Iya Kamu!...Kamu...Bukan Aku!
Patricia Fiesta Pritayuni 25 April 2015“Ibu Patrice ni gagah, masih muda su mau kasih tinggal dia pung kerja di Jakarta, cuma buat hidup dan bantu kotong, padahal pasti Ibu Patrice pung gaji su besar memang di sana”. Sering sekali saya dengar pujian semacam itu, dari mama, dari guru-guru, dari penggerak lokal, dan dari pemuda di desa, atau warga lokal dipenempatan saya. Saya biasa hanya membalas dengan senyum dan “Aah..tidak...” dan balas memuji mereka. Padahal kalau mereka tahu, saya sama sekali tidak mengorbankan harta, waktu, cinta, atau apapun lainnya. Justru saya datang dan mendapat banyak pelajaran dan inspirasi. Saya belajar berbagi, belajar berkonflik dengan tim dan menyelesaikannya, belajar hidup sehat dari makanan sehat yang langsung dari alam, belajar kesederhanaan, belajar menjadi ibu, belajar bersyukur, belajar menghargai dan merasakan cinta, dan banyak lagi.
Sampai di hari Kartini kemarin pun, ada saja yang menjadikan saya sebagai contoh dari Kartini modern. Padahal sebenarnya sosok kartini yang nyata bagi saya adalah teman saya sendiri di desa.
Dia wanita separuh baya, cantik, selalu semangat, dan ceria. Dia sudah pernah bekerja di Jakarta untuk beberapa waktu yang tidak sebentar, namun ia memutuskan untuk kembali pulang ke kampung halamannya di Rote, karena mendengar kabar bahwa PAUD yang pernah didirikannya pada tahun 2007 tidak ada yang mengurus sepeninggalannya ke Jakarta. Dia memutuskan untuk kembali pulang pada tahun 2010 demi pendidikan anak-anak di desanya. Dia sadar akan pentingnya pendidikan usia dini untuk membangun keberanian dan kepercayaan diri anak. PAUD dibangun dengan merogoh koceknya sendiri sebelum akhirnya didanai pemerintah, beberapa kekuranganpun ditanggungnya. Selain itu, dia juga mendedikasikan waktunya untuk mengajar anak-anak sekolah minggu di gereja.
Sewaktu kegiatan Rote Mengajar (www.rotemengajar.blogspot.com) dihelat pada tanggal 8 – 11 April 2015, tidak hanya saat persiapan, saat hari pelaksanaan, walaupun dengan tangan kanan yang masih baru saja terkena luka bakar, dia tetap semangat menyambut kedatangan relawan dan mengikuti rentetan kegiatan sampai larut.
Katanya “apa saja ayo kalau berkaitan dengan pendidikan anak-anak”.
Wanita ini, Katarina Bertha Saudila, atau biasa saya sapa Kak Rina adalah bentuk nyata penerus perjuangan Kartini di zaman modern ini. Terima kasih Kak, semoga Tuhan dan alam semesta membalas kebaikanmu
Cerita Lainnya
Ikut Terlibat
Ikut Iuran Publik
Bermitra dengan Kami
Jadi Pengajar Muda
Pintasan
Korps Pengajar Muda
Cerita Pengajar Muda