info@indonesiamengajar.org (021) 7221570

Tamu Tak Diundang, Tamu Tak Diduga

Ibrena Merry Sella Purba 2 Maret 2014

Tempatku mengabdi terletak di ujung timur Pulau Larat, Kecamatan Tanimbar Utara. Kecamatan ini termasuk kecamatan tertua di kabupaten Maluku Tenggara Barat. Tentu saja, kecamatan ini dianggap sebagai salah satu kecamatan yang cukup maju dibandingkan kecamatan lainnya. Apalagi dengan kehadiran pelabuhan yang menjadikan ibukota kecamatan ini sebagai pusat persinggahan perjalanan juga pusat perdagangan. Sayangnya, hal ini belum cukup berimbas pada desa-desa terbelakang yang letaknya jauh dari ibukota kecamatan. Desa-desa dengan posisi terbelakang ini disebut sebagai Larat belakang.

Letak desa yang sangat jauh dari pusat kecamatan, minimnya angkutan yang memadai untuk menjangkau daerah-daerah terbelakang, dan sulitnya medan yang harus ditempuh menuju desa-desa terbelakang ini membuat kehidupan masyarakat di tempat ini jauh dari perhatian dan pantauan pemerintah kecamatan. Tentu saja, ini berakibat pada banyaknya pelanggaran yang terjadi yang dilakukan oleh pegawai pemerintah yang diharapkan dapat mengabdikan diri dengan sepenuh hati sesuai dengan amanat dari pemerintah. Kedisiplinan, keinginan untuk maju, integritas, dan usaha untuk mencerdaskan calon-calon pemimpin desa, menjadi sangat sulit untuk diwujudkan.

Itulah yang terjadi di Desa Lamdesar Barat.

Sore itu, kebetulan aku datang menghampiri ibukota kecamatan untuk mengurus hak anak-anak di ibukota kecamatan. Tak disangka, Kepala Dinas Pendidikan dan Kebudayaan, Bapak Holmes Matrutty, sedang melakukan kunjungan mendadak di ibukota kecamatan. Hampir satu bulan ini, beliau berkeliling ke beberapa tempat untuk melihat perkembangan pendidikan di daerah-daerah. Aku langsung bersemangat untuk menghampiri beliau. Berkumpullah aku dengan beberapa guru dari kecamatan Tanimbar Utara. Berbicara mengenai perkembangan pendidikan di kecamatan Tanimbar Utara, banyak pemikiran dan rencana baru yang muncul dari benak para pemerhati pendidikan ini. Setelah banyak mengungkapkan tentang permasalahan pendidikan di daerah paling belakang pulau Larat, tiba-tiba saja Bapak Kepala Dinas Pendidikan dan Kebudayaan melontarkan pemikiran.

“Bagaimana kalau kita sama-sama mengunjungi daerah tempat ibu Rena bertugas? Kita melihat situasi pendidikan disana sekaligus memberikan semangat kepada guru dan anak-anak disana.”

“Bapak dong su pernah ke Lamdesar kah?”

“Belum ibu Rena.”

“Ana, bapak ibu dong yang su lama di pulau Larat ini bagaimana?

“Katong yang su berpuluh-puluh tahun hidup di pulau Larat sa belum pernah lihat Lamdesar ibu. Apalagi Bapak Kepala Dinas. Hahaha.”

Sesak di dada. Bukan karena miris melihat kenyataan tentang tersembunyinya desa ini bahkan di satu pulau. Bukan juga karena kurangnya perhatian dari pemerintah terhadap daerah ini. Tetapi, karena akhirnya inisiatif dan kesempatan itu datang juga. Para pemerhati pendidikan ini ternyata juga memikirkan desa-desa terbelakang di pulau ini.

Malam itu hatiku bergejolak. Ini kesempatan istimewa yang tak bisa dilewatkan. Terselip rasa khawatir mengenai ketidaksiapan guru karena saat itu, aku bersama 3 guru membawa 23 anak untuk mengurus hak-hak mereka di ibukota kecamatan ini. Belum sampai 1 hari kami berada disini, mau tak mau kami harus segera kembali ke kampung keesokan harinya. Proses kepulangan jalur cepat saja sangat sulit diurus, apalagi mau mengurus kebutuhan pribadi yang hendak diselesaikan di kecamatan. Malam itu, segala urusan pribadi kami singkirkan. Aku bersama dengan guru-guru segera menyiapkan anak-anak untuk berangkat keesokan harinya. Hingga pukul 1 malam, kami masih pulang pergi ke desa Watidal yang bersebelahan dengan ibukota kecamatan untuk memberikan kabar kepada salah satu guru sekaligus mencari solusi mengenai kendaraan yang dapat digunakan untuk kepulangan ke kampung.

Esoknya, Kepala Dinas Pendidikan sudah bersiap-siap dari pagi sekali untuk berangkat mengunjungi Desa Lamdesar Timur dan Lamdesar Barat. Sengaja mengulur-ulur waktu agar guru-guru dan anak-anak dapat tiba di desa terlebih dahulu, aku meminta Kepala Dinas Pendidikan untuk bertahan dan sarapan sambil menunggu aku mempersiapkan anak-anak untuk pulang. Setelah guru-guru dan anak-anak berangkat dengan menggunakan kendaraan darurat (baca: ambulans :p), aku pun segera memberikan kabar kepada Kepala Dinas Pendidikan. Tanpa berlama-lama, kamipun segera memasuki speed dan meluncur menuju Desa Lamdesar Timur terlebih dahulu. Setelah itu, kamipun melanjutkan perjalanan ke Lamdesar Barat. Selamat kagum dan selamat kaget! :)

Kepala Dinas Pendidikan dan para guru tak henti-hentinya berdecak kagum. Mercusuar, bongkahan kapal tenggelam, banyaknya batu karang dan rawa yang berjejer rapi, bersama pantai-pantai kecil yang bersih dan airnya yang jernih menghiasi perjalanan kami dari Lamdesar Timur hingga Lamdesar Barat. Sesampainya di sekolah, mereka secara bergantian berdecak kaget. Kondisi fisik sekolah, kebersihan sekolah, kesiapan guru setempat, dan kondisi anak-anak di desa ini menjadi pusat perhatian mereka. Banyak hal harus diperbaiki dan dibenahi di SD ini, ucap Kepala Dinas Pendidikan lirih padaku. Begitu juga dengan ketiadaan guru dan ketidakhadiran kepala sekolah selama berbulan-bulan di SMP.

Ini akan menjadi perhatian utama Dinas Pendidikan di tahun ini, janji beliau. Aku mengangguk mengiyakan ucapan beliau. Terimakasih untuk kedatanganmu para tamu. Kami tunggu janjinya :)


Cerita Lainnya

Lihat Semua