Sang Juara "Sesengkak"
Ibda Fikrina Abda 13 Juli 2016Pukul 07.30 , sekolah sudah dipadati siswa siswi SDN 19 Rambang yang terletak di Talang Tebat Rawas, Desa Pagaragung, Kecamatan Rambang, Muara Enim. Anak-anak duduk bersila di depan ruang kelas VI. Mereka duduk berhadapan dengan tiga buah papan catur di depannya. Enam orang menatap papan catur masing-masing dengan sesekali memindahkan prajurit catur mereka. Sedangkan puluhan anak lainnya sibuk memberi semangat dan mengajari para pecatur cilik ini.
"Ibu nak main?," salah seorang anak mengajakku untuk bermain. Aku tersentak dan mulai mengingat bagaimana ayah mengajari permainan ini sewaktu duduk dibangku SMA dulu. "Main catur? Baiklah. Siape nak lawan Ibu,?" Kataku sembari menyiapkan serdadu catur berwarna hitam. "Saye Bu saye!" Gren, siswa kelas I mengangkat tangan dan mengambil posisi duduk di depanku
Pertandinganku dengan Gren berhasil menyita perhatian anak-anak dan guru lain. Mereka berhamburan menepati posisi tak jauh dari papan catur kami.
"Majulah dulu, Gren," aku mempersilahkan siswa laki-laki ini memulai permainannya. Tanpa pikir panjang, ia memindahkan catur prajuritnya tiga langkah menuju prajuritku. "Eh, kok jalannya banyak, Gren? Tanyaku bingung diawal pertandingan. "Boleh, Bu". Gren melancarkan serangan-serangannya dan mulai "memakan" prajuritku. Tak seperti permainan catur pada umumnya, Gren memakan langsung dua prajuritku. "Eh prajurit boleh makan dengan cara miring, Gren". Ak mulai mempertanyakan perminan Gren. "Beda Bu cara mainnya, coba lah Ibu laju dulu yang ini sama kepung raje Gren," Seorang anak lain mengajari cara permainan yang membuatku tak punya pilihan lain selain mengikuti instruksinya.
Semakin lama, saya sadar bahwa ini bukan permainan catur. Gren dengan cekatan memindahkan kuda miliknya dengan berjalan lurus mengepung pertahananku. Anak-anak yang lain kompak memberitahuku apa yang harus dilakukan. Aku menurut saja karena jujur ini pertama kali memainkan permainan catur dengan cara yang berbeda.
"Ibu terkepung!" Gren tertawa menandakan kemenangannya. "Wow! Kamu hebat Gren bisa mengalahkan Ibu," Jawabku dengan memberikan isyarat dua jempol kepadanya. "Tapi Gren, ini permainan apa ya namanya? Sepertinya bukan catur." Lanjutku. "Sesengkak, Bu. Beda dengan catur. Tak pacak main catur, susah nian. Kalau Sesengkak saye jago lah Bu," paparnya. Senyum kecut keluar dari bibirku. Ternyata bukan catur. Ini permainan Sesengkak khas anak-anak talang. Dari awal aku pikir ini adalah catur, tetapi anak-anak talang ini punya cara bermain sendiri yang harus bisa saya ikuti. Ah, mungkin kalau ada Kejuaraan Internasional Sesengkak, Gren , si anak talang , bisa meraih medali emas mewakili Indonesia.
Cerita Lainnya
Ikut Terlibat
Ikut Iuran Publik
Bermitra dengan Kami
Jadi Pengajar Muda
Pintasan
Korps Pengajar Muda
Cerita Pengajar Muda