info@indonesiamengajar.org (021) 7221570

There are many ways to learn about love.

Ika Martharia Trisnadi 15 Desember 2011

 

Belajar adalah sebuah proses yang terus kita jalani tanpa henti sepanjang hidup. Bukan hanya melulu soal buku dan sekolah, karena ilmu dan akhlak dapat dipelajari kapanpun, dimanapun, dan dari siapa saja. Katakan saja pelajaran tentang budi pekerti, bukan melulu diajari di kursi sekolah, tetapi juga melalui kehidupan sehari-hari.

 

Saat itu Minggu siang, kira-kira jam 11. Seperti biasa sepulang ibadah di gereja aku mulai sibuk berkutik dengan sayur dan tungku. Tiba-tiba terdengar suara Kelvin, adik angkatku, dari halaman depan dapur “Moyang, jago gigit dia o, lihat itu ada luka.” Lalu terdengar suara nenek dengan nada sedikit tinggi “iih… ampon dosa, kasian o”

 

Dengan sedikit penasaran, kutinggalkan bayam merah itu di baskom, lalu beranjak ke depan untuk melihat apa yang terjadi. Kulihat Kelvin duduk dengan kucing kecil terkulai lemas di sampingnya. Kucing bebulu kemerahan itu sekali-kali berontak, mencoba kabur, tetapi apa daya ia terlalu lemas dan mengeluarkan cukup banyak darah. Sontak kutanya “Kelvin, kenapa?” lalu dengan antusias, anak berusia 8 tahun itu menjawab “Ibu, jago itu toh, dia gigit kucing ini. Beta dapat dia di bawah pohon lemon sana. Dia pu perut luka.”

 

Ku dekati kucing kecil itu, ku lihat ada luka besar di perut bagian bawah. “Kau jaga dia” ucapku pada Kelvin sambil berlari menuju kamarku, ku cari tas biru tempat menaruh betadine dan kain kasa. Entah mengapa aku juga mengambil sekaleng susu bear brand yang tersisa di kamarku. Beberapa detik kemudian, aku dan kelvin sibuk mengobati kucing itu. Membebat lukanya dengan kain kasa dan berusaha menghentikan pendarahannya. Nenek yang sedang menumbuk pinang menjadi penonton serius sambil terus memaki jago (anjing kami). Setelah minum susu, kucing kecil itu tertidur di dalam kardus kecil yang kami siapkan.

 

Kuminta Kelvin terus mengawasinya dan aku kembali memasak. Namun kira-kira satu jam kemudian Kelvin datang lagi padaku dan berkata, “ibu…. Kucing itu su mati. Beta cigi-cigi dia tara bergerak lagi o. dia su mati” Kami berdua mengamati makhluk kecil itu selama beberapa menit. Ya kucing kecil itu memang sudah pucat dan tak benyawa lagi.

 

Akhirnya kami memutuskan untuk menguburnya. Kami menggali kuburannya bersama di belakang rumah. Sebelum kucing itu dikuburkan, adik kecilku itu melambaikan tangan dan mengucapkan selamat tinggal.

 

Aku terdiam dan mencerna banyaknya kata hati yang berkecamuk di jiwa. Hari ini aku belajar satu hal lagi, yaitu ada banyak cara belajar tentang cinta. Benih kasih itu terdapat pada setiap jiwa, hanya bagaimanakah caranya ia tumbuh dan berbuah? Ada banyak cara belajar tentang kasih, salah satunya lewat kehidupan sehari-hari.

 

Layaknya tumbuhan yang tidak langsung besar, pembentukan karakter melalui sebuah proses dan dipengaruhi oleh beberapa aspek. Aku percaya dua aspek yang terbesar adalah lingkungan sekitarnya dan pola asuh sedari kecil. Karakter anak yang lembut dan penuh kasih juga dipengaruhi bagaimana dia diperlakukan (modeling) dan bagaimana lingkungan sekitarnya menyelesaikan masalah demi masalah. Mari kita menilik kembali apakah setiap perilaku kita sudah cukup baik untuk jadi panutan bagi anak atau adik-adik kita?


Cerita Lainnya

Lihat Semua