Mereka Cinta Membaca

Ika Martharia Trisnadi 19 September 2011
Layaknya orang yang terhipnotis, puluhan pasang mata itu memperhatikan tanpa berkedip.Lalu dengan lantang kutanya, “siapa yang mau baca buku?” kontan, di hadapkanku bemunculan jari-jari telunjuk yg tak sabar mendapat buku. Horayyy akhirnya bapak Kapisa sudah selesai liburan di Sorong dan kembali mengajar. Selain senang karena ada tambahan guru yang mengajar, aku juga menantikan kedatangan kunci perpustakaan yang ada di Pa ce (Bapak) Kapisa. Sudah tiga bulan aku menantikan dibukanya ruangan itu, tak sabar melihat buku apa sajakah yang terdapat di sana? dan bagaimana fasilitas itu dapat berguna untuk murid-muridku? Sabtu pagi yang cerah, selesai melaksanakan kerja bakti di sekolah, bersama muridku, kami melaksanakan “cuci perpustakaan.” Perlahan ku buka pintu tersebut, beberapa saat ku terdiam memandangi ruangan kosong berdebu yang dipenuhi serbuk - serbukkayu di setiap sudutnya. Meja dan kursi berjajar memanjang di kiri kanan ruangan dan di tengahnya terdapat sebuah lemari kaca yang bagus. Sayangnya atap dan kusen-kusen jendela perpustakaan kami sudah lapuk dan dipenuhi rayap, sehingga serbuk kayu terus berhamburan di meja dan lantainya. Lemari kaca itu sangat menyita perhatianku, di sanalah satu-satunya tempat menyimpan “harta karun” kami. Tak sabar, aku melangkah cepat ke arahnya dan memandangi tumpukan-tumpukan buku di dalamnya. Segian besar adalah buku bacaan untuk guru, buku-buku panduan bagi para guru agar metode pengajarannya menjadi lebih menarik. Sedangkan buku – buku bacaan anak hanya sedikit, sekitar 5 jenis buku ensiklopedia yang masing-masing berjumlah 2, yaitu seri Mamalia, burung, ruang angkasa, tanaman genetic dan dinosaurus. Semuanya masih dalam kondisi “perawan,” tak tersentuh, tak pernah dibuka, tak pernah dibaca. Aku dan murid-muridku bergegas membersihkan ruang perpustakaan kami. Menyapu, menyeka debu dan serbuk-serbuk kayu, membuka jendela-jendela (sirkulasi udara) serta mengatur meja dan kursi. Selesai membersihkan ruangan, aku minta izin pada Pak Kapisa untuk membuka lemari dan membagikan buku-buku itu untuk dibaca. Murid-muridku menatap isi lemari itu lekat-lekat, sangat antusias dan penuh rasa ingin tahu. Awalnya ku ambil sebuah buku ensiklopedia tentang mamalia dan membacanya seulas di hadapan mereka. K baca sambil ku praktekan teknik membaca read aloud yang pernah diajarkan bu Roosie dan Mas Ariyo. Layaknya orang yang terhipnotis, puluhan pasang mata itu memperhatikan tanpa berkedip. Lalu dengan lantang kutanya, “siapa yang mau baca buku?” kontan, di hadapkanku bemunculan jari-jari telunjuk yg tak sabar mendapat buku. Mereka senang sekali mendapat buku bacaan dan langsung mengambil tempat masing-masing. Dari dalam perpustakaan kami yang lahir baru, terdengar suara anak-anakku yang sibuk mengeja kata. SUara yang bagiku amat merdu di Sabtu pagi yang cerah itu. *Sayangnya di Fakfak belum ada toko buku, maukah kalian menyumbangkan buku-buku bekas layak pakai untuk anak-anakku? Kami akan senang sekali mendapat kumpulan cerita anak, kumpulan dongeng, buku kreatifitas, buku bahasa Inggris, buku resep, buku pengetahuan, atlas sekalipun atau apa saja yang bisa dibaca. Donasi dapat disumbangkan melalui Indonesia Menyala, salah satu program ekstensi Indonesia Mengajar yang membidangi kepustakaan bagi daerah-daerah penempatan pengajar muda. Jangan lupa cantumkan nama desa dan kabupaten yang dituju, yaitu : Desa Siboru, Kabupaten Fakfak – Papua Barat. Kami tunggu donasi bukunya.

Cerita Lainnya

Lihat Semua