Kata Pengantar Istimewa Ala Ook
Hety Apriliastuti Nurcahyarini 2 Juni 2012Perkenalkan, namanya Fathol Mu’in. Teman-temannya memanggilnya ‘Ook’. Entah bagaimana ketiga huruf itu bisa bersatu sampai menjadi sebuah panggilan baru. Katanya sih, agar Ook lebih mudah dan lebih cepat akrab dengan teman-temannnya. Maklum, Ook belum genap tiga bulan tinggal di dusun ini. Dia masih baru, baru sekali. Mungkin, jika dibandingkan dengan saya yang sudah tujun bulan ada di sini, Ook kalah hapal tentang seluk beluk dusun ini.
Sebenarnya, Ook adalah putra Bawean. Kedua orang tuanya adalah orang Bawean asli. Tetapi, Ook lahir dan besar di Malaysia. Jangan tanya mengapa. Orang tua Ook bekerja di Malaysia sebagai TKI (Tenaga Kerja Indonesia), sudah bertahun-tahun. Kakak pertama Ook yang sekarang sudah berusia 18-an pun juga lahir di Malaysia (Ook adalah anak ketiga dari tiga bersaudara). Orang Bawean memang banyak yang merantau ke Malaysia untuk mencari nafkah. Sehingga, di sini dapat kita temui dengan mudah, anak-anak yang lahir di Malaysia. Sayangnya, hampir semua anak TKI, termasuk Ook, tidak bisa bersekolah di Malaysia. Akhirnya, demi kepentingan masa depannya, Ook dipulangkan ke Bawean oleh kedua orang tuanya agar bisa bersekolah.
Di Bawean, Ook tinggal di rumah paman dan bibinya. Kebetulan, paman Ook adalah seorang guru di SD tempat saya mengajar sekarang. Dengan begitu, Ook bisa didaftarkan masuk sekolah dengan mudah. Berdasarkan umurnya, akhirnya, Ook resmi duduk di bangku kelas 3.
Walaupun sudah duduk di kelas 3 SD, jangan heran jika Ook belum lancar membaca. Ook masih terbata-bata ketika disuruh membaca. Sebaliknya, ketika diminta untuk berbicara, Ook bisa fasih berbicara dengan bahasa Melayu. Wali kelas tiga meminta saya secara khusus untuk memberikan les membaca untuk Ook. “Ya, siapa tahu, Bu. Guru perempuan biasanya lebih sabar dan telaten menghadapi siswa,“ katanya waktu itu. Saya hanya tersenyum ketika mendengarnya. Saya memang satu-satunya guru perempuan di sekolah ini. Jika ada masalah yang berkaitan dengan ketidak lancaran belajar siswa, alasannya selalu sama, “Siapa tahu dengan guru perempuan bla-bla-bla...”. Akhirnya, saya pun menyanggupinya karena sudah menjadi tanggung jawab saya sebagai seorang guru yang membantu muridnya ketika mengalami kesulitan, lebih-lebih kesulitan membaca. Ya, dari situ saya baru mengenal siapa Ook.
Semuanya seperti mimpi. Baru kemarin wali kelas tiga meminta saya, keesok harinya saat berangkat ke sekolah, saya berpapasan dengan Ook di jalan. Seolah sudah kenal dekat, Ook langsung menyapa saya, tanpa basa-basi, “Bu, saya ingin belajar membaca!”.
“Iya. Ke rumah aja. Ibu punya banyak buku” jawab saya ramah sambil menutupi rasa keterkejutan saya bertemu dengan Ook.
Sejak peristiwa pagi itu, Ook selalu datang ke rumah. Berbagai buku dan majalah anak-anak di ‘perpustakaan mini’ saya dilahapnya. Kadang, kalau saya sedang tidak ada di rumah, dia tetap meminjam buku.
Walaupun demikian, selama beberapa waktu, Ook sempat menghilang. Entahlah kemana. Ia tidak lagi datang ke rumah. Saya sempat cemas juga. Mngkin dia jenuh, bosan, atau sedang tidak bersemangat. Tetapi tiba-tiba, sore itu, semua kecemasan saya tidak beralasan. Saya melihat Ook sudah berada di depan pintu rumah. “Bu, mau membaca buku,” katanya meminta izin dengan senyuman yang khas ‘Ook sekali’.
Setelah memilih buku, ia duduk di lantai dan menghadap saya yang sedang mengerjakan tugas. “Bu, saya sudah bisa membaca lho!,” katanya bangga tanpa bernada sombong.
“Oh, ya? Coba, ibu ingin dengar,” jawab saya antusias.
Seperti kebanyakan, orang pasti akan membaca isi bukunya, ceritanya. Ya, semula, saya kira Ook akan melakukannya. Tapi saya salah. Saya baru sadar ketika Ook membaca beberapa paragraf. Olala, yang dibaca Ook dengan lancar dan lantang adalah kata pengantar. Ya, kata pengantar! Bagian yang tidak pernah saya duga sebelumnya. Saya terharu, bahkan Ook membaca sampai tanggal dan penulisnya.
Kata pengantar dari buku kali ini memang benar-benar istimewa karena Ook yang membaca. Ook yang sudah lancar membaca. Saya sebagai gurunya hanya bisa tersenyum bahagia.
Cerita Lainnya
Ikut Terlibat
Ikut Iuran Publik
Bermitra dengan Kami
Jadi Pengajar Muda
Pintasan
Korps Pengajar Muda
Cerita Pengajar Muda