info@indonesiamengajar.org (021) 7221570

Guru vs Play Boy (Tips Membagi Rasa Sayang)

Indarta Aji 10 April 2012

Tidak membutuhkan sebuah pisau untuk memberikan rasa sayang kepada seorang kekasih karena memang tidak ada yang perlu dibagi. Tapi butuh sebuah pisau walaupun tidak tajam bagi seorang yang memiliki kekasih lebih dari satu untuk membagi rasa sayang dengan sama rata. Tapi bagaimana seandainya rasa sayang itu harus dibagi sama rata sejumlah 80an siswa kelas 4 SD, siswa kelas 5 SD yang jumlahnya hampir 70 dan ditambah lagi siswa kelas 6 yang jumlahnya sekitar 60an. Sebuah pisau tipis yang tajam pun tidak dapat menyelesaikan masalah jika harus membagi sebuah pancake sejumlah siswa tersebut dengan sama rata. Sebesar apapun pancake tersebut.

Kesalahan yang sering terjadi dan tidak pernah terselesaikan di lingkungan sekolah menapun selama ini adalah tidak ratanya rasa sayang guru terhadap muridnya, sedangkan setiap anak selalu memiliki perasaan ingin selalu mendapatkan perhatian. Pada umumnya guru cenderung lebih sayang dan perhatian kepada murid yang pintar saja. Sebagian guru juga berharap dengan cara yang mereka lakukan tersebut dapat memacu murid-murid lainnya yang tidak pintar untuk mau berusaha untuk menjadi anak yang pintar. Namun ada sebuah kesalahan besar lainnya yang juga kurang diperhatikan oleh guru pada umumnya. Mereka tidak pernah menyadari bahwa setiap anak memiliki kepintarannya masing-masing. Berbeda dengan paradigma yang masih berkembang saat ini dimana hanya anak yang pandai matematika dan IPA yang dianggap sebagai anak pintar. Sehingga sebagaian besar anak yang tidak pandai matematika dan IPA merasa putus asa, dan dari hasil yang telah lama aku amati bahwa mereka cenderung menjadi anak yang sering berulah disekolah sehingga dianggap sebagai anak nakal.

Kesalahan berikutnya dari seorang guru adalah tidak menyadari bahwa kenakalan anak-anak tersebut adalah kesalahan para guru itu sendiri, seperti yang telah dijelaskan sebelumnya. Karena pada dasarnya kenakalan mereka adalah agar mereka mendapatkan perhatian dari gurunya dengan porsi yang sama dengan murid pintar lainnya. Sedangkan potensi murid yang biasa saja, tidak pintar dan tidak nakal pada akhirnya akan mati karena kurangnya perhatian.

Mungkin beruntung terlahir sebagai seorang anak yang memiliki orang tua yang mengetahu soal potensi anak. Tapi bagaimana dengan anak yang terlahir dari keluarga yang tidak mengetahui soal potensi anak karena orang tuanya yang tidak berpendidikan dan bahkan tidak peduli dengan pendidikan seperti yang ada ditempat ini.

*****

Tidak ada alasan seberapa banyak siswa yang diajar oleh seorang guru untuk tidak peduli dengan salah satu orang muridpun. Mungkin setiap guru yang menyadari kesalahan-kesalahan itu memiliki berbagai macam cara untuk mengatasi hal ini, dan aku sendiri memiliki caraku yang seperti ini;

1.       Guru wajib mengenal nama semua siswa.

Mengenal nama adalah hal yang paling sederhana, namun sangat penting. Jangankan seorang siswa, setiap orang pasti akan merasa terabaikan saat namanya dilupakan meskipun itu tidak disengaja. Jika seorang guru lupa dengan nama seorang siswa saat sedang ingin memanggil siswa tersebut, maka cara yang paling tepat adalah dengan menghampiri siswa tersebut. Sebagai contoh ketika guru akan menanyakan apakah pekerjaan siswa tersebut telah selesai atau belum. Maka jika guru lupa dengan nama siswa tersebut, guru harus menghampiri dan bertanya “Sudah selesai?”

Satu hal yang perlu diketahui lainnya adalah, guru tidak boleh menanyakan langsung kepada siswa tersebut mengenai siapa namanya. Untuk mengetahui nama siswa tersebut sebaiknya guru melakukan dengan bertanya kepada guru lain atau mengabsen.

2.       Perbanyak interaksi dengan semua siswa untuk mengetahui watak dari setiap siswa.

Untuk mengetahui potensi, kekurangan dan watak dari setiap siswa, seorang guru harus sering melakukan interaksi kepada setiap siswa secara personal, baik di sekolah maupun diluar sekolah. Watak setiap siswa sendiri juga lahir karena kondisi lingkungan keluarga dan masyarakat. Dengan mengenal watak dari setiap siswa, maka guru akan tahu dari sisi mana seorang guru harus mulai berinteraksi dengan masing-masing siswa. Dengan demikian maka akan semakin mempermudah kedekatan antara guru dan siswa.

