info@indonesiamengajar.org (021) 7221570

Tata Usaha

Hendra Aripin 18 Februari 2011
Sejak semester 1, selama 2,5 minggu, aku mengajar 6 kelas. Yup, 2 orang guru PTT di sekolahku kontraknya sudah expired selama 9 bulan. Kepala sekolah diganti secara mendadak tanpa pemberitahuan yang jelas dan belum jelas kapan kepala sekolah baru akan hadir. Guru paling teladan di tempatku, Pak Azhar, harus pergi selama 2 minggu lebih untuk kuliah di seberang pulau, di Ternate. Seorang lagi, guru PNS, tidak pernah hadir selama aku mengajar. (kata masyarakat sudah hampir 3 tahun). Satu lagi guru PNS muncul 1 bulan 2-3 kali. Akhir semester lalu, dalam acara pembagian rapor, aku mengusulkan pembagian kelas menjadi 2 shift untuk beberapa alasan. Salah satunya karena secara aktual, yang aktif mengajar di SD ini hanya 3 orang, Kepsek yang lama, Pak Azhar, dan aku. Daripada mereka mendapat jam pelajaran 6 jam tanpa betul-betul belajar, aku merasa perlu lebih baik waktu dialokasikan secara efektif. Selain itu, aku ingin menggunakan ruang yang tersisa untuk ruang guru, ruang perpustakaan, dan ruang praktikum. Perpustakaan khususnya. Anak-anakku, dari kelas 1-6, memiliki kesulitan membaca, dari tidak kenal huruf sampai membaca terbata-bata. Aku percaya, dengan menyediakan sebuah ruang yang penuh buku bacaan yang bisa mereka akses dan kebebasan untuk membaca tanpa paksaan, mereka akan belajar membaca dengan mudah. Mengajar 6 kelas terasa sangat melelahkan, bahkan walaupun telah dibagi menjadi 2 shift. Menyiapkan rencana yang berbeda-beda per kelas, menangani perilaku yang merusak ketenangan kelas, dan belum lagi mesti meninggalkan kelas untuk pergi ke kelas lain. Anak-anak kelas lain kerap menonton di kelas lain dan menunggu aku pergi ke kelas mereka. Dan terulang lagi ketika aku pindah ke kelas lain. Aku sebenarnya ingin sekali mengajar satu kelas saja dan menutup mata terhadap kelas lain. Aku lelah. “Pak Hendra, jangan keluar. Di sini saja.”kata anak-anak kelas 1. “Pak Hendra, ke kelas 3 toh?”kata anak-anak kelas 3. How can you say no pada anak-anak ini. Mereka hanyalah korban. Aku telah mengatakan ya pada diriku dan i’m not gonna stop on them. They’re gonna show the world what they can do. Melihat senyum mereka dan kecintaan mereka pada dunia bermain dan belajar, aku tahu, lelah itu wajar tapi menyerah bukan pilihan. Beberapa hari lalu, Pak Azhar akhirnya muncul dan aku merasa sangat lega. Kepala Sekolah baru juga telah muncul, walaupun beliau sering berhalangan karena urusan administrasi di kecamatan. At least, it’s a new day. J PS: aku mendapatkan sebuah pelajaran lagi. Membuka dan menutup kelas tiap hari, membuat daftar hadir tiap kelas, dan memukul bel tiap hari ternyata bisa menyebalkan juga. Terima kasih kepada orang-orang yang telah menyediakan waktunya untuk melakukan hal-hal yang kelihatannya remeh, tapi sangat penting di kelas. Terima kasih TU, Penjaga Sekolah, Penjaga Perpustakaan. I owe y’all big time.

Cerita Lainnya

Lihat Semua