Multiple Intelligences Part I (Calon Maestro Batik)

Indarta Aji 20 Desember 2011

Menjadi guru mata pelajaran matematika dan IPA terkadang membuat diriku merasa terbatasi oleh kondisi. Secara sederhana aku hanya dapat melihat bakat murid-muridku dari sisi logika dan kecerdasan alam. Hal itu membuat diriku mulai rancu dengan setiap hal yang aku lakukan di pagi hingga sore hari bersama murid-muridku. Beruntung bagi murid-muridku yang memiliki bakat kecerdasar logika dan alam. Namun ada pertanyaan yang paling penting lagi, dan serta merta mengganjal perasaanku “Apakah akan aku lewatkan kesempatan dari tiap-tiap muridku untuk mengembangkan bakat mereka masing-masing? atau membuang sedikit waktu (sedikit melenceng dari rutinitas) untuk memberikan mereka yang lain kesempatan untuk mengembangkan bakat-bakat mereka?”

Butuh waktu yang cukup untuk memutuskan hal ini. Faktor efektifitas, bahkan faktor jaminan bahwa mata pelajaran matematika dan IPA yang aku berikan tetap tidak akan bermasalah karena ada beberapa waktunya yang aku pakai untuk hal lainnya. Hingga akhirnya jatuh pada pilihan dari pertanyaan kedua “Membuang sedikit waktu pelajaran Matematika dan IPA untuk memberikan kesempatan kepada murid-muridku lainnya”

Di suatu waktu kesempatan, memang terkadang hal itu aku lakukan. “Hari ini tidak ada materi.” Kataku dipagi hari yang sejuk karena kabut masih saja terjebak dihalaman sekolah kami. Teras lantai yang sehari-harinya kami (kelas IV SD) gunakan untuk belajar tiba-tiba berubah riuh. Sebagian siswa yang ingin bermain bola aku gabungkan dengan siswa kelas V SD yang kebetulan juga akan melakukan olah raga di lapangan desa. Sebagian yang ingin menggambar, aku biarkan mereka mengeluarkan imajinasi mereka untuk digambarkan ditiap-tiap buku bergaris yang mereka sulap menjadi buku gambar dalam sekejap. Sedangkan yang masih ingin tetap mendapatkan materi IPA dariku aku bebaskan mereka untuk membaca buku-buku pengetahuan umum yang tersedia lengkap disekolahku. Lalu aku berputar-putar mengamati mereka satu persatu dari lapangan sepak bola yang terletak diatas bukit desa, lalu perpustakaan hingga teras kelas lain yang biasanya kami gunakan untuk belajar.

Hal ini sungguh melelahkan, mendapatkan imbalan dari hal yang melelahkan itu memang sangat menyenangkan. Aku menemukan seorang siswiku yang dengan rapih dan sangat indah melukis sebuah rangkaian bunga dengan imajinasi-imajinasi yang ia miliki, seperti sebuah corak batik yang sangat indah.


Cerita Lainnya

Lihat Semua