Pelajaran Sinyal

Hety Apriliastuti Nurcahyarini 18 November 2011

Gila. Satu kata. Tidak pernah terbayang tidak ada sinyal. Layar ponsel kosong, blank. Yang penuh hanya gambar baterenya saja. Baterenya jelas awet karena tidak pernah digunakan. Ya, kurang lebih begitulah keadaan handphone saya di Bawean.

 

Kalau sedang ada sinyal, saya kalap. Ibarat musafir padang pasir yang sudah tiga hari tiga malam kelaparan diundang makan. Saya rela begadang sampai larut malam hanya untuk meng-sms atau menelepon keluarga dan teman-teman. Pokoknya, handphone, aku padamu!

 

Mungkin ada sebagian teman yang heran. Larut malam atau bahkan dini hari, tiba-tiba mendapat sms dari Hety. Sungguh saya tidak bermaksud ‘annoying’, mengganggu mimpi indah teman-teman, saya hanya numpang lewat permisi sms mumpung ada sinyal.

 

Saya senang, walau sudah larut, kadang ada teman yang membalas. Ya, saya tahu, mereka membalas sekenanya mungkin karena mata sudah tidak bisa diajak kompromi. Ada yang dengan datar membalas sms saya begini, “Het, kamu ngapain malem-malem gini sms? Belum tidur po?”

 

Namun, ada juga yang tidak membalas. Baru keesok harinya, dia membalas plus kata-kata, “Sorry het, semalem udah tidur.” Saya pun maklum walau itu berarti saya kehilangan momen untuk ber-sms-ria dengannya. Karena biasanya keesok harinya, saya harus kembali lagi ke tempat yang tidak terjamah sinyal.

 

Sinyal Siluman

Saya menyebutnya sinyal siluman. Dari namanya saja sudah seram karena memang penuh kepalsuan. Saya kesal jika bertemu sinyal siluman. Di rumah tetangga saya, ada suatu tempat di mana tiba-tiba akan muncul sinyal 1-2 bar di layar handphone. Tapi jangan senang dulu. Walau ada 1-2 bar sinyal, tetap susah untuk mengirim sms. Jadi, saya rajin memastikan apakah itu sinyal asli atau sinyal siluman semata. Selain itu, sinyal siluman juga sering usil. Banyak sms yang tidak terkirim dengan sempurna. Entah di mana sms-sms yang tidak sampai ke nomer yang dituju itu. Mungkin tersangkut di awan.

 

Posstive Thinking

Lama-kelamaan, saya bisa belajar untuk ber-posstive thinking terhadap sesuatu lewat sinyal. Kadang sms sudah terkirim dengan sempurna ke nomer yang dituju, tinggal menunggu balasannya saja. Tetapi sudah ditunggu lama, tak kunjung datang juga. Kalau sudah begitu, banyak sekali prasangka yang mampir ke otak. Hfff. Di situlah terapi posstive thinking lewat sinyal mulai dilakukan. Semua serba mungkin. Mungkin sinyal yang saya dapatkan adalah sinyal siluman seperti yang saya ceritakan di atas. Mungkin orang yang saya sms sudah beranjak dari tempat yang ada sinyal ke tempat yang tidak ada sinyal. Mungkin batere handphonenya habis dan mungkin-mungkin yang lain. Pokoknya posstive thinking.

 

Yah, begitulah. 23 tahun saya hidup, baru kali ini saya mendapatkan kesempatan untuk belajar dari sesuatu yang bernama sinyal. Sebelumnya, saya anggap sepele saja sinyal. Toh, di mana-mana ada sinyal, ya kan? Tapi ternyata tidak. Masih ada beberapa daerah yang dihuni orang tetapi sama sekali tidak ada sinyal. Terbayang kan, bagaimana mereka dapat berkomunikasi dengan dunia luar? Mungkin, ini cara Tuhan untuk menyuruh saya bersyukur. Dari sinyal, ternyata saya belajar banyak hal.


Cerita Lainnya

Lihat Semua