Kalau Besar Mau Bikin Apa?

Muhammad Catur Saifudin 25 April 2015

Suatu hari di jam istirahat, langit tengah menghitam dan suaranya yang bergemuruh menambah kesan seram siang itu. Anak-anak masih asyik bermain, ada yang main bola dan adapula yang bermain batu. Tak lama kemudian, hujan turun tanpa permisi. Guru-guru mengingatkan para murid untuk segera berteduh, murid perempuan segera berlarian ke bawah atap sekolah mencari perlindungan, murid laki-laki? Masih asyik dengan permainan bola sepaknya, tak menghiraukan himbauan untuk berteduh.

Dalam hati saya berfikir, "Duh, kalau sudah basah gini anak-anak tidak mungkin belajar di kelas neh! Dan bisa saja mereka minta pulang, kalau dikasih pulang, ini bisa jadi cara mereka lagi untuk pulang lebih cepat." Otak saya terus berfikir cari cara yang tepat. Waktu istirahat telah usai, langitpun sudah tak menitihkan airnya, tanda waktu untuk kembali belajar. "Mai lu'u seraana! (bahasa Bima, artinya ayo anak-anak masuk semua!)" Teriak saya! Disini belum ada teknologi yang bernama bel. Anak-anak berhamburan berebut menuju ke pompa air mungil di samping lapangan, berebut untuk membasahi badan dan baju agar tak terserang sakit (walopun saya tahu anak disini kuat, bahkan jauh lebih kuat daripada gurunya smile emoticon )

Seperti yang diduga, pasca membilas badan dan baju, anak-anak meminta pulang lebih cepat, alasannya karena baju basah.Untunglah kondisi sudah dibayangkan, dan saya katakan kepada mereka, "Baju kalian basah kan?" Mereka menjawab, "Iya pak!"

Terinspirasi dari kata-kata Pak Anies, "Mulai sekarang, coba ketika bertanya kepada anak-anak kita beralih dari bertanya tentang cita-cita mereka, menjadi bertanya tentang ketika besar mau bikin apa? Atau mau ngapain? Karena saat bertanya itu, imajinasi mereka akan berjalan sendiri menemukan muaranya!"

Saya katakan pada mereka, "Hari ini kita belajar di luar ya! Kalian menggambar di tanah tentang ketika besar mau bikin apa? Atau mau melakukan apa?"Dengan semangat beberapa anak mulai menggambar, beberapa pula ada yang menggerutu karena harapannya untuk pulang lebih cepat tidak tercapai.

Beberapa menit berlalu, mereka telah usai menggambar, saya minta mereka untuku menceritakan satu per satu secara bergantian. Saya terkejut ternyata ceritanya menjadi panjang dan benar-benar di luar dugaan.

Ada yang bercerita begini:"Pak, saya mau sekolah dulu pak (sembari menunjukkan gambar sekolah), belajar sambil berlatih Qiro'at, lalu (menunjuk gambar seperti masjid) saya akan ikut lomba dan menjadi juara Qiro'at internasional." Wow hebat sahut saya!

Adapula yang bercerita;"Saya mau sekolah dulu dan akhirnya jadi dosen pak (sambil menunjukkan gambar sekolah), nah disini saya juga menggambar lapangan karena saya suka main bola pak, wah sayang pak karena di tanah, benderanya tidak bisa diwarnai dengan warna merah." Dan berbagai cerita lucu, menarik, dan membanggakan yang lain. Amin, bapak doakan semoga kalian terus berani bermimpi dan berani menggapainya ya nak! Seperti pesan yang sering diulang-ulang di kelas.

Besoknya mereka hadir dengan baju yang lain, dan beruntung tak ada satupun yang sakit karena sehari sebelumnya ditahan sebentar tidak ganti baju.hehe...

Salam hangat dari Dana Mbojo!

 


Cerita Lainnya

Lihat Semua