertindak sebagai team keeper sedangkan guru-guru bertindak sebagai pembimbing. Lalu seperti apa pembelajaran dilaksanakan?

Memecah Kekakuan

Anak-anak kelas atas (kelas empat, lima dan enam) dicampur dan dibagi menjadi tiga kelompok yang beranggotakan 4-6 orang. Mereka bertindak sebagai pengolah dan penjual makanan yang dibimbing oleh tiga guru honorer di sekolah. Guru-guru inilah yang akan membimbing anak-anak pada tiap kelompok untuk belanja bahan, mengolah, menyajikan dan menjual makanan. Sedangkan kelas satu, dua dan tiga bertindak sebagai penjual bahan makanan dan pembeli makanan ketika makanan siap disajikan.

Mencampur kelas empat, lima dan enam memiliki tujuan agar mereka mampu bekerjasama dengan teman lintas kelas. Guru pun ikut membimbing dan membangun kerjasama antarmurid untuk memecah kekakuan hubungan murid dengan murid dan guru dengan murid. Lalu bagaimana langkahnya?

Asyiknya Belanja di Pasar

Dua hari sebelumnya, semua murid dari kelas satu hingga kelas enam diminta untuk membawa bahan makanan seperti ikan segar, ikan asin, sayur berbagai jenis, bumbu dapur, kompor (hanya bagi kelas 4,5 dan 6) dan nasi saat hari H.

Hari bermain tiba, saat anak-anak melakukan ibadah rutin yang diadakan hari Sabtu, guru-guru bersiap membersihkan semua bahan makanan dan ditata layaknya pasar. Setelah itu, kelas satu, dua dan tiga diberi pengarahan untuk menjual bahan makanan sesuai harga dan memperbolehkan pembeli untuk menawar harga,

Setelah melakukan diskusi dengan pembimbing masing-masing, kelas atas terlebih dahulu meminjam uang di bank. Mereka diperkenalkan tentang cara meminjam dan konsekuensi meminjam uang di bank. Jumlah uang yang dipinjam pun bergantung pada hasil hitung bersama dengan pembimbing.

 Setelah itu perwakilan kelompok yang ditunjuk menyerbu pasar, seketika suasanan menjadi sangat ramai. Mereka berusaha membeli bahan semurah mungkin dengan menawar harga bahan mentah yang ada. Ada hal yang membuat saya tertawa di sela-sela aktivitas itu. Anak muridku bernama Jorgi menawar sayur kangkung dengan harga Rp 500, padahal sayur itu dijual seharga Rp 5000 oleh murid kelas satu. Jorgi berhasil merayu penjual yang masih polos untuk mendapatkan sayur kangkung dengan harga yang sangat murah. Hahaha!

Sedangkan anggota kelompok lainnya menyiapkan meja dan kursi untuk membuat restauran dan menghias restauran mereka dengan berbagai cara, ada yang menggambar lalu menempelnya di tembok, ada juga yang memetik bunga lalu mereka masukkan di gelas air mineral bekas. Mereka melakukan itu semua untuk menarik perhatian pembeli.

It’s Cooking Time

Anak muridku sudah selelai melakukan aktivitasnya di pasar untuk membeli bahan, mereka siap mengolahnya menjadi makanan yang siap untuk dijual di dalam satu ruangan (ruang kelas empat) yang memang sudah dipersiapkan. Guru-guru membimbing mereka dengan sabar mulai tahap memotong berbagai bumbu seperti bawang merah, bawang putih, daun bawang, tomat sampai menumbuknya.

 Di tengah aktivitas itu, salah satu murid kelas enam bernama Glaudio mengeluarkan banyak air mata ketika mengupas bawang merah. Saat itu juga aku bertanya kepada semua anak-anak yang sedang memotong. “Bagaimana rasanya di mata waktu mengupas bawang merah?” tanyaku. Mereka langsung menjawab, “pedis sekali (perih) Bapak!” “Nah, makanya yang sayang yaa dengan ayah/ibu kalian, mata ibu/ayah kalian selalu pedis saat mengupas bawang merah untuk membuat kalian makan enak dan kenyang!” Lumayan, dari memotong bawang merah, terseliplah pembelajaran untuk menyayangi orang tua.

Mereka semua pun fokus bekerjasama dalam satu kelompok untuk memasak. Topi koki sederhana pun dipakai  agar suasana memasak pun semakin seru dan menyenangkan. Tak terasa, tiga jam waktu yang diberikan habis sudah, tumis kangkung, kina garang (ikan asin) bumbu santan, kina menta (ikan segar) bumbu saus pedas, kerupuk, sayur daun ubi, sayur gedi, siap untuk dijual.

