Saltum yang Indah (part 2)

Hety Apriliastuti Nurcahyarini 18 November 2011

Ini kali kedua saya bercerita tentang salah kostum alias saltum. Masih ingat? Saltum pertama adalah pergi ke sawah diajak murid-murid saya dengan flat shoes berwarna krem mengkilap yang ujungnya lancip. Melewati jalanan berbatu dan tanah sawah yang lembek. “Okay, sabar ya sayang,” kata saya dalam hati kepada flat shoes conexion berwarna krem berujung lancip yang saya pakai waktu itu.

 

Nah, kali ini mungkin lebih ekstreem. Tarik tambang di pinggir pantai dengan kostum jeans, dalaman abu-abu plus blus lengan panjang berwarna merah. Oh ya, kelupaan, plus flat shoes karet bata. Bisa dibayangkan? (Cepat, selesai tidak selesai harap dikumpulkan, lhoh?! Kok kayak ulangan hehe =P). Tidak main-main, saya, oleh ibu-ibu diminta untuk berada di posisi yang sangat spesial, yaitu di belakang sendiri. Bagian belakang adalah bagian yang maha berat, di mana saya harus menahan mati-matian tali tambang itu. Syukurlah, ternyata saltum berbuah manis. Walau saltum, setidaknya saya bisa membawa tim tarik tambang saya sampai ke semifinal alias juara 2. Yeay!

 

Bagaimana sebenarnya saya bisa saltum? Bagaimana saya bisa ‘terdampar’ di permainan tarik tambang? Begini ceritanya, Minggu pagi nan cerah itu, saat sedang menonton TV dengan adik-adik angkat saya, paman Asmiri (salah seorang guru di SD) tiba-tiba datang. “Bu Hety, diminta Pak Yo (kepala sekolah) ke Pantai Labuhan, ada acara bakar-bakar ikan bersama guru-guru PGRI. Nanti berangkat bersama Pak Udin. Pak Udin sebentar lagi datang,” kata paman Asmiri. Tanpa ba-bi-bu, saya pun berganti pakaian. Yang ada di kepala saya adalah, ”Walau acara itu berjudul ‘bakar-bakar ikan’, acara PGRI pasti bersama bapak-bapak dan ibu-ibu, sangat resmi, tapi berhubung hari Minggu dan penuh keakraban jadi mungkin baju terbaik adalah informal. Jeans dipadu dalaman abu-abu, blus lengan panjang merah, plus flat shoes karet bata rasanya sudah cukup.”

 

Dan gedubrak! Sampai di pantai labuhan, congratulations, I am totally saltum. Di depan saya, bapak-bapak dan ibu-ibu memakai training, kaos, topi, dan sepatu kets. Semua sangat santai. Semua sangat sporty. “Bu Hetyyyyyyy... ayo, ikut tarik tambang!” kata ibu-ibu PGRI ketika melihat kehadiran saya yang tampak ‘ajaib’. Glek!!! Wajar kan, bagi yang namanya perempuan. Mental sebaik apapun kalau baju sudah tidak matching, serasa game over saja. Jelas-jelas saya saltum. Kyaaaakkkkk!

 

Saya pun berusaha membangun pede. Kalau animasi asal Jepang, Sailormoon, bisa bilang, “Dengan kekuatan bulan, akan menghukummu”, maka saya akan bilang, “Dengan kekuatan saltum, lima set tarik tambang, saya takhlukkan”. Dan terbukti kan? (FYI: Saya bermain tarik tambang membela Tanjung Ori, desanya Lasti, 2x dan membela Kepuh, desa saya sendiri, 3x).

 

Thanks ‘saltum’. Kali ini, saya benar-benar berterima kasih padamu.


Cerita Lainnya

Lihat Semua