3.       Pahami setiap potensi yang dimiliki dari tiap-tiap siswa dan kekurangannya.

Guru wajib membuat semua murid bangga dengan potensi mereka masing-masing, mendukung dan menghargai potensi tersebut. Guru juga wajib mengetahui kekurangan dari masing-masing siswa dan mendukung siswa tersebut untuk mengatasi kekurangannya. Dengan demikian siswa akan merasa diperhatikan dan tidak akan berulah menjadi anak nakal untuk diperhatikan.

4.       Tiap murid memiliki porsi yang berbeda.

Dalam sebuah kelas belajar manapun, tentunya selalu ada siswa yang selalu tertinggal dan ada siswa yang melampaui dari teman-teman sekelas lainnya. Tidak dibenarkan guru menyampaikan materi mengikuti standar siswa-siswa yang menonjol karena siswa yang tertinggal akan semakin tertinggal dan terkesan tidak diperhatikan. Begitu juga sebaliknya, guru juga dilarang menyampaikan materi mengikuti standar siswa-siswa yang memiliki banyak kekurangan karena siswa-siswa yang menonjol di kelas akan merasa jenuh hingga menjadi malas dan bahkan merasa terabaikan karena guru terkesan lebih perhatian kepada siswa yang kurang mampu.

Untuk mengatasi hal ini adalah dengan cara menyampaikan materi sesuai standar, bagi siswa yang menonjol tentunya diberikan porsi yang lebih setelah materi disampaikan di kelas, dan siswa yang kurang juga harus di bimbing secara lebih intens agar timbul keyakinan bahwa mereka yang kurang merasa tidak terabaikan.

5.       Menghilangkan diskriminasi antar siswa.

Pada umumnya siswa yang memiliki paling banyak kekurangan yang selalu menjadi bahan diskriminasi teman-temannya. Cara mengatasinya adalah dengan membesarkan hati siswa tersebut dan terkadang memang perlu dibela saat terdiskriminasi oleh siswa lain tanpa harus menjatuhkan siswa yang melakukan diskriminasi dan menganggap bahwa semua siswa sama dimata si guru.

6.       Berikan kesempatan yang sama untuk semua siswa.

Sebagai contoh; seorang siswa yang kurang pandai matematika dikelas harus diberi kesempatan untuk mengerjakan soal yang lebih mudah di depan kelas sehingga siswa tersebut dapat menyelesaikan soal tersebut. Tidak peduli soal tersebut mudah atau sulit, tapi semua siswa akan bangga karena telah berhasil menyelesaikan sebuah soal di depan kelas. Adil bukan berarti sama rata, tapi adil sesuai dengan porsinya. Setiap siswa mendapatkan porsinya masing-masing.

7.       Buat kegiatan dimana semua murid dapat menonjolkan potensi mereka masing-masing.

Disekolahku sendiri, pada saat-saat tertentu aku membentuk sebuah kelompok cerdas cermat dikelas, dimana untuk berhasil menjawab pertanyaan dari cerdas cermat itu tidak sekedar mengandalkan kecerdasan, melainkan kecepatan, ketelitian dan ketangkasan. Sehingga semua siswa yang memiliki bakat yang berbeda juga dapat berkontribusi terhadap tim, sehingga tidak merasa terabaikan.

8.       Memberikan pujian kepada semua siswa.

Memberikan pujian kepada siswa pandai itu mudah. Tapi bagaimana memberikan pujian kepada siswa yang kurang pandai. Sebagai contoh; disekolahku ada seorang siswa yang belum bisa membaca dan berhitung untuk ukuran murid kelas 6 SD, tapi diriku selalu memujinya karena dia adalah murid yang paling rajin mengikuti Shalat Jum’at. Sehingga tidak ada kesan murid kesayangan di kelas.

9.       Memberikan Perhatikan Saat Siswa Ingin Diperhatikan.

Terkadang seorang siswa dapat melakukan hal-hal yang unik untuk mendapatkan perhatian dari seorang guru yang kemudian diikuti oleh siswa lain. Mau tidak mau, itulah kewajiban seorang guru yang harus menanggapi apa yang dilakukan siswa-siswa tersebut.

10.   Menjadi sahabat untuk semua siswa.

Di luar sekolah, biasanya ada beberapa siswa yang tidak mau menyapa gurunya karena malu. Sehingga perlu ada sikap berkebalikan dimana guru yang terlebih dahulu menyapa. Dengan demikian maka siswa akan merasa diperhatikan. Bahkan saat berpapasan dikemudian hari kemungkinan besar siswa akan menyapa terlebih dahulu karena sudah tidak malu, dan ini sebagai indikasi bahwa siswa tersebut semakin dekat dengan guru.

Selama hampir sepuluh bulan, segalanya telah aku jalankan walau nyaris sempurna, dan hingga saat ini tidak ada lagi murid-murid yang berulah walau sekedar mengganggu temannya.

 

Gaya kami saling menyapa di luar sekolah pun juga berbeda, agar segalanya benar-benar cair. Saat ini aku baru menyadari betapa sulitnya menjadi seorang guru jika harus dibandingkan dengan seorang play boy sekalipun.


Cerita Lainnya

Lihat Semua