I love my new toilet
Ika Martharia Trisnadi 30 Juni 2011
Mulutku tidak bisa mengatup bila ingat kejadian pagi.
Pagi – pagi sekitar pukul 05.30 pagi ini saya bangun dengan perut mulaas. oooh... it's the time!!
Saya pergi ke dapur lalu tanya dengan kakak piara kemana harus pergi bila ingin buang air besar, karena di rumah kami tidak ada MCK. Kakak piara menunjuk pada sebuah bilik di bawah rumah, letaknya sekitar 70 meter dari rumah kami, tepat di samping pohon pisang dan agak menjorok ke laut letaknya. Di situlah tempat seluruh org kampung membuang hajatnya, dan sekarang saya akan menunaikan tugas itu :D.
Saya pergi timba air, mengambil sabun lalu mulai turun ke bawah. Perlu perjuangan luar biasa saat itu, dimana harus menahan ‘bom’ yg akan keluar lalu tetapi harus juga menjaga keseimbangan meniti jalan berbatu dengan air penuh di ember... Tak lama kemudian saya sampai di depan bilik kayu itu dengan kaki penuh lumpur.
Saya memasuki ruangan berukuran 2 x 2 meter itu dan mulai mendengar hantaman ombak di batu karang. Terdapat bilah bilah kayu yg renggang satu sama lain. Saya letakan ember dengan sabun di bawah lalu, melongok ke bawah.
WOW..... luar biasa di bawah saya laut yg sangat jernih, saya bisa melihat batu batu karang di dasarnya, riak ombak silih berganti menyapa batu di tepian. Niat buang hajat itu hilangsesaat, saya tidak tega mencemarkan laut sebagus itu dengan sisa-sisa makanan perut ini.
Setelah beberapa lama saya pandangi, angin membelai perut ini dan memicu hasrat itu lagi
Jadi saya mulai mengambil ancang-ancang dan.............*sensor*
Ahhhh...lega rasanya.... :D
Saya mengamati beberapa saat bagaimana ‘kotoran itu”mengapung dan tersapu ombak ke laut. Saya memandangnya dengan takjub, bila biasanya saya perlu menekan flush dan dia menghilang, maka kali ini WC saya secara otomatis membawa “kotoran” ke tempat tak terlihat plus diiringin bunyi riak ombak di bawah kaki ini. Ooooohhh......
Ajaibnya, saya tidak mencium bau sedikitpun, mungkin karena wc baru saya itu semi-outdoor jadi segala jenis bau langsung hilang tertiup angin laut. Selesai menunaikan ibadah dan membersihkan tubuh, saya tetap tertegun di sana. Menatap indahnya laut dari tempat saya berjongkok. Saya langsung sadar bahwa betapa beruntungnya saya memiliki pemandangan yg sangat indah dari sebuah tempat yg disebut bilik pantai. Hm.. jika di Jakarta, toilet sering kali dijadikan ruang ide, mungkin saya akan mendapatkan banyak ide dan inspirasi di bilik kayu ini :D
I love my new toilet
:))
19 Juni 2011
Cerita Lainnya
Ikut Terlibat
Ikut Iuran Publik
Bermitra dengan Kami
Jadi Pengajar Muda
Pintasan
Korps Pengajar Muda
Cerita Pengajar Muda