Panggil Saya Ibu Keti

Hety Apriliastuti Nurcahyarini 10 Juni 2012

“Bu Keti!” “Itu Bu Keti!” “Bu Keti datang!” “Bu Keti, Bu Ketiiiiii...” Begitulah cara anak-anak itu menyambut saya dari kejauhan. Saya yang tergopoh-gopoh berjalan sambil memegang payung hijau bermotif bunga hanya bisa membalasnya dengan senyuman. Merasa mendapat sambutan yang hangat, anak-anak itu semakin bersahutan memanggil nama saya sampai riuh. Ketika saya sudah dekat pun, mereka masih menyapa saya riang, khas anak-anak sekali. “Bu Ketiiiiiii,” kata seorang anak sambil tersenyum manja kepada saya. Siapakah anak-anak itu? Mereka adalah anak-anak di Dusun Burnei (bukan Brunei Darussalam negara tetangga kita lho!). Dinamakan Dusun Burnei karena di sana banyak tumbuh pohon Burnei yang buahnya kecil-kecil seperti cherry dan sedikit asam jika dimakan. Setiap hari Senin, Selasa, dan Rabu, saya mengajar di kelas bantu MTs Nurul Amin di Dusun Burnei. Disebut kelas bantu karena di Dusun Burnei sendiri sebenarnya tidak ada MTs (Madrasah Tsanawiyah, sekolah Islam setaraf SMP), hanya ada MI (Madrasah Ibtida’iyah, sekolah Islam setaraf SD). MTs Nurul Amin sebenarnya terletak di Dusun Gandariyah. Karena hampir semua murid MTs berasal dari Dusun Panyalpangan dan Dusun Burnei, dan terlalu jauh jika harus bersekolah ke Dusun Gandariyah, maka dibuatlah kelas bantu di Dusun Burnei, meminjam gedung MI. Anak-anak di Dusun Burnei itulah yang tidak pernah absen menyambut kedatangan saya di hari saya mengajar. Mereka bisa mengenali saya dengan mudah dari payung hijau motif bunga-bunga yang selalu saya pakai. Ketika saya mengajar anak-anak MTs, kepala-kepala mungil itu selalu menyembul dari balik jendela yang saya biarkan terbuka. Entah sekedar ingin melihat saya mengajar, ingin ikut serta belajar, atau hanya mencari perhatian saja. Sebenarnya, saya tak terlalu mempermasalahkannya. Hanya saja, ketika mereka mulai memanggil saya dengan nama ‘Ibu Keti’, rasanya ingin tersenyum, menahan tawa. Saya merasa lucu sendiri. Seingat saya, saya pernah berkenalan dan menyebut dengan jelas bahwa nama saya adalah, ‘Hety’. Tapi lagi-lagi, mereka hanya meringis tanpa rasa bersalah dan berguman, ‘Bu Keti’. So, resmi sudah, saya lebih dikenal dengan nama ‘Ibu Keti’ daripada ‘Ibu Hety’ di Dusun Burnei.


Cerita Lainnya

Lihat Semua