Skeptis

Muhammad Catur Saifudin 25 April 2015

Sebagai seorang Sarjana Teknik, saya sering skeptis dengan kemampuan keteknikan saya, jarang oprek, apalagi baca-baca jurnal tentang telekomunikasi, bahkan sering saya bertanya pada diri, "Kira-kira saya salah jurusan gak ya masuk Teknik Telekomunikasi?" Saya lebih menikmati berinteraksi dengan orang, walaupun sebenarnya kenyataannya teknologi dan sosial dapat dipertemukan.

Pada suatu hari saya sampai dan tinggal di salah satu dusun yang masyarakat mengenal saya sebagai seorang sarjana teknik, "Pasti Pak Catur bisa benerin alat elektronik", itulah kata-kata yang sering saya dengar dari warga. Dalam hati saya berkata, "Haha... Bisa gak ya?”

Lalu datanglah seorang tetangga mengabarkan bahwa HPnya rusak karena tidak bisa dicharge, sempat terdiam sebentar dan saya bilang, “Iya amak, nanti dicoba perbaiki ya.” Bergegaslah saya ke spot sinyal dan mencari tahu di internet apa penyebabnya dan bagaimana memperbaikinya. Segera  saya membuat obeng kecil dari bekas jeruji sepeda yang ditipiskan  dan mulai membuka HP tersebut dengan hati-hati. Daya sok analitis muncul dan mulai melihat bagian chargenya di rangkaian sirkuit, dan setelah dicoba, tara! Ternyata bisa, dan senang sekali karena ternyata berhasil diperbaiki.

Berita itu tersebar dengan cepat ke banyak warga dusun, beberapa ada yang datang minta tolong HPnya diperbaiki dengan masalah yan berbeda, beberapaada yang berhasil tetapi beberapa tidak. Tak hanya sampai disitu, saya juga pernah diminta memperbaiki inverter dan parabola warga, bahkan ada warga yang berkata, “Bapak nanti buka servis HP saja disini, mumpung belum ada pak.”

Mungkin setiap kita memiliki semacam tembok yang kita buat sendiri, yang pada akhirnya tembok tersebut menjadi penghalang untuk kita belajar. Kita dapat menemukan hal skeptis itu ya saat kita menghadapinya, maka mencoba berbagai hal baru, menemukan berbagai hal skeptis dalam diri, dan berhasil menundukkan berbagai hal itu tentu saja akan membuat kita semakin kaya, menjadi orang yang semakin baik ke depan, membuka pintu belajar dan pintu amal lain. Dan semangat belajarlah yang dapat menjadi salah satu pendobrak tembok skeptis tersebut.

Maka, skeptis mana di hari ini yang ingin coba kita dobrak? Yuk segera dilakukan! ;)


Cerita Lainnya

Lihat Semua