info@indonesiamengajar.org (021) 7221570

Kehilangan

Hety Apriliastuti Nurcahyarini 12 Mei 2012

"... There is a goodbye in every hello...

Officially, saya belum pulang dari ‘tugas’ memenuhi janji kemerdekaan (PS. Memenuhi janji kemerdekaan, my favorite quote, kata yang tak pernah bosan dikatakan oleh Pak Anies). Tapiiii... orang-orang di desa sudah hiruk pikuk menanyakan kepulangan saya. Ya, siapa yang bisa merasa? Sebentar lagi genap satu tahun masa bakti saya di desa ini berakhir.

“Bu Hety, sebelum pulang, nginep di sini, ya!” kata seorang tokoh masyarakat di desa sebelah. Kebetulan beliau adalah alumni UGM yang menempuh jalan yang ‘berbeda’ untuk kembali ke daerahnya dan membangun bidang pendidikan. Kami disatukan atas nama Kagama (Keluarga Alumni Gadjah Mada).

Nanda. Balita itu semakin hari, makin lengket saja dengan saya. Saat nonton televisi, ada saja tingkahnya untuk mencuri perhatian saya. Mulai dari memeluk, mencium, menyuapi saya, merengek-rengek minta gendong, memegangi tangan saya, menirukan ucapan saya, sampai pipis di pangkuan saya pun sudah tidak sungkan.

Ibu angkat saya (hostfam) yang tiba-tiba berkata, “Het, kamu kok mirip yang ada di tivi itu ya? Entah. Mirip aja. Apanya gitu. Yah, besok kalau Hety pulang, saya kangen. Saya liat TV aja!” Sumpah, saya tergelak mendengarnya. Tahukah siapa yang dimaksud ibu angkat saya? Jesica Iskandar!! (God! Sejak kapan seorang Hety Apriliastuti Nurcahyarini bisa mirip artis Jesica Iskandar? Memang ya, orang yang sedang dilanda rasa takut kehilangan memang suka mengada-ada *grin*).

Selain keluarga, virus kehilangan ini juga sudah menyebar ke murid-murid saya. Sore itu, saat Inul, Tika, Lina, dan Sohib main ke rumah, mereka hanya bisa memandang nanar keberadaan dua kardus yang sudah berisolasi rapi, siap kirim. Melihat momen itu, kejahilan saya pun muncul. ”Ibu beneran sudah mau pulang nih!” goda saya, memancing suasana. Bukannya menjawab kejahilan saya, Tika justru berkata polos, “Bu, Saya, Inul, Lina, dan Sohib, masuk ke kardus ini ya. Kita mau ikut ibu ke Jogja.” Duh! Rupanya virus kehilangan sukses membuat murid-murid saya mengharu biru.


Cerita Lainnya

Lihat Semua