info@indonesiamengajar.org (021) 7221570

Hei Malaria, Aku Menang!!!!

Ika Martharia Trisnadi 14 Oktober 2011

Hari pertama di bulan Oktober 2011, menjadi sejarah baru dalam hidupku. Hari ini untuk pertama kalinya dalam hidupku dirawat di rumah sakit, terkapar karena malaria dan menyaksikan begitu banyaknya kebaikan yang diberikan orang-orang di sekitarku. Muncul satu harapan baru dalam benakku “Seandainya beberapa muridku bisa jadi dokter atau perawat,"

 

 

30 September 2011 - 10.30 WIT

 

“Huh sebel aku sama susternya, aku kan bilang dah 3 hr minum obt tp tdk ada perubahan malah tambah pusing tapi  dia insist nyuruh pulang and nerusin obtx, bsk baru suru balik lg.....jgn2 aku vampire, habis tubuhnya kebal and ga bereaksi.”

 

 

Begitulah sepenggal percakapanku dengan seorang teman pada Jumat siang, 30 September 2011. Siang itu kepalaku terasa berat dan suhu tubuhku kembali naik. Padahal obat malaria dari dokter sudah kutenggak sesuai petunjuknya. Itu sebabnya aku memutuskan untuk melakukan periksa darah ulang ke RSUD sekaligus untuk mencari second opinion. Namun, aku tidak menemukan jawaban yang memuaskan, malahan disuruh pulang dan melanjutkan obat sebelumnya.

 

1 Oktober 2011,  11.30 WIT

 

Arif:  “Loh koq kamu ke sini, katanya sakit”

Aku:  “Katanya kalian mau rapat, yah aku ke sini.”

Dua detik setelah itu aku ambruk di ruang 306 hotel Fakfak. Badanku panas kembali, mata berkunang-kunang dan sekujur tubuh menggigil.

…..

15.06 WIT

“Aku mau dirawat inap aja”

“Bagus kalo gitu, jd kata dokter knapa?”

“Malaria doang, tp lemes bgt”

 

15 menit kemudian…

 

“Tangannya kepal dan tarik napas” ujar perawat yg sudah mengikat pergelangan tanganku dengan sarung tangan karetnya. Seketika kemudian…sakit, ngiluu and pegal terasa di nadiku. Cairan infuse yang dicampur obat malaria dan obat lambung mulai mengalir ke tubuhku.  Nyeri jarum infuse yg menusuk arteri bertambah ketika cairan itu merambati pembuluh darahku dan memberikan rasa ngilu yg amat sangat.

 

Berapa menit kemudian, aku diminta menuju kamar perawatan. Dengan agak sempoyongan, aku mengikuti langkah perawat di depanku yg membawa cairan infuse. Ya, keterbatasan infrastruktur mengkondisikan pasien di RSUD Fakfak harus berjalan menuju ruang perawatan. Uniknya di RSUD Fakfak ruang perawatannya dinamai dengan nama rasi bintang. Kalau aku tahu lebih awal, pasti minta dirawat di ruang aries, hehehehe :D

 

Setibanya di kamar aku cukup senang, ada AC, dispenser (yang entah airnya sudah berapa lama tidak diganti) and tentunya ranjang pasien. Walaupun sederhana, tapi cukup nyaman menurutku. Namun ada yg aneh… tidak ada seprei, tidak ada bantal dan tidak ada SELIMUT!!! Setelah dikonfirmasi, ternyata pihak rumah sakit memang tidak menyediakannya. Biasanya pasien membawa dari rumah mereka masing-masing.

 

Oalah…. Bagaimana mungkin pasien tidur tanpa selimut? Untung para suster OSF (suster gereja)  membekali Adhiti dengan seprei dan selimut saat mengambil pakaian gantiku di susteran. Puji Tuhan selalu ada pertolongan. Selain itu, setelah menjengukku sore itu, suster juga meminjamkan bantal dan permadani pada kami supaya yang menunggu bisa duduk di lantai tanpa merasa dingin. Semoga Tuhan memberkati mereka selalu *tanda salib*

 

Malam itu, aku sulit tidur. Ku lihat Eky yang menjagaku sudah terlelap dalam gulungan karpet. Mirip sepeti roti lapis :D. Aku memejamkan mata tapi tak sedikitpun terlelap. Tulang-tulangku ngilu, infuseku terasa nyeri dan pegal. Akhirnya kupandangi langit-langit rumah sakit itu. Kuputar ulang semua kejadian hari itu seperti film dengan alur flash back. Terlintas jelas semuanya termasuk rencana pernikahan Devi teman karibku di Jakarta yang akan berlangsung besok.

 

*napas panjang…*

 

Hari pertama di bulan Oktober 2011, menjadi sejarah baru dalam hidupku. Hari ini untuk pertama kalinya dalam hidupku dirawat di rumah sakit, terkapar dikalahkan malaria dan menyaksikan begitu banyaknya kebaikan yang diberikan orang-orang di sekitarku. Mulai dari teman-teman PM yang siap siaga, para biarawati yang menjaga dan memberikan bantuan, dokter PTT yang repot mencarikan kamar dan mengurus administrasi, warga masyarakat yang menjenguk silih berganti. Semoga segala kebaikan mereka dikembalikan dengan limpahan berkat dan damai dari Tuhan.

 

Selain itu, hari ini  aku juga menyaksikan dan merasakan bagaimana masyarakat di sini sangat membutuhkan fasilitas kesehatan yang lebih memadai, petugas kesehatan yang lebih sigap dan cermat. Dari sana, muncul satu harapan baru dalam benakku “Seandainya beberapa muridku bisa jadi dokter atau perawat, atau kalau diantara mereka ada yang jadi bupati dan memperbaiki rumah sakit ini, pasti useful banget.”

 

Yup, sebuah impian besar di tengah derikan bunyi AC rumah sakit. kalau begitu aku harus cepat kembali ke kampung, aku tahu mereka sudah menungguku, menunggu ibunya kembali untuk berbagi ilmu, berbagi cerita dan bermain bersama. Nantikan ibu, anak-anak. Ibu pasti menang!!!!

malaria.. pergi kau!!!… hush hush….

 

 *special thanks untuk teman-teman PM Fakfak yang silih berganti jagain aku


Cerita Lainnya

Lihat Semua