Mereka Bersiap Menjawab Tantangan

Setelah masakan siap diolah, mereka pun bersiap memboyong makanan menuju restauran yang mereka buat di depan kelas. Mereka pun berdiskusi dengan pembimbing tentang bagaimana menarik pembeli agar pembeli mau singgah di restauran mereka masing-masing.

Sementara mereka bersiap, kelas bawah melakukan simulasi untuk mengambil uang tabungan (uang kertas) di bank. Saat itu, aku menjadi penanggung jawab di bank tersebut. Satu per satu murid kelas bawah, aku ajak untuk merasakan suasana bank yang sesungguhnya. Mereka aku ajarkan cara bertutur dan bersikap ketika berhadapan dengan seorang teller di bank. Mereka benar-benar excited saat itu, karena untuk pertama kalinya mereka merasakan mempunyai tabungan untuk diambil di bank yang sebelumnya tak pernah mereka rasakan, walupun ini hanya sebuah simulasi.

Hujan lebat pun tak justru menambah keceriaan mereka. Sesaat setelah kelas bawah mengambil uang, mereka mengambil bekal nasi putih yang memang harus dibawa dan mereka berhamburan menuju restauran yang sudah dijaga siswa kelas atas untuk menjajakan makanan. Siswa kelas atas pun menyambut siswa kelas bawah yang berhamburan itu dengan meneriakkan ajakan untuk datang ke restauran. “Kina garang lima ribu!”, “kangkung sepuluh ribu!”, “kina mentah (ikan segar) dua puluh ribu!”

Siswa kelas bawah diminta untuk menawar harga masakan yang dijual kelas atas, agar mereka juga bisa merasakan suasana tawar menawar dan harapannya mereka mampu membandingkan harga antarrestauran.

 Namun apa yang terjadi? Siswa kelas bawah yang polos sama sekali tidak menawar harga makanan. Hahaha, sepertinya mereka sudah tidak ambil pusing, karena mereka sudah terlalu lapar ditambah udara dingin karena hujan yang berhasil membuat perut mereka keroncongan ditambah lagi karena  jarum jam sudah mampir di angka satu. Hasilnya berapapun harga yang ditawarkan oleh siswa kelas atas pun diterima begitu saja oleh siswa kelas bawah yang polos itu.

Mereka semua berteriak-teriak kegirangan, membuat hati saya pun gembira merasakannya. Ini adalah permainan yang secara tidak langsung memberikan banyak pelajaran kepada mereka. 

Siapa Untung Banyak Dia Pemenangnya

Setelah aktivitas jual beli makanan berakhir, semua siswa kelas atas pun berkumpul. Mereka didampingi guru pembimbing menghitung untung yang mereka masing-masing dapatkan. Mereka menghitung keuntungan dengan mencatat jumlah pendapatan yang mereka dapatkan dan kemudian menguranginya dengan jumlah modal yang mereka keluarga.

Hasilnya kelompok Galudio lah yang mendapatkan juara karena kelompoknya berhasil mendapatkan untuk paling banyak. Wajar saja, tim mereka yang terdiri dari Jorgi, Sambe, Rhenal dan Ince sangat pandai berpromosi. Sedangkan kelompok Sergio menjadi pembuat restauran terbaik karena mereka menghias restaurannya dengan berbagai hasil karya menggambar.

Pembelajaran

Pada akhirnya aktivitas bermain ini memberikan banyak pelajaran, tentang bagaimana mereka membeli bahan, mengolah sampai membuat makanan jadi, mereka juga belajar bagaimana menjual hasil mereka sendiri dan mempromosikannya. Selain itu aktivitas ini juga membentuk jiwa kompetisi dan kemandirian pada murid. Di dalam aktivitas itu pun anak-anak tidak lepas dari aktivitas berhitung. Mereka tidak terlihat stres ketika mereka dihadapkan dengan aktivitas berhitung dalam kondisi bermain dibandingkan aktivitas berhitung di dalam kelas. 

Selesai di Tahuna, 18 Oktober 11:30 WITA

Foto-foto kegiatan saya rangkai dalam bentuk video dan dapat dilihat pada link berikut  (https://www.youtube.com/watch?v=rMQ_hJI-kwg)


Cerita Lainnya

Lihat Semua