Menggambar Pelajaran

Ibrena Merry Sella Purba 29 Januari 2014

Kekuatan anak-anak jauh lebih luar biasa dibandingkan orang dewasa manapun. Energi mereka sungguh tiada habisnya. Di kelas, mereka menggeliat kesana kemari sambil mengganggu teman-temannya. Pada waktu istirahat, mereka berkeliaran tak tentu arah untuk mengeksplorasi hal-hal menarik di sekitarnya. Ketika kembali ke kelas, energi yang masih ada disalurkan ke orang lain sehingga sesekali terdengar suara tangisan karena perkelahian semakin menjadi-jadi. Bel pulang sekolah berbunyi, anak-anak langsung membereskan buku, tas dan kelasnya tanpa harus disuruh. Inisiatif yang luar biasa di saat tidak tepat. Ibu gurunya cuma bisa geleng-geleng kepala  -___-

 

Ibu beta seng bisa gambar.”

Ibu, beta pu gambar seng baik ska.”

Ibu...”, memanggil ibu guru sambil segera menyobek kertas karena takut gambarnya dinilai jelek.

 

Tiap kali diajak menggambar bebas, anak-anak seringkali mudah menyerah. Gambar bebas yang mampu mereka gores di buku gambar dengan penuh rendah diri adalah rumah, bunga, dan pohon.

 

Ahaaaaaa...!!!!  *aha moment

 

Yuk, katong menggambar sambil belajar sama-sama.”

 

Kami bersama-sama menggambar rumah ibadah milik teman-teman kami yang pada waktu itu akan segera merayakan Hari Raya Idul Fitri sambil diperkenalkan segala sesuatu tentang umat yang merayakan hari besar ini.

Anak-anak menggambar berbagai jenis lingkungan alami dan lingkungan buatan sambil mempelajari ciri-ciri setiap lingkungan yang merupakan kenampakan alam.

Anak-anak pun bersemangat menggambar hewan berdasarkan jumlah kaki, penutup tubuh, cara berjalan, dan lain-lain sambil mempelajari tentang klasifikasi hewan.

Setelah berkeliaran di luar kelas untuk mengamati bentuk-bentuk daun, mereka membawanya ke dalam kelas dan mencoba menggambar daun berdasarkan macam-macam bentuk tulang daun.

Berbagai macam profesi digambarkan oleh anak-anak beserta alat-alat yang dibutuhkan oleh profesi tersebut dan hasil yang didapatkan melalui profesi tersebut setelah ia bekerja.

Ketika perkalian menjadi sulit dihapal, anak-anak memilih untuk menggambar karung beserta isinya (sejumlah kasbi) yang sama di masing-masing karung sambil mencoba menghitung jumlah kasbi dalam keseluruhan karung.

 

Sekarang, tiap kali diajak menggambar, desah keluhan semakin jarang terdengar. Malah, mereka segera berlari menuju bangku masing-masing dan bertahan di tempat tersebut, menunggu pensil warna dibagikan. Dengan penuh keseriusan, mereka berkreasi di atas buku catatannya. Sesekali mereka menengadahkan kepala untuk melihat contoh gambar di papan. Ibu guru tak lagi perlu berlari-lari untuk mengejar anak-anak yang berkeliaran kesana-kemari. Mereka tak lagi buru-buru ingin keluar kelas saat bel berdentang.

 

Anak-anak, hari ini katong menggambar sadiki do eee”, ucap ibu guru sambil memeluk beberapa kotak pensil warna.

 

Iyoooooo buuuuu!”, sambut anak-anak lebih bersemangat lagi.

 

Menggambar, menulis, membaca, dan materi pelajaran bergabung menjadi satu, namanya “Menggambar Pelajaran”.


Cerita Lainnya

Lihat Semua