Ini bukan soal mencari kemenangan tapi soal memberikan pengalaman dan pengajaran kepada mereka bahwa pencapaian besar itu tidak bisa diperoleh dengan cara yang instan.

Pukul 04:30 WITA, Ince, Renald, Sergio, Vani dan Kesya setia mengetuk pintu rumahku untuk bersiap belajar. Satu setengah jam kemudian,  mereka ku ajak lari di dermaga untuk berolahraga. Setelah itu pukul 07:30 mereka pun sudah siap di depan rumahku untuk belajar lagi hingga pukul 21:00 WITA dengan empat kali sesi istirahat.

Kegiatan seperti ini mereka lakukan setiap hari selama dua minggu menjelang semifinal Olimpiade Sains Kuark 2015 yang akan diselenggarakan besok, Sabtu, 25 April 2015. Orang  tua mereka pun mendukung penuh kegiatan belajar mereka dengan memastikan makanan mereka tercukupi. Hal yang membuatku bangga kepada mereka adalah setiap kali aku bertanya apakah mereka lelah, mereka selalu menjawab tidak, karena mereka senang dengan materi yang mereka pelajari. Rasanya aku bisa berkata bahwa perjuangan pun mulai mengalir di jiwa mereka.

Perjuangan ini bukan soal mencari kemenangan tapi lebih kepada soal memberikan pengalaman dan pengajaran kepada mereka bahwa pencapaian besar itu tidak bisa diperoleh dengan cara yang instan. Harapanku, pengalaman ini akan menjadi bekal hidup mereka meraih pencapaian-pencapaian berikutnya.

Selain itu, momen ini pun memberikan pesan semangat kepada masyarakat Para bahwa putra-putri mereka mempunyai potensi yang luar biasa. Dukungan untuk mereka pun terus mengalir, intensi peribadatan yang dilakukan oleh masyarakat di gereja dan kelompok ibadah setiap harinya pun salah satunya ditujukan untuk mereka. Masyarakat yang lalu lalang melewati rumahku pun tak berhenti memberikan semangat dan motivasi kepada mereka.

Pesan yang aku katakan di penghujung hari ini kepada mereka di ujung persiapan, ”Berjuanglah tanpa mengenal lelah, peluk erat mimpi kalian, sampai Tuhan memberikannya pada waktu yang tepat!”

*Selesai di Towo, di tengah perjuangan pukul 18:05 WITA